Tigabelas

45 28 0
                                    


Sabtu, 19 November 2022

•••

Malam ini Yedam datang ketempat biasanya Lea berada, sebenarnya dirinya takut. Tapi sudah cukup lama dirinya tidak datang. Laki-laki itu terus berjalan menyusuri jalan yang sunyi itu.

Dalam beberapa waktu Yedam tiba, di sambut dengan musik yang keras dan Lea yang tidak menyadari kedatangannya. "Lama nggak jumpa." ucap Yedam yang segera duduk di kursi wilayahnya. Bagaimana keduanya duduk di kursi yang berbeda.

Lea tidak menoleh tapi dirinya menjawab, "Aku kira kamu takut buat datang ke sini."

"Siapa yang takut? Gue sibuk dan baru bisa kesini." jelas Yedam.

Lea mengangguk saja untuk kejelasan Yedam. "Tumben Lo dengerin musik nggak pake Earphone. Takut lo, ya?" tanya Yedam yang kali ini merasa terkejut karena Lea biasanya mendengarkan musik dengan Earphone miliknya.

"Earphone ku rusak."

"Kok bisa?" tanya Yedam kembali tapi Lea tidak membalas.

"Btw, lo nggak takut apa duduk disini sendirian? Kalo ada--" ucapan Yedam terpotong oleh Lea.

"Awalnya aku juga takut dan berpikir kalo ada hantu ataupun kejahatan. Tapi setelah aku pikir, nggak ada tempat ternyaman yang bisa aku temui, kecuali disini." ujar Lea.

Lea tersenyum kecil, Yedam mampu melihat Lea yang tersenyum dari kejauhan. "Dan setelah aku pikir kenapa aku memutuskan diam disini padahal takut kalo ada hantu,"

"Tapi sekarang Pandangan dan pemikiran ku sepaham. Kita sebagai manusia harus mempercayai adanya makhluk lain. Kita nggak perlu takut." ujar Lea panjang ke Yedam.

"Tapi lo takut."

"Wajar kalo manusia takut. Itulah hal yang di beri tuhan kepada kita. Rasa takut itulah yang membuat kita harus lebih menjadi lebih baik." balas Lea.

"Sekarang lo masih Takut?"

"Pastinya. Tapi dengan berdoa dan nggak berpikir buruk, gangguan nggak bakal menganggu kita. Jangan berpikir buruk dan berimajinasi hal terlalu menyeramkan. Karna sosok hantu ada, itu berasal dari pemikiran kita sendiri." ucap Lea.

Yedam yang melihat penjelasan dari Lea hanya bisa mengangguk-angguk, "Gila, kata-kata lo itu keren-keren." puji Yedam ke Lea.

Pujian dari Yedam cukup membuat Lea senang. "Aku lagi Pengen buat cerita dimana banyak kata, mau aku sampaikan dalam sebuah karya."

"Udah lo buat?" tanya Yedam dan Lea pun menggeleng yang berarti dia belum melakukan apa-apa.

"Kenapa nggak lo buat?" Tanya Yedam.

"Dimulai dari mana?"

Yedam mundur dan menyedekahkan bahunya ke penyangga kursi itu, "Mana gue tau. Gue bukan anak sastra ataupun seorang penulis." jawab Yedam.

"Nggak terlihat sebuah saran." ujar Lea.

"Intinya itu kayak pelajaran bahasa Indonesia. Dimana kita harus buat sebuah cerita."

Untuk Tuhan || Bang Yedam✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang