.....SELAMAT MEMBACA.....
"Omy, jemput tata yuk!" Ajak gadis kecil bernama Alora itu. Hari ini Araya di buat pusing oleh keinginan anak semata wayangnya.
Memang sedekat itu lah Alora dan Zora, namun berbeda dengan Damian. Bocah kecil itu tidak suka dengan kakak Mommy nya yang dingin dan juga terlihat menyeramkan itu.
"Yuk, Mom." Ajaknya lagi.
Deisya tersenyum melihat cucunya ini. "Gimana kalo kita jemput kakak biar kakak nginep dan nemenin Alora tidur?" Ide Deisya. Bila anak bungsunya itu mendengar rengekan keponakannya ini, pasti Putri bungsunya ini akan datang.
Deisya sangat tahu, bahwa Zora sangat tidak tahan dengan keimutan. Pernah sekali sepupu jauh Zora membawa bayi berumur 10 bulat yang terlihat sangat imut di tambah dengan pipinya yang gembul, Zora pun sangat gemas sampai menggigit pipi itu.
"Holeeee! Alola tidul tama Tata." Riang Alora. Memang satu bulan ini Alora dan Araya tinggal di kediaman utama, di karnakan suami dari Araya sedang dalam perjalanan bisnis.
"Iya, sekarang Alora Siap-siap, yah? Kita akan segera menjemput Kakak."
•••
Zora merebahkan diri di sofa, gadis itu masih kesal dengan peristiwa di taman tadi. Mungkin ini durhaka, tetapi gadis itu masih sibuk memaki suaminya. "Dasar Suami kardus." Hardik gadis itu kesal.
Dua orang Maid datang dengan membawa Sirup, Camilan serta mangga yang telah di kupas. "Nyonya, ini mangganya." Ucap maid itu. Zora pun segera duduk, pegawai di sini sungguh sangat peka. Zora suka itu.
"Terima kasih, bi." maid itu tersenyum seraya mengangguk, lalu pergi dari sana.
Zora pun mengambil dan memakan satu persatu potongan mangga itu ke dalam mulutnya, tampak gadis itu sangat menikmati mangga hasil jerih payah nya. Mangga ini terasa manis dan segar karena telah matang secara langsung dari pohon.
Di luar sana, mobil mewah Xavier sudah terpakir di garasi. Tampak pria itu membenarkan Dasinya, rasa gugup pria itu tidak terlalu terlihat karena wajah datarnya.
Dengan membawa satu buket bunga yang lumayan besar, pria itu pun melangkah memasuki mansion.
Pria itu menghentikan langkahnya sejenak tatkala menangkap sosok Istri kecilnya yang tengah asik memakan mangga. Kemudian pria itu pun melangkah kan kakinya lagi menuju gadis itu, Mark pun terus membuntuti Presdirnya.
Setelah sampai, Pria itu pun memberikan satu buket bunga itu tepat di hadapan Zora. "Ambilah, Tadi aku tidak sengaja memungutnya."
"Hah?" Kaget Gadis itu.
Zora yang kini tengah bersantai sambil makan mangga segar itu loading tatkala suami dengan mulut beracunnya itu memberikan bunga tepat di wajahnya.
Ah, jadi ceritanya mau nyogok Zora dengan bunga? Tidak bisa say....
'Seorang presdir memungut bunga?' Batinnya bertanya.
Zora menggeleng kan kepala tidak percaya. Xavier pikir, Zora sebodoh itu hingga akan percaya begitu saja?
"Presdir bukankah tadi anda memilih bunga itu sangat lama?" Ucap Mark yang kelewat jujur.
Memang Mark ini sangat jujur lebih tepatnya sering keceplosan. Namun, karna kinerjanya yang sangat bagus pria bernama Mark itu pun tidak pernah bisa tersingkir oleh pekerja lainnya.
Xavier melirik Asistennya, sorot matanya terlihat tajam. "Ekhem, apa yang kau maksud?" Tanyanya dingin.
Tatapan tajam dari Presdirnya membuat Mark yang melihat bergidik ngeri. "A-ah tidak, bukankah tadi anda memungut bunga itu dari acara pemakaman." Ralat pria itu.
Ah, Gawat! Ia salah bicara lagi. Kenapa ia mempunyai mulut yang tidak tahu situasi. Mark menampak bibirnya sendiri.
Zora menatap keduanya dengan datar. Gadis itu menaruh bunga itu di atas meja, kemudian melanjutkan kegiatannya yang tertunda tadi.
'Apakah istri kecil benar-benar marah?.' Suara hati Xavier.
Xavier duduk di samping Zora. Tentu hal itu Membuat Zora berpindah menjauh dari suami keduanya itu.
Xavier menatap Zora dengan mengernyitkan alis, kemudian pria itu bergeser agar lebih dekat dengan Istri kecilnya. Keduanya pun terus seperti itu hingga Zora berada di pojok sofa.
"Biasanya saya akan memanjakannya atau.. Ekhem.. Mencium dan merengek untuk di beri maaf."
Tiba-tiba ucapan salah-satu karyawan terlintas begitu saja di ingatannya. Tanpa sadar, Xavier menggeleng kan kepala, mengusir pemikiran itu.
Zora yang melihat itu, mengerutkan keningnya.
'Apaan sih gak jelas,' Batinnya. Kemudian kedua matanya fokus kepada drama di televisi dan menghiraukan keberadaan Xavier.
Namun, tidak salahkan jika Xavier mencoba? Toh, ini kepada istrinya sendiri dan ini sudah biasa ia lakukan.
Xavier pun mendekat ke arah istrinya dengan hati-hati. Di tatapnya wajah istri kecilnya yang terlihat menggemaskan itu, kemudian wajahnya semakin mendekat dan...
Cup.
Satu kecupan mendarat di pipi chuby Zora hingga membuat gadis itu menegang.
Sedangkan Mark mengalihkan pandangannya. 'Gini amat cari duit.' Batinnya.
Bukan tanpa alasan Mark terus membuntuti Presdirnya, ada beberapa hal yang harus ia beri tahu. Tetapi ia terus menerus mengurungkan niatnya tatkala melihat Presdirnya yang terlihat begitu serius dengan bunga-bunga yang akan di pilihnya.
"M-mas?"
_B E R S A M B U N G_
I think you'd like this chapter!!
SALAM DARI LAMPUNG 🐝
13-september-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT ZORA
FantasySejak kecil, Zora tidak pernah percaya dengan sesuatu yang di sebut takdir. Hingga suatu hari, Gadis itu mengalami Suatu peristiwa yang sangat sulit di terima oleh akal sehatnya. Sejak itu pula, Zora percaya dengan sesuatu yang di sebut takdir itu...