Tiga

105 43 10
                                    

Kamis, 11 Agustus 2022

•••

Siapa tau kalian mau tau baca yang versi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa tau kalian mau tau baca yang versi itu. Ini beda versi ya guys.

•••

Selamat Membaca 🌻

•••

Di depan teras rumah Yedam duduk dengan kedua sahabatnya. Dimana mereka duduk melingkar di hadapan beberapa gorengan, makanan Ringan dan tentu beberapa minuman.

Yedam tengah sibuk memainkan Gitar dan satu sahabatnya dengan rambut merah pirang itu tengah sibuk membaca buku meski suara gitar terdengar di telinganya dan satu sahabat lainnya hanya sibuk memakan sesuatu yang ada di hadapannya.

"Yedam."

"Heum?"

"Gimana audisi terbaru Lo?" tanya laki-laki yang tetap sibuk membaca buku. Dia adalah Rendi Pangalila. Laki-laki yang cerdas dan selalu terlihat tenang dalam segala situasi.

Yedam tidak menjawab dan tetap sibuk memainkan gitar miliknya. "Nggak apa-apa. Masih ada kesempatan lain dan Audisi lain." ujar Rendi ketika tau Yedam tidak menjawab tandanya berarti gagal.

"Thanks. Gue akan berusaha lagi meski jutaan kali berjuang." jawab Yedam dengan senyum yang dia tunjukkan untuk kedua temannya.

"Guys,"

"Why?"

"Dua hari lalu gue duduk di Pinggir jalan yang bawahnya ada sungai. Entahlah apa namanya,"

"Hah?" Kedua teman Yedam merasa bingung dan tidak memahami maksud Yedam.

"Kayaknya gue lihat setan penunggu tempat itu, deh!" terang Yedam.

Apa yang di katakan Yedam membuat kedua temannya berhenti melakukan kesibukannya dan menatap lekat Yedam.

"Lo yakin?" tanya Rendi.

Satu temannya hanya terkekeh geli. "Astaga. Pliss deh. Lo ngadi-ngadi tau nggak sih?" ucapnya dengan tawa yang terdengar.

"Yakin!"

"Jelasin ciri-cirinya," tanya Rendi. Meminta untuk Yedam menerangkan apa yang dia tau.

"Dia diem aja. Nggak menyahut pas gue panggil dia."

Untuk Tuhan || Bang Yedam✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang