.....SELAMAT MEMBACA.....
Pagi yang cerah ini Zora sudah siap dengan Dress nya. Jujur saja, Ia gugup karena akan bertemu dengan mertuanya. Xavier yang memberi tahu gadis itu secara mendadak, membuat Gadis itu cepat bersiap.
Zora nenatap pantulan tubuhnya dari atas hingga bawah melalui cermin. Gadis itupun mengoleskan lipbam di bibir pinknya sedikit.
Seorang pria memeluk Zora dari belakang seraya melingkarkan tangan kekarnya ke bagian pinggang ramping gadis itu.
Cup.
Satu kecupan pria itu berikan ke pundak Zora yang terekspos. "M-mas!" Kagetnya.
Pria yang tidak lain adalah Xavier itu membalikkan tubuh Zora agar menghadap ke arahnya. Pria itu menyentuh hidung Zora dengan telunjuk. "Kau sudah cantik. Jadi, ayo kita berangkat." Ajaknya. Pria itupun menggenggam tangan Gadis itu.
Zora mengangguk dan berjalan mengikuti Xavier.
Di sepanjang perjalanan, Zora tidak bisa berhenti gelisah. Gadis itu tampak gugup Walaupun tatapannya terus terarah ke luar jendela.
Xavier memegang tangan istri kecil yang berada di paha seraya mengukir senyuman tipis di bibirnya. "Tidak perlu khawatir. Kau pasti akan bersenang-senang hari ini," Ucapnya menenangkan.
Zora menatap tangan yang di pegang oleh Suaminya kemudian beralih menatap suaminya. Senyuman di bibir Xavier membuat jantung gadis itu berdebar cepat.
'Gawat! Jangan-jangan penyakit si Azora belum sembuh?" Batinnya takut.
Menurut Zora, kemarin hingga detik ini Xavier benar-benar berubah! Pria itu lebih jarang bermulut beracun dan lebih sering bersikap hangat dan manis. Tidak lupa pria itu juga lebih sering tersenyum.
Mohon maaf, suaminya tidak sakitkan?
•••
Zora turun dari mobil dengan pintu mobil yang di bukakan oleh Xavier. Kedua orang itu disambut secara langsung oleh ibu dari Xavier, Clara. "Ya ampun! Menantu chuby mamah," Ucapnya antusias.
Clara langsung menggandeng menantunya ke meja makan yang sudah ada Bian dan papah mertuanya. "Mamah membuat ini khusus untuk kamu loh, Semoga kamu suka yah."
"M-makasih, Mah. Maaf ngerepotin,"
Clara mengelus pucuk kepala Zora. "Gak merepotkan. Mamah udah semangat banget waktu Xavier bilang kalian ingin menginap." Louis selaku papahnya pun menganguk membenarkan.
Nginep?
Zora bingung. Ia tidak tahu bahwa mertuanya seantusias itu, Zora menatap Xavier yang hanya tersenyum kepadanya. "Udah mendingan?" Tanya nya kepada Bian "Udah." jawab Bian.
Tunggu!
Zora baru sadar bahwa Xavier mempunyai kembaran? Jadi, pria yang menelponnya itu adalah kembaran suaminya?!
Oke Zora, jangan terlihat terlalu bodoh.
Memang pagi ini Zora dan Xavier sengaja tidak sarapan di mansionnya, karna Xavier bilang mamahnya sudah menyiapkan makanan. Ibunya itu sudah sibuk sejak pagi untuk membuat berbagai hidangan untuk menyambut menantu chubynya.
"Heh, adikmu itu terus-terusan membuat mamah khawatir. Entah kapan dia bawa menantu buat mamah." Gumam Clara yang masih bisa di dengar.
Bian memutar bola mata malas.
"Di makan sayang, cobalah masakan mamah." Zora tersenyum gadis itu menyuapkan satu sendok dengan canggung karna semua pasang mata menatapnya.
"Sangat lezat." Puji Zora yang membuat Clara tersenyum.
Zora tidak berbohong. Ini benar-benar lezat, dan pasti kalian tahu bahwa Zora lemah terhadap makanan. Bila makanan enak di sajikan di hadapannya, maka urat malu gadis itu akan terputus dan tidak perduli dengan keadaan sekitarnya.
Xavier tersenyum tipis melihat tingkah istrinya ketika makan. Pria itu mengelap ujung bibir Zora yang celemotan. "Pelan-pelan, jangan sampai kau tersedak."
"Uhuk.. Uhuk," Bian tercengang, demi apa? Pria yang tidak pernah dekat dengan wanita, itu sudah bucin? Bahkan tanpa malu memperlihatkannya di depan keluarganya!
"Mamah juga jangan celemotan dong." Ucap Louis yang tidak mau kalah.
Klang
Bian menaruh sendok dan garpunya di piring. "Bian udah kenyang." ucapnya. Bian menyesal karna tidak langsung pergi keperusahaan.
_B E R S A M B U N G_
I think you'd like this chapter!!
21-NOVEMBER-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT ZORA
خيال (فانتازيا)Sejak kecil, Zora tidak pernah percaya dengan sesuatu yang di sebut takdir. Hingga suatu hari, Gadis itu mengalami Suatu peristiwa yang sangat sulit di terima oleh akal sehatnya. Sejak itu pula, Zora percaya dengan sesuatu yang di sebut takdir itu...