19. Kado Ultah

1.2K 56 6
                                    

Masalah pertama mencari kado buat Yura terselesaikan. Masalah selanjutnya adalah bagaimana aku memberikannya pada Yura.

Aku berdiri cukup lama di depan pintu kamar apartemen sambil memikirkan hal ini. Sesekali mulutku mengucap kata, berlatih agar tak canggung ketika mengucapkan selamat ulang tahun pada Yura nanti.

"Istriku, Azyura, selamat ulang tahun." Ehm kesannya kok terlalu percaya diri, nyebut istri segala.

"Yura, aku membelikan ini untukmu, semoga suka." Ah kesannya formal sekali.

"Yura, aku..."

"Ops Arka?!" Tiba-tiba Yura membuka pintu dan nampak terkejut ketika mendapatiku di hadapannya. Begitupun denganku, sama terkejutnya.

"Kenapa baru sampai rumah? Bukannya sudah pulang sekolah dari tadi?"

"Dari membeli ini!" jawabku seraya menyerahkan sebuah kantongan kertas padanya.

"Apa ini?" Yura mengeluarkan isinya.

Sementara aku menerobos masuk ke dalam rumah. "Kulihat tasmu sudah buluk, jadi kubelikan itu sebagai hadiah ulang tahun."

"Enak saja sudah buluk!" protesnya lalu menyusulku masuk. "Tasku masih bagus tahu! Pemborosan kamu, pakai beli-beli gini segala. Lagian kamu dapat uang dari mana? Kemarin ada beberapa murid yang ketahuan bermain judi online. Kamu tidak ikut-ikutan kan?"

Aku menoleh, kulihat ia metapku tajam, menunggu jawaban.

"Kalau tidak mau tak usah!" kurebut lagi kantongan kertas dari tangannya. Argh kenapa kita malah berantem sih?

"Bukan begitu!" ia mengejarku menuju sofa, mengambil lagi hadiah yang tadi kuberikan padanya. "Sensitif banget sih! Dasar bocah!"

"Itu apa?" Di meja kulihat ada beberapa batang coklat, bunga, juga kartu ucapan berwarna pink.

"Dari temen-temen kamu. Ada-ada aja anak jaman sekarang," ia berdecak.

Untung saja aku tadi tak menuruti saran Bimo membeli coklat.

Kuambil salah satu kartu dan membacanya. Ucapan selamat ulang tahun dari Rizal rupanya. Satu lagi kulihat, dari Ali. Lalu.. Reno?

Astaga, sudah punya pacar pun masih sempet mepetin istri orang. Bangs*t emang! Dan dua hadiah lainnya dari murid di kelas lain. "Dasar bocah tengik!"sungutku dalam hati.

"Dari Mr.Dika ada?" pertanyaan ini spontan keluar dari mulutku.

"Ih kepo!" jawabnya lalu beranjak ke meja makan.

"Ayo makan dulu Arka, jangan bilang kau sudah makan di luar, atau diam-diam datang lagi ke rumah Papa numpang makan."

"Tidak, aku belum makan," kataku sambil mencuci tangan di wastafel.

Yura menyodorkan piring berisi nasi dengan lauk ayam kepadaku. "Tumben!"

Kulirik piring Yura, lauknya hanya tempe dan tahu. "Kenapa lauk kita beda?"

"Kau kan tidak suka tempe tahu, kalau aku suka sekali," jawabnya lalu menyantap makanannya dengan lahap.

"Yura, cincinmu mana?" tanyaku ketika tanpa sengaja melihat jari manisnya yang biasa berhias cincin nikah kini menjadi polosan.

"Segitunya kamu menyembunyikan pernikahan kita?" entah mengapa aku merasa tersinggung.

"Kau yang minta kita menyembunyikan, bukan aku!" Ah iya juga.

"Tapi pakai cincin juga tak masalah kan, beberapa teman perempuanku masih single juga pakai cincin," kilahku.

"Emm sebenarnya cincinnya..." ia tampak ragu menyelesaikan kalimat.

"Cincin itu ... aku gadaikan!"

"Astaga!" sungguh aku terkejut mendengar pengakuannya. "Kenapa sampai begitu?"

"Kemarin motorku mogok di depan Toko Merah dan setelah kubawa ke bengkel ternyata membutuhkan biaya perbaikan yang lumayan."

"Kamu dorong motornya sendiri?" tanyaku yang dijawabnya dengan anggukan.

Aku menarik napas panjang. Membayangkan ia mendorong motor seorang diri dari Toko Merah menuju bengkel yang jaraknya cukup jauh.

"Lain kali bilang padaku kalau ada kondisi begini. Bagaimanapun, ehm, aku suamimu."

"Memangnya... kamu punya uang?" tanyanya polos.

"Ya jelaslah!" aku menjawab penuh penekanan. "Jelas nggak punya!" sambungku membuatnya tertawa.

Melihat tawanya, entah mengapa segala kesulitan yang kami hadapi saat ini, seperti lebur begitu saja. Dalam hati aku menyalahkan Papa yang begitu tega mencampakkan anak dan mantunya seperti ini.

"Janji ya, cerita kalau kau mengalami kesulitan. Paling tidak aku tak membiarkanmu menghadapi masalah sendirian."

Aiih Arka so sweet ngga sihh. Komen yang seru dong siapa yang masih ngikutin cerita ini. Btw jangan lupa ikut giveaway di buku saya yang berjudul "Dijodohkan dengan Adik Suamiku"

Oh My Lovely TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang