"Bro!" Rizal menghampiriku dengan wajah serius di jam istirahat. "Sekolah sebelah bikin ulah lagi!"
"Dah ga usah ikut-ikutan." Bimo berbisik di telingaku. "Kapok masuk kantor polisi lagi."
Aku menarik napas mempertimbangkan ucapan Bimo. Apalagi pagi tadi Yura mengataiku anak kecil. Rasa-rasanya ingin kutunjukkan bahwa aku adalah lelaki dewasa, sama bahkan lebih dewasa dibanding Mr. Dika.
"Masa mereka gangguin guru sekolah kita!" Rizal masih berusaha memanas-manasiku. "Nggak sopan, kan!"
"Udah gitu, yang digangguin .... " Ia menjeda kalimatnya sejenak, bikin aku penasaran.
"Bu Yura!"
Spontan aku berdiri dan menggebrak meja. Darahku mendidih rasanya begitu mendengar nama Yura disebut. Mengapa Yura tidak cerita padaku?
Bimo ikut berdiri, memegang kedua pundakku. "Jangan terlalu kentara bro!" bisik Bimo.
"Kita kasih pelajaran mereka sepulang sekolah!" ucapku pada Rizal, Bimo hanya mendesah pasrah mendengar keputusanku.
"Sip Bro! Biar gue beritahu yang lain!"
"Brader, sabar! Ga semua harus diselesaikan dengan kekerasan," ujar Bimo ketika Rizal sudah pergi.
"Ah orang seperti mereka Mo, mana bisa dikasih tau baik-baik, dah nggak mempan! Apalagi ini menyangkut harga diri gue sebagai suami."
🌷🌷🌷
Sepulang sekolah aku langsung bergabung bersama Rizal, Ali, dan ada dua siswa lagi dari kelas lain. Bimo tidak ikut, aku tak memaksa, biarlah dia tetap jadi anak baik.
Aku dan tim siap tawur saling berboncengan menuju sekolah sebelah yang disebut Rizal tadi. Sekolahnya memang tidak terlalu jauh dari sekolah kami, makanya disebut sekolah sebelah.
Bisa dibilang kami musuh bebuyutan karena bukan di generasiku saja kami sering serang, tapi dari semenjak jaman kakak-kakak kelas terdahulu. Biasanya tawuran terjadi setelah kedua sekolah berlaga di sebuah pertandingan dan tentu saja ada salah satu pihak yang kalah lalu suporternya tidak terima. Pernah juga masalah perempuan. Dua alasan itu yang paling sering jadi pemicu kami tawuran.
Pelaku tawuran sendiri tidak melulu yang terlibat permasalahan, seringkali kami ikutan karena alasan solidaritas.
"Nah tuh dia orangnya, Ka!" Ali menunjuk gerombolan siswa yang lagi merokok di belakang sekolah.
Segera aku memainkan gas motor agar mereka sadar akan kedatangan kami. Saat mereka mulai menoleh, motor kutepikan, kami turun dari motor dengan gagah berani.
"Heh lo! Berani ganggu guru dari sekolah kita ya!" ujarku dengan suara lantang sambil mengacungkan jari telunjuk.
Alex si ketua geng membuang rokoknya, menatap bengis padaku. Ia dan teman-temannya dengan langkah lebar mendekati kami.
"Mau apa lo ke sini?" Ia mendorong kasar bahuku. Tentu saja kubalas hal yang sama.
"Mau bikin perhitungan sama lo!"
Setelah itu perkelahian terjadi begitu saja, kami saling pukul, tendang, dan bahkan mencari apa saja yang bisa digunakan sebagai senjata. Tak cuma aku dan Alex, tentu saja teman-temannya juga teman-temanku ikut terlibat dalam perkelahian.
Alex dengan mudah kukalahkan, ternyata hanya segitu saja kekuatannya. Kini aku sudah mengunci badannya dengan tangan dan kakiku sehingga ia tak berkutik.
Tapi tiba-tiba aku merasa dua orang mencengkram pundakku lalu menarik dengan kuat sehingga cekalan tanganku pada Alex terlepas.
Aku terhuyung ke belakang. Kulihat Alex mengeluarkan pisau kecil dari kantong celananya. Ia berjalan perlahan ke arahku. Kedua orang tadi masih memegang lenganku sehingga aku tak dapat bergerak menyelamatkan diri.
"Alex, ja-jangan," ucapku terbata-bata, ketika melihat ia semakin mendekat.
Tangannya yang menggenggam pisau dinaikkan sejajar kepala, dengan senyum sinisnya ia seolah siap menghujam tubuhku yang sudah lemah tak berdaya.
"Jangaann...." jeritku sambil memejamkan mata.
Lalu yang kurasakan setelahnya hanya kehangatan, tidak ada sakit, tidak ada tusukan. Semerbak bau harum yang terasa familiar menenangkanku. Apa Alex urung menusukku dengan pisaunya? Atau kini aku ada di surga? Hush! Ngawur kamu Arka, mana ada bocah badung masuk surga. Salah satu sisi hatiku berkata.
Perlahan aku membuka mata.
"Yu-Yura ...." kulihat Yura memelukku namun badannya terkulai lemas.
"Ayo kabur!" teriak salah seorang berbarengan dengan kudengar suara sirine mobil polisi.
"Da-darah ...."
Dear reader terimakasih sudah mengikuti cerita ini. Jika ingin lanjut membaca bisa ke KBM App atau KaryaKarsa ya.
Judul KaryaKarsa: Oh, My Lovely Teacher
Judul KBM: Menikahi Ibu Guruku
Mohon maaf jika ini mengecewakan kalian, kudoakan kalian luber-luber rejekinya. InsyaAllah saya akan membuat cerbung GRATIS tis sampai tamat di akun ini, sebagai tanda terimakasih kepada pembaca setia wattpad. Follow aja dulu akun ini ya gengs.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Lovely Teacher
Teen Fiction"Mengapa Bu Yura mau menikah dengan saya? Jangan bilang, diam-diam ibu menyukai saya." "Arka... Arka... jangan besar kepala kamu ya! Mana mungkin bocah ingusan sepertimu membuatku jatuh cinta!" "Lalu?" "Uang. Aku butuh uang untuk pengobatan i...