•••• Selamat Membaca ••••
Hari-hari senggang dan libur bagi kelas 12 telah berlalu, menyisakan sehari Gus Zain serta seluruh teman seangkatannya menyandang status sebagai pelajar menengah atas. Bahkan kini hari itu telah tiba, dan semua akan segera usai dalam beberapa jam ke depan.
Tidak ada lagi gelak tawa yang bersahut-sahutan, keluhan akan banyaknya tugas yang menyita tenaga dan memenuhi ruang pikiran, celotehan-celotehan yang kontan terlontar, serta tdak ada juga bel-bel pertanda masuk, istirahat, dan pulang. Kelak dirinya sendiri yang menentukan akan ke mana arah kakinya melangkah, istirahat saat lelah dan barangkali pulang saat dunia terasa begitu keras dalam proses pendewasaan. Meski pada akhirnya semua harus tetap berjalan.
Barangkali suatu hari para tangan kreatif yang menorehkan karya di meja akan benar-benar memanfaatkan sisi kreatifnya itu. Mungkin penolakan saat ulangan dadakan diadakan akan digantikan dengan ketentuan-Nya yang mau tidak mau tak ada penolakan.
Kini hari itu tiba. Gus Zain dan seluruh teman seangkatannya akan dilepas oleh sekolah, melanjutkan kehidupan sesungguhnya. Keramaian acara pentas seni yang ikut memeriahkan membuat para wajah yang akan dilepas tak semuanya tergambar kesedihan. Ya, hanya menutupi. Rasa hilang akan tetap ada setelah tiga tahun saling menjadi pemandangan siklus kehidupan.
Selain anggota OSIS, panitia acara pun dibuka untuk para murid yang bersedia. Kesempatan kali ini Ahwa ikut serta menjadi panitia konsumsi, Hasbi si juru kamera sebagai dokumentasi dan bahan pemberitaan di akun media sosial sekolah, sementara Ning Nadia akan menunjukkan suara merdunya. Gus Zain sendiri hanya akan duduk menikmati rangkaian acara.
Acara berjalan begitu lancar. Segala kekhawatiran panitia perlahan berkurang. Seluruh kelas 12 pun telah bisa bernapas lega usai resmi menjadi alumnus setelah semuanya dinyatakan lulus.
Suara merdu Ning Nadia saat tengah melantunkan selawat pun ikut melengkapi acara pentas seni ini. Seluruh atensi dengan mata yang menatap kagum tertuju padanya. Ungkapan kekaguman ramai menelusup ke indra pendengaran Ahwa.
"MasyaAllah, suaranya bagus banget."
"Makannya apa, ya, biar suaranya bagus kayak begitu."
"Paket komplit nggak, sih?"
"Ning, paham agama, suaranya bagus, pinter, cantik, kalau jodohnya spesifikasi Gus Zain nggak kaget, sih. Aku cuma bisa sadar diri."
"Kok, bagus suaranya?"
Kira-kira begitulah ungkapan kekaguman yang bersahut-sahutan terdengar oleh Ahwa. Mendorongnya untuk kembali membandingkan dirinya sendiri dengan Ning Nadia. Tidak peduli akan kenyataan perihal manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Baginya, Ning Nadia menyandang posisi hampir sempurna.
Sulit bagi Ahwa jika diminta untuk menyebutkan kekurangan Ning Nadia. Akan tetapi, perihal kekurangannya, mungkin orang lain pun akan mendapat nilai seratus jika diminta untuk menyebutkannya.
Ahwa yang pemalu, tidak terlalu pintar, rasa percaya diri yang seringkali menghilang entah ke mana, dan ... cukup. Sungguh, sebenarnya Ahwa tidak ingin menyebutkan segala hal yang dia anggap sebagai kekurangan yang ada pada dirinya. Baginya, dirinya adalah sebaik-baik ciptaan-Nya. Manusia limited edition yang tidak bisa ditemukan pada diri manusia lain.
