Delapan

66 27 0
                                    

Minggu, 28 Agustus 2022

•••

Malam ini tepat waktu selepas makan malam, Lea menggunakan waktu Singkatnya untuk merehatkan  dirinya. Setelah hampir sepekan dirinya tidak menenangkan dirinya di tempat favoritnya.

Langkahnya terus melangkah perlahan di sebuah pembatas besi di mana dibawahnya terdapat banyak air yang melimpah ruah. Sebuah sungai mengalir deras.

Perempuan itu mencoba untuk menikmati setiap udara yang dia hirup, dirinya juga mendengarkan musik Korea yang sedang naik daun Hello Future lagu yang sangat menyenangkan untuk di dengar.

Dengan senyum terukir tipis dirinya mencoba untuk melihat kebawah, bagaimana aliran air itu terlihat deras meski sedikit samar terlihat di matanya. "Kira-kira loncat dari sini terus tujuan akhirnya di mana, ya?" pikir Lea dengan pemikirannya.

"Ke neraka Sepertinya?" sahutan itu berasal dari Yedam yang datang dengan gitar yang dia selempang kan di pundaknya.

Lea kembali tersenyum, "Bener juga sih. Kalo loncat dari sini pasti mati dan akan berakhir ke Neraka." ujar Lea, setuju dengan jawaban dari Yedam.

Perempuan itu mampu mendengar sahutan dan kedatangan Yedam, meski dia sedang mendengarkan musik, meski tidak dalam volume keras.

Dengan raut bertanya Yedam berucap, "Terus kenapa Lo tanya?"

"Ya, siapa tau aku mau coba gitu--" ucapan Lea terpotong cepat oleh Yedam.

"Gila Lo! Jadi Lo ada niatan buat bunuh diri?" tanya Yedam dengan suara kerasnya.

Ucapan keras dari Yedam membuat Lea menoleh menemukan Yedam dengan raut kesal itu, "Kalo nggak ada jalan keluar. Pilihannya apa, kalo nggak mati?!" balas Lea. Perempuan itu berjalan meninggalkan Yedam yang bingung untuk ucapan Lea.

Lea memilih untuk duduk di kursi kepemilikannya dan mengabaikan Yedam dengan ekspresi bertanya-tanya itu.

Yedam berdiri tepat di depan Lea yang duduk terdiam itu, "Jangan sembarangan. Hidup itu tujuannya untuk kebaikan. Jangan berpikir buruk dan aneh-aneh!" ujar Yedam keras dengan rasa kesal itu.

Lea merasa tidak nyaman dan memutuskan untuk berdiri, keduanya saling berhadapan dengan ekspresi yang tidak bisa di jelaskan. "Hidup itu terlalu berisik dan melelahkan. Buat apa di pertahankan?" kali ini Lea Bertanya ke Yedam.

"Lea, Lo harus mikir soal hidup ribuan kali, deh. Dan hargai setiap detik hari yang Lo lalui. Ingat matipun tetep nggak akan ada ketenangan dan kebahagiaan. Malaikat akan selalu mempertanyakan setiap detik yang Lo lalui di masa Lo masih hidup." tutur Yedam, suara mulai terlihat stabil dan terasa lebih tenang.

Lea melihat lekat Yedam dengan matanya yang tidak mampu untuk berkedip itu, "Udah. Kenapa kamu kelihatan serius?!"

"Kita baru ketemu beberapa hari dan kamu seolah-olah merasa kita udah kenal dan berteman lama." ujar Lea.

Yedam tersenyum tipis di depan Lea, "Sekarang Lo temen gue. Ingat, Lea, rasa sakit jangan Lo simpan sendiri. Sekarang Lo pulang dan tidur" terang Yedam.

"Siapa kamu?!" ucap Lea ke Yedam.

"Gue temen Lo. Jadi sekarang gue mau Lo Pulang."

"Tapi kamu bukan temen ku. Dan ingat, Yedam."

"Hidup Karna terpaksa adalah kesakitan yang nyata!" ucap Lea dengan suara sedikit keras.

Lea pergi begitu saja meninggalkan Yedam yang masih berdiri di tempat dan melihat kepergian Lea yang terlihat begitu kesal kepadanya. "Lea, Lo sebenarnya siapa, si?" ucap Yedam, dia tidak menyadari tersirat senyum tipis di bibirnya.

Untuk Tuhan || Bang Yedam✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang