Setelah melewati hari yang melelahkan, akhirnya hari Minggu tiba juga. Hari libur harus dimanfaatkan dengan baik! Untuk Fany sendiri dia lebih memilih memulai untuk bangun kesiangan. Bunda nya tidak mempermasalahkan itu karena hari libur. Selain itu, Akila sedang ada urusan dan Jinan sibuk dengan kencan nya dengan Jevan, jadi dia memanfaatkan waktu untuk me time.
Jam dinding sudah menunjukan pukul 12 siang dan Fany baru keluar dari kamarnya. Ia masih mengenakan baju tidur, rambutnya acak-acakan, dan ia menguap lebar. Gadis itu berjalan menuju ruang makan karena perutnya sudah meraung minta diisi.
"Gembel darimana lu." Sahut Bian ketika dia sedang makan siang.
Fany tidak peduli dan langsung mengambil piring, dia mengambil nasi dan beberapa lauk. Sementara itu Bian tampaknya masih ingin berbasa-basi hingga Fany membalasnya.
"Kebo banget. Lo gak main keluar?" Tanya Bian.
"Ngapain?" Akhirnya Fany membalas kemudian duduk di seberang Bian dan mulai makan.
"Ya biar produktif dikit lah."
"Bomat. Btw bunda mana?" Tanya Fany karena sedari tadi rumahnya sepi dan dia hanya melihat Bian.
"Pergi jahit baju." Balas Bian.
"Kalo ayah?" Tanya Fany lagi.
"Ke rumah pak RT, kata nya mau main catur sambil minum kopi."
"Siang-siang gini minum kopi?"
"Ya mungkin aja es kopi."
Akhirnya tidak ada percakapan lagi karena Fany sibuk menghabiskan makanannya. Bian sudah selesai kemudian menaruh piringnya di wastafel.
"Lo mau temenin gue ke Alfamart depan komplek gak?" Tanya Bian sambil menuangkan air minum ke dalam gelas.
"Hah? Ngapain."
"Gue mau beli-,"
Ding dong Ding dong...
Suara bell pintu depan membuat Bian langsung minum dengan cepat dan langsung berlari ke arah pintu depan untuk menerima tamu. Cowok itu membuka pintu depan dan melihat seorang anak kecil di terasnya. Bian kenal anak itu, namanya Rendy dan dia adalah anak pak RT di kompleknya.
"Siang bang, ini ada titipan dari pak Wijaya." Kata anak itu.
"Hah? Bokap gue?" Tanya Bian.
"Ya iyalah bang, emangnya di komplek ini ada lagi yang nama nya pak Wijaya?"
"Nitip apa?" Tanya Bian lagi.
"Ini." Ucap anak itu sambil menyodorkan ayam jago yang sedari tadi dia peluk. Tentu saja itu membuat Bian spontan kaget karena ia pikir itu peliharaan Rendy.
"Buset! Ngapain dititipin ayam?!"
"Tadi katanya pak Wijaya dikasi ayam jago sama ayahku. Tapi pak Wijaya nya masih mau ngobrol sama ayah, maka nya aku disuruh anterin ke rumah." Ucap Rendy.
"........"
"Ini bang?" Rendy menyodorkan ayamnya lagi membuat Bian mundur sedikit.
"Bentar. FANY!!!!" Panggil Bian sambil teriak ke dalam rumah agar adiknya mendengarnya.
"APAAN SIH TERIAK-TERIAK!" Balas Fany emosi.
"SINI BENTAR LO."
Mendengar kakaknya yang berteriak seperti orang gila, Fany mau tak mau menunda sarapannya dan berjalan ke depan teras. Dia melihat kakaknya bersama dengan Rendy dan seekor ayam.
"Apa?" Tanya Fany malas.
"Lo.. ambilin ayamnya, gue gak berani." Ucap Bian membuat Fany melotot.
"HAH?! yang bener aja bang! Lu aja takut apalagi gue!" Seru Fany heboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE
Teen FictionSetelah mengetahui mantan pacarnya adalah cowok brengsek, Fany akhirnya mau tak mau harus terlibat perjodohan yang sudah disiapkan oleh orang tua nya. Alasannya sih demi menghindari Fany dalam berhubungan dengan cowok seperti itu lagi. Awalnya gadis...