"Assalamualaikum ...."
Aku tengah menonton televisi ketika Yura datang dan mengucap salam.
"Waalaikum salam," jawabku.
Setelah melepas sepatu dan meletakkannya di rak, ia merapikan sepatuku yang sengaja kuletakkan sembarangan.
Biasanya dia akan mengomel dan aku kesal mendengarnya. Tapi kali ini justru aku menunggu omelannya.
"Tumben nggak marah," kataku.
"Capek!" jawabnya singkat lantas melewatiku begitu saja.
"Tunggu Yura." Aku mencekal pergelangan tangannya hingga ia menghentikan langkahnya.
"Lebih baik kamu marah. Ngomel sepanjang kereta api. Tapi jangan diam."
Ia menghela napas, lalu menarik tangannya, dan tanpa sepatah katapun langsung masuk ke dalam kamar. Kukejar, tapi dia buru-buru menutup pintu kamar. Ugh! Aku mengacak rambutku kesal. Mengapa serumit ini memahami wanita.
Esok harinya aku bangun pagi-pagi sekali, sebelum Yura terjaga. Mencoba mengikuti saran Bimo.
"Lu di rumah ngerjain apa?" tanya Bimo usai aku curhat tentang Yura kemarin. Bimo emang belum pernah punya pacar, tapi dia punya tiga orang saudara kandung perempuan, dua adik dan satu kakak, jadi kupikir dia cukup pintar memahami perasaan kaum hawa.
"Ya, paling nonton, main game, makan, ngerjain PR. Apa lagi?" jawabku.
"Yang nyapu, ngepel, nyuci piring, nyuci pakaian, setrika?" tanya Bimo.
"Ya Yura, lah!"
Bimo geleng-geleng kepala. "Kagak tau diri lu emang, udahlah tinggal numpang, kagak ngerjain apa-apa lagi!"
"Wajar dong! Bokap gue udah ngasih duit banyak buat dia!" Aku membela diri.
Sejenak Bimo menarik napas. "Kalo lo mau dia maafin lo, cobalah terlihat keren di matanya."
"Keren?"
Bimo mengangguk.
"Kurang keren apa gue sih!" Aku menyugar rambut bagian depan dengan jemariku.
Bimo memicingkan mata, lalu berdecak, nampak jijik dengan sikapku barusan.
"Bukan keren seperti itu yang gue maksud. Lu bangun pagi-pagi, nyapu, ngepel, cuci piring!"
"Hah? Yang bener aja lo, ngebabu gitu masa bisa kelihatan keren sih?"
"Eh ngga percaya! Bagi cewek, cowok yang mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga itu seksi!"
Aku menelan ludah, sulit dipercaya tapi tak ada salahnya dicoba.
"Arka?"
Yura menyebut namaku begitu membuka pintu kamar. Sepertinya ini pertanda baik. Paling tidak dia sudah mau bicara.
"Ngapain kamu?"
"Cuci piring," jawabku, masih dengan tangan penuh busa sabun.
Yura kemudian mendekat, lalu geleng-geleng kepala. "Bajumu sampai basah semua."
"Pakai ini." Ia mengalungkan apron pada leherku, setelah itu dilingkarkan tangannya ke pinggangku untuk mengikat tali apron. Jarak kami begitu dekat hingga jantungku serasa berhenti berdetak. Ingin aku menarik tubuhnya dalam dekapanku tapi suara hatiku yang lain membuatku urung melakukannya.
Jangan keterlaluan Arka, kau sudah diberi hati, jangan minta jantung!
"Maafkan yang kemarin ya," bisikku.
Ia memandangku lalu tersenyum. Apa itu artinya ia sudah memaafkanku?
"Aku mau cuci pakaian," ujarnya lalu berjalan ke mesin cuci yang hanya beberapa langah dari tempatku berdiri sekarang.
"Arka!" panggilnya setelah ia memasukkan beberapa baju ke mesin cuci.
Aku menoleh. "Ya?"
"Kau melihat daster batikku?"
"Daster batik?" Aku berpikir sejenak.
"Apa daster yang sudah bolong-bolong yang kau cari?" tanyaku memastikan.
Yura mengangguk. "Hem!"
"Eng... ini bukan?" Aku menunjuk ke arah kakiku.
Yura terbelalak ketika melihat apa yang kuinjak.
"Hei! Itu daster kesayanganku!" serunya.
"Ha-habisnya tadi di sini basah, terus nggak ada lap. Karena sudah bolong, kupikir ini lebih cocok buat gombal," jawabku dengan sedikit terbata.
"Makanya kalo nggak tau itu tanya dulu!" bentaknya lalu melempar sisa baju kotor di tangannya ke arahku.
Yura menghentakkan kakinya, melangkah menuju kamar dan membanting pintu, membuatku mengelus dada. Sabar ... sabar .... Baru aja baikan, udah timbul masalah baru lagi.
Apa yang terjadi selanjutnya? Yang jelas bikin baper uwuwuwu. Btw mohon maaf banget nggak bisa up full part di sini ya, karena cerita ini sudah lebih dulu publish premium di KBM App. Kamu bisa lanjut baca di KBM App dengan judul: Menikahi Ibu Guruku. Atau di KaryaKarsa dengan judul: Oh, My Lovely Teacher.
InsyaAllah akan saya tayangan cuplikannya di sini sampai bab 20 ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Lovely Teacher
Teen Fiction"Mengapa Bu Yura mau menikah dengan saya? Jangan bilang, diam-diam ibu menyukai saya." "Arka... Arka... jangan besar kepala kamu ya! Mana mungkin bocah ingusan sepertimu membuatku jatuh cinta!" "Lalu?" "Uang. Aku butuh uang untuk pengobatan i...