.....SELAMAT MEMBACA.....
Ketahuilah apa yang Aksa katakan beberapa hari itu benar adanya. Lihatlah pria itu sekarang yang tidak mempunyai tujuan hidup. Keluarganya hancur, seseorang yang membuatnya bertahan pun telah pergi.
Kini ia hanya sendiri, infus di tangannya sudah tidak berarti. Rambutnya yang lebat perlahan menipis. Tatapan mata tajamnya berubah menjadi kosong, langkahnya kian mendekat ke pangkuan sang pencipta dan siap menjemput kekasih yang telah tiada.
Rasa sakit karna penyakit tidak ia hiraukan. Terapi? Operasi? Pria itu sudah tidak memerlukan itu. Mulutnya hanya terus bergumam. "Jemput lah aku..."
Tangannya terus memegang sebuah foto, foto yang juga di simpan oleh Azora.
Seerat-eratnya pelukan itu, pada akhirnya terlepas.
Aksa membuka mulutnya tatkala rasa sakit tiba-tiba menyerangnya. Keadaan di ruangan yang bernuansa putih itu sedang sepi. Pria itu mencabut selang infus yang ada di tangannya, alat pembantu oksigen, dan alat-alat lain yang berada ditubuhnya pria itu lepas secara paksa.
"Zora, ini sakit dan aku sudah tidak kuat." Ucapnya sebelum kegelapan merenggut kesadarannya.
Selamat jalan Aksa, Melangkah lah menuju keabadian. Di sana, ada seseorang yang setia menunggumu.
•••
Karena kedua pria tampan itu sibuk memasak, Zorapun berinisiatif memotretnya. Entahlah, mungkin isi galeri gadis itu penuh dengan Foto-foto yang membuat semua orang berfantasi liar.
'Kadang memanjakan mata itu perlu!'
Sekarang ingatan dari Azora telah Nazora dapatkan. Hampir Setiap hari ia sering bertemu dengan Aksa, hanya sekedar melepas rindu. Ya, kadang Aksa hanya memandang wajah Zora tanpa berkata lalu pergi begitu saja. Namun belakangan ini pria itu tidak muncul lagi, ia hanya mendapat kabar bahwa Aksa telah kembali kenegara yang sebelumnya pria itu tempati.
Beberapa hari ini pun pikirannya kacau. Tentang ia harus bersyukur atau merasa tidak pantas atas apa yang telah Azora asli berikan. Ia berharap, kini Azora tenang di alam sana.
"Istri kecil, kau melamun?"
Jonathan dan Xavier menyajikan makanan secara langsung. Kurang di Ratukan apa coba?
Zora tersadar. "Ah? Tidak." jawabnya cepat. Zora menatap masakan hasil jerih payah Xavier dan Nathan yang sudah tersusun rapih di meja makan.
Sungguh, ini terlihat sangat menggiurkan.
"Jangan melamun! Makanlah, supaya pipimu tidak mengempis." ucap Xavier. Pria itu mengambil beberapa hidangan dan menaruhnya di piring Zora. "Makanlah." Suruhnya.
Nathan ikut duduk dengan Susu yang berada di tangannya, menaruhnya di samping piring Zora. "Dan jangan lupakan susu ini." Pesan dari Damian harus di lakukan. Dan Zora benci itu.
Satu suap masakan Suaminya berhasil Zora kunyah dan telan. Sesuai dugaan, masakan Suaminya sangat lezat hingga membuat gadis pencinta makanan itu begitu antusias menyuapkan lagi dan lagi.
"Pelan-pelan lah, tidak akan ada yang merebutnya darimu." Nathan.
'Dia terlihat seperti kucing. Sungguh imut dan manis.'
Xavier mengelap sudut bibir Zora. "Lihatlah cara makanmu yang seperti babi itu." Tampaknya Zora sudah terbiasa dengan mulut beracun Xavier. Sehingga gadis itu tidak memperdulikan perkataan itu dan kembali memakan hidangan lezat itu, lagi.
•••
Zora bosan! Dan itu yang menyebabkan dirinya mengikuti suami pertamanya yaitu Jonathan. Gadis itu berinisiatif pergi sekalian ikut mengunjungi perusahaan yang membuat Nathan betah berada lama di tempat itu.
Sempat terjadi pertengkaran antara Xavier dan Jonathan. Dan pada akhirnya, Zora lah yang menengahi pertengkaran itu dengan berucap, "Hari esok, aku akan ikut ke perusahaan Mas Xavier." Dan Xavier yang merupakan suami kedua pun mengalah. Bahkan wajah mengejek dari Jonathan itu terus mengisi pikiran Xavier. Dasar menyebalkan.
Semua pandangan tertuju kepada Jonathan dan gadis itu tatkala keduanya memasuki perusahaan. Sebagian ada yang mengenal Zora sebagai pemilik cafe, nyonya presdir, dan ada juga yang mengira Zora adalah adik maupun sepupu Jonathan.
Wah dia siapa?
Gadis itu sangat menggemaskan.
Dia siapa presdir
Bukankah dia adalah pemilik cafe?
Para karyawan menunduk memberi hormat. "Pagi presdir." Salam dari para karyawan. Ini sudah biasa bagi Jonathan tapi tidak untuk Zora.
Nathan berdehem dan berjalan dengan tatapan tajam dan wajah datarnya. Sedangkan Zora memberikan senyuman manisnya, hal itu tentu membuat para karyawan terpesona dengan wajah sempurna gadis itu.
Berbeda dengan aura Nathan yang semakin dingin. Serta tatapannya yang semakin tajam.
Pria itu menggenggam erat tangan Istri kecilnya, kemudian segera pergi menuju ruangannya menggunakan lift khusus.
'Hohoho, ini semakin menyenangkan.' batin Fransh yang sedari tadi mengikuti.
•••
Jonathan sibuk dengan berkas-berkasnya, sesekali pria itu menatap Istri kecilnya yang tengah asik berkeliling di ruangannya.
Tok
Tok
Tok
"Masuklah."
"Presdir, rapat akan segera di laksanakan dalam 5 menit. Para karyawan sudah berada di ruang rapat." Ucap pria yang tidak lain adalah Fransh.
Jonathan menatap Zora. Sedangkan Zora hanya mengangguk saja. "Baiklah." Jawabnya.
Nathan mendekati Zora. "Baby girl, bersenang-senanglah. Bila kau bosan atau lapar, geser saja rak buku itu." Titahnya. Zora mengangguk patuh.
Nathan pun pergi dari ruangan itu. Namun sebelum itu, pria itu sempat mengelus pucuk kepala Zora seraya tersenyum.
_B E R S A M B U N G_
I think you'd like this chapter!!
9-NOVEMBER-2022

KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT ZORA
FantasySejak kecil, Zora tidak pernah percaya dengan sesuatu yang disebut takdir. Hingga suatu hari, gadis itu mengalami suatu peristiwa yang sangat sulit diterima oleh akal sehatnya. Sejak itu pula, Zora percaya dengan sesuatu yang disebut takdir tersebu...