"Kak, gimana rasanya jadi orang penyandang status cacat?"
Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Kendra, berhasil membuat Biru terdiam. Sudah lama rasanya ia tidak mendengar pertanyaan tersebut. Ini bukan yang pertama kalinya bagi Biru. Sejak dulu, akan ada saja orang-orang yang sengaja melayangkan kalimat tersebut guna meruntuhkan mentalnya. Mengetahui kondisi Biru berbeda dengan para saudaranya yang mendekati sempurna dalam segalanya, orang-orang menganggap Biru sebagai sasaran empuk untuk digoyahkan sebagai salah satu dari Florenz.
Mungkin awalnya Biru tak nyaman. Namun, seiring berjalannya waktu, ia tak lagi memikirkan apa yang orang-orang katakan tentangnya. Bagi Biru, apa pun yang ia terima dari Tuhan harus disyukuri, termasuk kekurangan sekalipun.
Tak kunjung mendapat jawaban, Kendra yang jenuh menunggu lagi-lagi bertanya dengan sinis. "Udah pake alat bantu pun nggak bisa dengar. Harus, ya, diteriakin dulu baru nyahut? Kalau aku tuna rungu, aku malu, sih."
Lelaki itu tertawa setelahnya, berbeda dengan Biru yang hanya tersenyum tipis. Baru saja hendak memberi kata-kata mutiara, langkah seseorang terdengar dari belakang membuat keduanya berbalik guna melihat siapa sosok yang datang.
Biru membulatkan mata saat melihat Athalla mendekat. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, sementara pandangannya tertuju pada Kendra. Mungkin sekarang terlihat santai, tetapi Biru tahu kalau adiknya yang satu ini terkadang melakukan hal di luar nalar.
"Oh, akhirnya yang dicari datang. Mana sapaannya, tuan muda Athalla?" Kendra berucap dengan nada menjengkelkan.
Tak ingin terjadi perdebatan, Biru hendak menjadi penengah. Sayangnya, ia kalah cepat dengan Athalla yang tiba-tiba saja menendang perut Kendra, berhasil membuat sang empu terdorong ke belakang dan akhirnya jatuh ke kolam renang dengan tidak elitnya.
Suara yang cukup keras itu mengalihkan atensi orang-orang yang berada di indoor. Banyak dari mereka langsung keluar guna memeriksa apa yang terjadi. Jatuhnya Kendra membuat tamu-tamu di sana terkejut. Tentunya mereka tahu siapa yang baru saja memasuki kolam, tak lain adalah adik dari Jericho yang menjadi tokoh utama dalam acara ini. Sementara yang menjadi tersangka adalah cucu dari orang yang paling dihormati, Theodore Florenz.
"Tuan muda!" teriak bawahan Jericho. Beberapa dari mereka hendak menghampiri tuannya, tetapi keberadaan Athalla dan Biru membuat mereka ragu. Terlampau takut untuk terlibat dalam masalah orang-orang berkasta tinggi.
Kendra yang baru memunculkan wajahnya setelah tenggelam sekilas mengusap wajahnya kasar seraya menatap nyalang Athalla. "Sialan, Athalla!" umpatnya. Ia melirik ke arah bawahannya, tetapi tidak ada yang datang untuknya.
Athalla berjongkok di tepian. Keningnya mengerut seolah belum puas dengan apa yang baru saja dilakukannya. "Minta disapa, kan? Barusan udah dikabulin. Kurang apalagi?"
Kendra yang memang tak bisa menahan emosi sontak berenang menuju tepian. Seluruh badannya sudah basah kuyup. Namun, hal itu tak menjadi penghalang untuknya menghadap Athalla yang mulai berdiri kembali.
Takut akan adanya pertengkaran, Biru segera membujuk sang adik. "Athalla, ayo masuk! Jangan perpanjang masalahnya."
Athalla menghempaskan tangan Biru yang hendak menariknya masuk. "Bentar, Kak. Aku harus kasih peringatan buat hama kayak dia." Ia mendorong pelan kakaknya agar menyingkir dan membiarkan Kendra maju mencengkeram kerah jasnya. "Kenapa marah?" tanyanya, masih dengan nada santai. "Bukannya wajar aku dorong kamu, Ken? Itu nggak ada apa-apanya dibanding pertanyaan kamu yang kayak sampah itu!"
"Athalla, udah!" Biru masih berusaha membawa sang adik untuk pergi. Matanya menangkap kehadiran keluarganya yang mulai mendekat menuju posisinya sekarang. Meskipun ada Theodore yang netral, Biru tetap takut pada Jonathan yang membenci Meizie.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Thing Called : QUERENCIA [END]
Fiksi Remaja[ Family, Brothership, Sicklit ] Biru tidak pernah akan berhenti menyebut keluarganya sebagai sumber bahagia, tempat paling nyaman untuk bersandar di kala lelah dengan segalanya. Baginya, bisa hidup di keluarga yang saling menyayangi adalah anugerah...