Namun, memang benar, Allah Maha Baik, menyembunyikan apa yang tidak baik pada diri seseorang. Hingga yang netra Ahwa lihat seringkali hanyalah hal-hal baik serta kelebihan orang lain.
Namun, perihal perasaan, bukankah kata orang cinta itu buta, tidak melihat kekurangan dan kelebihan? Jika iya dan semuanya terjadi seperti ini, apa yang harus Ahwa harapkan lagi dari sebuah pengharapannya. Tidak, Allah Maha Membolak-balikkan hati seseorang.
Tidak ... lebih baik benar-benar melupakan setelah melihat sebuah kejadian yang tidak sengaja tertangkap arah pandangnya. Gus Zain memfoto Ning Nadia diam-diam? Apakah benar Gus Zain seperti itu?
***
Selesai. Acara telah selesai, benar-benar tidak akan ada Gus Zain lagi di gedung sekolah ini. Seharusnya rasa Ahwa kepada hamba Allah yang satu itu pun selesai sampai di sini. Tidak baik untuk melanjutkan terlalu berharap.
"Ahwa, makan, yuk! Udah selesai semuanya, 'kan?" Ucapan seorang kakak kelas menyadarkannya dari lamunan.
"Iya, Mbak. Nanti sebentar lagi nyusul," sahutnya diiringi senyuman.
"Udah, ayo! Ngapain duduk di luar begini kalau di depan kamu ruang konsumsi?" Mau tidak mau Ahwa bangkit mengikuti langkah kakak kelasnya itu.
"Heh, sek, sebentar."
"Kenapa, Mbak?"
"Hapeku ketinggalan di aula, astagfirullah."
"Ini, Mbak." Layaknya peri penolong, Ning Nadia datang di saat waktu yang tepat.
"Ya Allah, Ning. Makasih, ya."
"Iya, Mbak."
Ahwa hanya duduk diam memperhatikan. Matanya setia mengekor gelagat Ning Nadia. Banyak ucapan menyapa saaat putru kiai itu tengah mengambil makanan, hingga akhirnya kini telah terduduk di kursi samping Ahwa duduk karena tidak ada lagi tempat yang kosong.
"Ahwa, nggak makan?" tanya Ning Nadia.
Tidak ada jawaban. Ahwa hanya tersenyum seraya menganggukkan kepala.
Hening menyergap. Ahwa tidak tahu harus mengatakan apa, sementara Ning Nadia fokus dengan makanannya. Sampai akhirnya netra Ahwa menangkap kedatangan Hasbi yang baru saja mengambil nasi kotak dan memilih duduk di lantai, Ahwa pun tanpa basa-basi bergegas beranjak pergi.
Diambilnya nasi kotak terlebih dahu sebelum akhirnya langkahnya membawanya mendekat ke tempat di mana Hasbi duduk. "Hasbi," sapanya.
"Hm?"
"Ayo, makan di kursi luar!"
Meski sempat kebingungan, Hasbi tetap menuruti keinginan Ahwa. Mereka melangkah keluar bersama-sama. Sementara di sisi lain ada Ning Nadia yang diam-diam hanya bisa memperhatikan keduanya seiring kebingungannya akan sikap Ahwa yang berbeda hari ini.
•••• Bersambung ••••
Terima kasih udah baca sampai sejauh ini. Monggo kritik dan saran jika berkenan.
• collaboration with @aniaputrisyahrani •
11 Agustus 2022
@najwawafzh_
KAMU SEDANG MEMBACA
Determinan (END)
Teen FictionIzinkan saya mengagumimu, Gus. Boleh? Meskipun nanti tidak akan pernah menjadi satu. Langkahnya terhenti, diam terpaku. Bibirnya ingin sekali menyuarakan segala resah dari relungnya yang merasa tak diperlukan adil oleh keadaan. Dia tak meminta rasa...
