BAB 4 : RAHASIA GERRY

20 2 0
                                    

"Eh Lo dari SMA Cempaka Putih?" Bagas mengobrol dengan Gilang di sebelahnya.

"Iya. Biasalah, gue kesini nemenin pacar nonton film." Kata Gilang tampak akrab.

"Btw gue sekelas sama Fany. Gue tau dia punya pacar, tapi gue gak tau kalo pacarnya anak SMA Cempaka Putih. Mantan gue juga anak sana." Kata Bagas sambil ketawa.

"Lah Gas, Lo punya mantan?" Tanya Fany agak kaget.

"Punya lah! Tapi cuma jalan 1 minggu."

"Apaan tuh hahahaha!"

"Ya mau gimana lagi. Gue sama dia gak cocok."

"Mungkin Lo malu-maluin makanya cewek Lo langsung mundur. Mencegah malapetaka." Kata Akila tiba-tiba membuat mereka tertawa.

"Btw Lo udah berapa lama sama Fany?"

"1 bulan-an." Jawab Fany bangga.

"Yaelah, 1 bulan doang sombong banget tadi ngata-ngatain gue."ucap Bagas membuat Fany menatapnya kesal.

"Ya kan masih mending daripada cuma seminggu!"

"Ssshhh, ayang jangan marah."

"Gak kok. Si Bagas emang sering banget buat aku emosi!" Ucap Fany mengadu ke pacarnya membuat Bagas ingin muntah.

Melihat Fany yang setiap hari nya emosi, heboh, dan ribut sangat berbanding terbalik ketika manja bersama Gilang membuat Bagas bertanya-tanya apakah gadis itu berkepribadian ganda. Akila sendiri tampak sudah tidak peduli dan sibuk meminum minumannya. Bagas kemudian mengalihkan perhatiannya ke arah Jevan yang tampak asik mengobrol berdua bersama Jinan.

"Eh eh! Lo berdua asik banget. Pacaran?" Tebak Bagas tiba-tiba membuat perhatian semua orang di meja itu beralih ke arah Jinan dan Jevan.

"Jinan curang! Gak bilang-bilang!" Seru Fany ikut berkomentar.

"Beneran?" Tanya Akila memastikan.

"Gak." Jawab Jinan cepat.

"Jev, Lo pilih Bella apa Jinan?" Tanya Fany tiba-tiba membuat Jevan menaikan alisnya karena bingung.

"Kenapa Bella, Fan?" Tanya Jevan.

"Gue denger Lo deket sama Bella, jadi gue mastiin Lo gak mainin perasaan sahabat gue." Kata Fany diiringi suara tawa nya.

"Gue-,"

"Gak! Sejak kapan gue sama Jevan? Gue baru ketemu 2 kali." Potong Jinan cepat sebelum Jevan menjawab pertanyaan menjebak Fany.

"Oh, jadi belom ya. Kirain udah jadi." Kata Bagas yang nada nya agak kecewa.

"Serah Lo deh." Kata Jinan dan kebetulan saja pelayan yang membawa pesanan mereka datang.

Jinan akhirnya tidak melanjutkan dan entah bagaimana topik itu langsung menghilang seiring dengan pesanan makanan mereka di letakan di atas meja. Sepertinya, obat yang bisa menghentikan omong kosong teman-temannya hanyalah makanan.

Di tengah-tengah makan malam dan topik obrolan yang sudah berubah, tiba-tiba suara nada dering ponsel Akila berbunyi. Dia mengangkat telepon nya dan mulai berbicara dengan nada kesal. Setelah beberapa detik berbicara dia menatap Jinan dan Fany bergantian.

"Guys, kakak gue nelfon katanya minta jemput. Motornya lagi rusak, jadi yah..." Akila menatap Jinan tidak enak.

"Gue gak bisa nganter Lo pulang Nan. Lo pesen ojol, gak apa-apa kan?" Kata Akila agak merasa bersalah.

"Santuy. Lo jemput kakak Lo aja, kasihan." Kata Jinan membuat Akila langsung berdiri.

"Sorry banget ya guys. Kakak gue ngomel-ngomel sih." Kata Akila agak terburu-buru pergi, tapi sebelum itu ia sempat menitipkan sejumlah uang untuk membayar bagian makannya kepada Fany.

TROUBLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang