"Selamat siang, Kak!"
Haidar sangat antusias kala melihat kakak ketiganya mulai membuka mata. Terhitung sudah hampir 19 jam orang yang disayangnya tidur dengan tenang. Si bungsu tentunya khawatir, sama dengan yang lainnya. Beruntung, rasa itu hilang dengan sadarnya Biru yang kini membalas tatapan Haidar.
"Kak!" Lagi, Haidar menyapa, agak heran karena Biru diam sembari memperhatikan pergerakan mulutnya. Anak itu langsung saja meraba mulutnya, barangkali ada sesuatu yang tertinggal atau ada hal lain yang mengganggu.
Namun, aksinya terhenti saat Athalla langsung menjewer telinganya kuat-kuat. "Akh! Sakit, La! Kamu ini hobinya kenapa nyari ribut terus, sih?" omel Haidar, sembari mengusap-usap telinganya yang memerah akibat ulah sang kembaran.
"Aku nggak akan nyari ribut kalau kamu nggak mancing!" balas Athalla, lalu menoleh pada Biru yang mulai memalingkan wajahnya, memantau ruang rawatnya yang kosong. Biru mulai memberi respons saat Athalla memasangkan alat bantu dengar pada telinganya. Melihat hal itu, Haidar yang baru sadar langsung menutup wajahnya malu. Pantas saja Athalla kesal padanya.
"Mau minum, Kak?" tawar Athalla, tetapi yang didapat hanya gelengan. Biru tidak terlihat bersemangat, lebih menampakkan wajah sendu. Athalla juga Haidar tidak tahu pasti apa yang menjadi penyebabnya, tetapi mereka punya perkiraan kalau ada sesuatu yang terjadi antara kakaknya juga sang papa tadi malam.
Athalla dan Haidar saling sikut, bingung harus melakukan apa, sedikit kecewa dengan dirinya masing-masing. Ketika mereka sedih atau mempunyai masalah, Biru selalu mempunyai cara ampuh untuk bisa menenangkan mereka. Namun, ketika hal itu terjadi sebaliknya seperti sekarang, mereka seringnya ragu dan takut salah bicara.
Biru sendiri tidak ingin mengabaikan kedua adiknya, tetapi ia sedang teringat tentang apa yang membuatnya berakhir begini. Akhir pembicaraannya bersama Jonathan yang tidak mengenakkan berhasil membuat Biru merasa bersalah. Semalam ia benar-benar ngotot, padahal Jonathan sudah memberi peringatan untuk tidak membahas tentang apa yang tidak disukainya.
"Kak, jangan melamun. Makan apel mau?" Si bungsu memperlihatkan pisin berisi potongan apel berbentuk dadu. Terlihat segar, tetapi Biru masih enggan untuk mengisi perutnya.
"Kalian udah pulang sekolah? Tumben?" tanya Biru kala sadar kedua adiknya masih berbalut seragam. Biasanya, si kembar pulang paling telat pukul lima, tetapi hari ini mereka pulang tiga jam lebih awal.
"I-iya, Kak." Haidar menjawab sedikit gugup. Ketika Athalla melempar pelototan, Haidar langsung saja menghilangkan rasa gugupnya. "Kami baru dateng sepuluh menit yang lalu. Ajaib, nggak? Papa, Mama, Kak Julian juga Kak Setya yang nemenin Kakak sedari pagi nggak ada hasil. Giliran kami yang dateng Kakak langsung bangun!"
Biru mulai tersenyum saat Haidar bercerita panjang lebar. Tak lama setelah itu, pintu terbuka menampilkan Julian dengan pakaian santainya, disusul Setya dengan stelan kemeja dibalut snelli. Si sulung yang melihat kehadiran dua adik kembarnya langsung berkacak pinggang dengan kening mengerut. "Ternyata kalian di sini. Pergi sana! Kalian ditunggu mama sama papa di luar. Anak nakal! Ada laporan kalau kalian bolos les! Pantes waktu dipanggil tadi malah kabur!"
Si kembar saling bertukar pandang sejenak, merasa usaha mereka untuk berbohong sia-sia. Pada akhirnya, Biru juga tahu kelakuan mereka yang asli. "Maaf, Kak. Habisnya kami nggak sabar ketemu Kak Biru," sesal Haidar lalu segera menyusul langkah Athalla untuk memenuhi panggilan.
Merasa pegal karena terus berbaring, Biru berusaha bangun untuk duduk. Dengan cepat pula, Julian menghampiri dan membantunya. Setya memeriksanya ulang, sementara Julian langsung menarik Biru pada pelukan dalam waktu yang cukup lama, tak peduli pada Setya yang mendengkus karena belum selesai melakukan kegiatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Thing Called : QUERENCIA [END]
Novela Juvenil[ Family, Brothership, Sicklit ] Biru tidak pernah akan berhenti menyebut keluarganya sebagai sumber bahagia, tempat paling nyaman untuk bersandar di kala lelah dengan segalanya. Baginya, bisa hidup di keluarga yang saling menyayangi adalah anugerah...