#4

26.2K 2.4K 18
                                    

1. Sudut pandang Jonathan
& Xavier

.....SELAMAT MEMBACA.....

Hari kian terang, ayam yang tidak tahu diri pun telah berkokok. Namun pria tersebut masih nyaman dan terus bergelung dengan selimut nya.

Ceklek..

Tidurnya terusik tatkala Nathan mendengar langkah kaki dan suara pintu yang terbuka. Ia pun mulai membuka kedua kelopak matanya, Sorot matanya tidak henti menatap punggung istrinya yang sedang mencari baju yang pas untuk di pakainya nanti.

Ketika melihat istrinya berjalan kearahnya. Nathan langsung menutup kelopak matanya kembali, berharap Istrinya tidak menyadari.

"Mas bangun! Mandi!" Suara lembut menyapu daun telinganya.

Nathan pun kembali membuka matanya. Ditatapnya sejenak wajah cantik istrinya, lalu pria itu menyenderkan punggungnya. Perlahan namun pasti, bibirnya mendekat ke arah dahi istrinya.

Cup.

"Morning," ucapnya.

"M-morning too," Jawab istrinya.

Bisa Jonathan lihat, tubuh istri kecilnya itu menegang, ia pun berinisiatif turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.

'Menggemaskan,' gumamnya seraya tersenyum tipis.

Nathan pun melakukan ritual paginya. Setelah selesai, pria tersebut keluar dengan handuk yang melingkar di pinggang serta tanggan yang mengusap dan mengeringkan rambutnya dengan bantuan handuk kecil.

'Ah, dia sudah pergi."

•••

Seorang pria bersandar pada ujung ranjang. Tatapannya mengarah lurus ke sebuah pintu. tampaknya, pria itu sedang menunggu seseorang dan benar saja selang beberapa menit, seorang gadis cantik memasuki kamarnya.

Pria itu menampilkan wajah datarnya.

"Ah, t-ternyata Mas sudah bangun! Aku akan menyiapkan kebutuhan kantor Mas," ucap Istri kecilnya.

Xavier menarik tangan istrinya membuat gadis kecil itu lebih dekat dengan nya.

Cup.

Xavier mengecup pipi chuby istrinya yang terlihat memerah.

"Ini sudah didahului oleh Nathan kan?" Tanyanya dan diangguki oleh istri kecilnya, lalu Xavier mengusap dahi istrinya.

Nasib menjadi suami kedua. Apa pun dinomor dua 'kan. Bahkan, kecupan pun sudah ada yang mendahului.

'Apakah dia ketakutan?"

Xavier melepaskan tangannya hingga membuat istrinya langsung berdiri. "A-aku akan menyiapkan air dahulu," katanya dan segera menuju kamar mandi.

'Tangannya sangat kecil dan halus,'

'Apakah menggenggam sedikit lebih kencang tangannya, akan meremukan tulangnya?' batinnya sambil menatap tangannya yang menggenggam tangan istri kecilnya tadi.

•••

Beberapa menit kemudian. Mereka pun sudah rapih dengan setelan yang istrinya cocokan. kedua pria itu terus menatap istrinya hingga membuat punggung gadis itu panas-dingin.

'Dia sangat kecil.'

'Dia sangat pendek.'

Ting.

Mereka pun sampai di lantai bawah.

Satu hal yang mereka dapatkan ketika sesampainya di ruang makan adalah, masakan yang hampir mereka jarang lihat.

'Sangat harum.'

Xavier dan Jonathan pun duduk di kursinya tampak istri kecilnya yang sibuk melayani keduanya.

Kedua pria itu menatap piringnya. kemudian beralih kepada istri kecilnya yang tengah memakan masakan harum yang terlihat menggiurkan itu dengan hikmad.

'Apakah seenak itu?'

"Mas mau?" tawar Zora yang akhirnya membuka suara. Terlihat istri kecilnya menghentikan suapan pada mulutnya. Dan melihat Jonathan dan Xavier dengan kebingungan. Dengan ragu, gadis itu pun bertanya.

"Boleh," Jawab Jonathan. Pria tersebut ingin mencicipi makanan itu. Tak ayal Xavier pun mengangguk, mau.

Terlihat istrinya yang kebingungan. kemudian gadis itu mengangguk patuh dan mengisi piring keduanya dengan lauk-pauknya.

"Semoga Mas suka," ucap Zora sembari tersenyum manis.

'Dia terlihat lebih cantik dan manis ketika tersenyum,'

Xavier dan Jonathan pun mulai menyuapkan makanannya dengan sedikit ragu.

Satu suap sudah berhasil mereka kunyah dan telan. Tampaknya, kedua pria itu menyukai masakan istri kecilnya.

'Ternyata benar-benar sangat enak.'

Terlihat dengan keduanya yang memakan dengan lahap.

"Syukurlah kalau Mas menyukainya, apakah besok Mas mau aku masak lagi?" Kedua pria itu berhenti menyuapkan makanannya, ditaruhnya sendok itu ke piring dan menatap para Maid yang berjejer dengan tajam dan lekat. Penuh peringatan.

Para maid itu langsung bergegas menunduk. "A-ampun tuan. nyonya sendiri yang kekeh untuk memasak."

"Kami tidak bisa menghalanginya," ucap maid itu.

"Apakah kalian sudah bosan bekerja?" tanya Jonathan dingin.

"Atau, apakah kalian butuh pesangon?"

"A-ampun tuan, ka——"

"Jangan menyalahkan mereka," sela Zora yang terlihat kesal.

"Aku sendiri yang ingin memasak, apa kalian ingin melarang keinginanku?" tanya gadis itu.

"Apakah aku harus mengerjakan koki khusus?" tanya Jonathan.

"Tidak perlu. Aku ingin memakan masakanku sendiri. Lagian rasa masakanku tidak buruk bukan?" Kedua pria itu membenarkan.

Lagian mereka tidak bisa menghalangi keinginannya.

"Lakukan sesukamu dan ingat! jangan terluka!" seru Xavier dan diangguki patuh gadis kecil tersebut.




















_B E R S A M B U N G_

Aku di tahun 2025 menangis karena malu, akibat cerita ini 😭💔

I think you'd like this chapter!!

Jangan lupa mampir ke Work aku yang lain, yah?!

13-agustus-2022

ABOUT ZORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang