.....SELAMAT MEMBACA.....
Zora nenatap gelas yang berisi air putih lebih tepatnya susu itu dengan malas. Lalu tatapannya beralih kepada Damian yang berharap Ia meminum susu itu.
Sudah pernah Zora katakan bahwa ia tidak menyukai susu. Bukan karna alergi, tapi ia hanya tidak terlalu menyukainya.
"Ka pleaselah, kakak tahu kan Zora gak suka susu?"
"Itu adalah alasan kenapa Zora gak tinggi, habisin yah? Kakak udah relain buat loh, masa mau di buang?" Ucapnya dengan sorot dan nada kecewa.
Sekarang Zora tahu alasan ia semakin tidak menyukai susu, mungkin pemilik asli tubuh ini sering di buatkan susu oleh Damian dan itu yang membuat seorang Zora menjadi mual.
Zora menutup hidungnya, dengan cepat gadis itu menghabiskan susu yang katanya akan membuatnya tinggi. Ayolah, masa pertumbuhan Zora sudah tutup.
"Gitu kan pinter."
Di tempat yang berbeda...
Tidak ada masakan buatan Istri kecilnya, membuat para Ice balok itu hendak langsung pergi menuju perusahaan tanpa makan.
Bisa kalian bayangkan jika dua pria itu makan bersama? Mungkin suasananya akan menjadi...sunyi, hening dan suram.
"Maaf Tuan, Nyonya berpesan anda harus makan terlebih dahulu sebelum pergi."
"Cukup bilang bahwa kami sudah makan." Ucap Jonathan datar dan melanjutkan langkahnya, Ia tidak ada selera untuk makan.
Lagian, mengapa Istri kecilnya lama sekali di sana!
Xavier melanjutkan langkahnya dan berjalan menuju mobilnya. "Sudah di bersihkan?"
Mark menunduk "Sudah, presdir." asisten asal ceplos itu pun mempersilakan Xavier untuk masuk.
Begitu pun dengan Jonathan. Pria itu juga memasuki mobilnya "Kau boleh ambil bonusmu, tetap selidiki semuanya."
Fransh menatap bos nya dengan memuja. "Baik presdir."
'Yeah.' Riangnya, hal yang paling di tunggu seorang pekerja selain gaji adalah bonus.
•••
Zora yang hedak pergi di hadang oleh si bocah mungil Alora. "Ta, Alola itut ya," Ucapnya, dengan mata yang di kedip-kedipkan.
Zora memegang kedua pipi Alora. "Kakak mau ke rumah sakit loh, Alora bener mau ikut?" Bohongnya.
Alora langsung menggeleng cepat tatkala mendengar rumah sakit. Gadis kecil itu tidak menyukainya ia pernah di bawa dan di suntik oleh dokter karna demam.
Zora meregakkan tangannya. "pagi yang cerah." Gadis chuby itu melangkah menjauhi mansion. Hari ini ia akan berjalan kaki dan menikmati pemandangan sekitar.
Gadis itu memutuskan untuk pergi ke cafe sekaligus berjalan-jalan guna merayakan status tanpa suaminya, walaupun hanya sebentar.
Zora menggunakan kostum beruang pemberian dari kakaknya yaitu Damian. Yah, pria itu sering membelikan Zora beberapa kostum yang aneh dan selalu menganggap Adik bungsunya masih kecil.
Dengan rambut yang di kepang dua Gadis itu dengan ceria melangkah sambil bersenandung. Melupakan masalahnya sejenak.
Seorang Pria menyernyitkan alisnya tatkala melihat seorang Gadis yang berlari bak anak kecil. Dengan kostum yang imut.
Ia tidak menyangka benar-benar akan bertemu dengan gadis itu.
Mobil Lamborghini yang pria itu tumpangi, ia kurangi kecepatannya. pria itu hanya bisa melihat gadis itu dari jauh.
"Aku selalu merindukanmu. Mengapa aku merasa kita semakin jauh?"
Ia belum siap untuk mendekat, ia tidak mau melihat air mata yang keluar dari mata indah gadis itu lagi.
"Kau selalu menggemaskan."
Pria itu terus mengikuti Zora hingga Zora sampai di halte bus dan pria itu pun menambah kecepatan nya.
Zora memakai penutup kepala. setelah sampai di cafenya, gadis chuby itu malah duduk di pojokan. bukan langsung keruangannya atau memeriksa pemasukan cafe ini.
Seorang pelayan mendekat. "Permisi Adik kecil, apakah Adik kesini sendiri? Adik ingin memesan sesuatu?" Zora mendelik tidak suka, apa-apaan karyawannya ini! Zora di kira anak SD? Apakah ia seawet muda itu.
Zora membuka penutup kepalanya dan berbalik menatap pegawainya dengan kesal.
"B-bos," Kagetnya.
'Tamat sudah.' Batinnya meringis.
_B E R S A M B U N G_
I think you'd like this chapter!!
29-september-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT ZORA
FantasySejak kecil, Zora tidak pernah percaya dengan sesuatu yang di sebut takdir. Hingga suatu hari, Gadis itu mengalami Suatu peristiwa yang sangat sulit di terima oleh akal sehatnya. Sejak itu pula, Zora percaya dengan sesuatu yang di sebut takdir itu...