14. The Meaning of Kissing

1.5K 57 5
                                    

"Ka, ngapa lo dari tadi pegang-pegang pipi mulu? Sakit gigi?" pertanyaan dari Bimo membuatku tersadar dan buru-buru menurunkan tangan.

"Hah? Nggak ah, pegang pipi apa sih?"

"Lo ngga nyadar ya, dari tadi, lo jalan menuju kelas, sampe sekarang, tangan lo tuh di pipi muluk!" tatapan Bimo penuh selidik, jadi berasa terdakwa yang di interogasi polisi deh gue.

"Oh gue tau!" Bimo tersenyum. Ia mendekatkan kepalanya, lalu berujar dengan suara yang lebih lirih.

"Jangan-jangan, tadi malam lo berbuat tidak senonoh, terus digampar sama bu Yura!"

What? Aku melotot dan reflek tanganku mencekik leher Bimo. Pelan kok, ngga kenceng, bukan mau bunuh orang.

"Gila lo ya, banyak orang, jangan sebut namanya di sini!"

"Wekkk, ampun, ampuuun" jerit Bimo, segera kulepaskan cengkraman tanganku di lehernya.

Bimo lalu membenarkan kerah bajunya yang berantakan karena kucekik tadi. "Kalo bukan itu terus apa?" tanyanya.

Aku menarik napas sambil mencari alasan yang tepat, "Kepo amat si lo! Ada nyamuk tadi nempel di pipi!"

Bimo tersenyum. Senyum yang seolah mengatakan, bohong lo ah! Tapi ia tidak bertanya lagi, malah mengalihkan perhatian dengan mengeluarkan buku pelajaran dari tasnya.

"Eh Mo, gue mau tanya."

"Hem nanya apa?" Bimo menanggapi acuh tak acuh.

"Jadi gini, temen gue ada yang nanya nih, tapi gue kan ngga tau jawabannya, makanya nanya ke elo."

Bimo menghentikan aktivitasnya lalu menoleh ke arahku.

"Menurut lo, kalo cewek, emmm, ini temen gue lo ya!" Sengaja kuulang di bagian 'ini temen gue' biar dia nggak mikir yang iya-iya.

"Iya, tau temen lo! Kenapa temen lo?" tanya Bimo tak sabaran.

"Kalo cewek nyium cowok di pipi, itu artinya apa?" tanyaku hati-hati, berusaha senatural mungkin, jangan sampai Bimo tahu kalau pertanyaan itu sesungguhnya berkaitan dengan pengalaman pribadiku.

"Oh gitu... Menurut gue yah. Kalo cewek nyium pipi," Bimo menjeda kalimatnya dengan deheman.

"Itu berarti, lo ngga ada artinya buat dia."

Hah? Aku melotot, "Kok bisa?"

"Yaiyalah, lo liat cewek-cewek, ketemu siapa aja pasti saling cium pipi, cipika-cipiki. Jadi, kalo lo, em maksudnya temen lo itu dicium di pipi, itu artinya dia sama aja seperti kebanyakan orang dalam kehidupan si cewek. " Penjelasan panjang Bimo membuatku menarik napas, seperti menahan kecewa. Ah masa iya aku kecewa?

Bimo tersenyum jahil sembari menepuk-nepuk bahuku, "Yang sabar ya bro!"

"Sialan lo." Aku meninju lengan Bimo yang empuk.

"Dibilang ini temen juga, bukan gue!"

🌷🌷🌷

Sepulang sekolah, aku menuju ke rumah Papa dengan motor besarku. Kangen sama masakan budhe.

"Lho Mas Arka, sendiri?" Budhe clingukan, mungkin mencari Yura.

"Iya Budhe sendiri."

"Kok istrinya ngga diajak?" Duh aneh rasanya mendengar kata istri.

"Aku sama Yura kan berangkat pulang sekolah sendiri-sendiri Budhe. Dia paling udah di apartemen ini."

"Udah bilang sama Mbak Yura kalau mampir sini?" tanya Budhe lagi.

"Emang harus budhe?" Aku malah balik bertanya.

"Ya harus lah, istri harus tahu ke mana suaminya pergi. Begitupun sebaliknya. " Budhe menepuk-nepuk punggungku.

"Dih nggak enak banget apa-apa harus laporan!"

Budhe menghela napas lalu menggeleng-gelengkan kepala. "Mas Arka mau makan di sini?"

"Pasti lah. Emang ke sini kan cari makan. " Aku terkekeh.

"Tapi jangan bilang-bilang Papa ya!" Ucapku lirih sambil melangkah masuk ke dalam rumah.

"Masak apa Budhe?" Aku membuka tudung saji.

"Nah ini baru makanan," ujarku begitu melihat ayam goreng kremes, sayur sop dengan banyak potongan daging dan sambal di atas meja.

Aku lantas membuka kulkas yang isinya penuh dengan buah-buahan mahal. Beda sama kulkas di apartemen Yura, isinya paling sayuran dan buah yang tidak terlau kusuka. Yura membelinya pasti karena murah. Huufft.

Kucomot sebuah apel, langsung aku gigit tanpa mengupasnya terlebih dahulu.

"Kalau tau mas Arka mau ke sini, Budhe masak lebih banyak lagi, biar bisa dibawa pulang sekalian buat Mbak Yura."

"Arka juga baru kepikiran pas pulang sekolah tadi mau ke sini. Habisnya Yura tuh tiap hari masaknya, kalo nggak tempe, tahu, ya ikan asin. Jadi ngga selera makan!" sungutku.

"Memangnya, mas Arka kepengen makan apa?"

"Ya makanan kaya biasanya Arka makan. Ayam, udang, daging. Masa tahu tempe terus sih!" jawabku sambil mengambil nasi dari rice cooker.

"Lha Mas Arka ngasih uang belanja berapa ke Mbak Yura? Cukup nggak buat beli apa yang Mas Arka mau?"

❤️❤️❤️

Nahlhoo kena mental nih Arka. Ada yg ngikutin cerbung ini ga siih. Kalo sepi ditamatkan sampai sini aja yaa di wp.

Btw ini kenapa pendek karena cuma bisa post cuplikan yaa mulai bab 11. Bisa dibaca langsung sampai tamat di KaryaKarsa  Fullpart 39 bab hanya 36K. Bisa pakai kode voucher LovelyTeacher5K untuk dapat diskon 5K.

Oh My Lovely TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang