Hari itu para petinggi istana dikejutkan dengan rapat mendadak tengah malam yang diadakan oleh Pangeran Atraz. Walaupun sebelumnya sudah terdengar desas-desus akan diadakannya rapat, tetapi mereka tidak menduga rapatnya akan diadakan di jam seperti itu.
Apakah ada sesuatu yang darurat sehingga rapat harus dilaksanakan saat itu juga. Semua yang hadir di sana termasuk Aksyatra bertanya-tanya, masalah apa lagi yang akan dibahas oleh Sang Putera Mahkota?
Aksyatra yang hadir disana duduk bersebelahan dengan Panglima Yusya dan Komandan Edgar.
"Mengapa Putera Mahkota memanggil kita semua kesini?" tanya Komandan Edgar setengah berbisik pada Aksyatra dan Panglima Yusya.
"Entahlah Edgar aku juga tidak tahu." jawab Aksyatra.
Ketiganya duduk di posisi paling depan, namun paling ujung dekat pintu masuk. Mata ketiganya tak lepas dari arah pintu, mereka menunggu Sang Pangeran datang, begitupun para petinggi lainnya.
"Aku mencurigai sesuatu, tapi aku tidak bisa membuktikannya pada kalian." ungkap Panglima Yusya.
Sontak Aksyatra dan Komandan Edgar memandang Panglima Yusya penasaran dan penuh tanya, "Apa maksudnya?" tanya Aksyatra.
"Apa ini ada hubungannya dengan cerita yang pernah kau sampaikan waktu itu?" tambah Aksyatra lagi.
"Kau sudah tahu?" Komandan Edgar ikut bertanya menyinggung pertanyaan Aksyatra. "Bisakah kalian beritahu, karena aku tidak tahu sama sekali ada masalah apa di sini?"
"Edgar, Yusya mencurigai bahwa pangeran telah berkonspirasi untuk menggulingkan kekuasaan raja." jelas Aksyatra kepada Komandan Edgar yang kemudian mengernyitkan keningnya tak percaya.
Panglima Yusya hanya mengangguk membenarkan ucapan Aksyatra itu. Lalu, tak lama berselang terdengar suara pengawal yang mengabarkan bahwa Pangeran Atraz akan segera memasuki ruangan.
Semua yang ada di sana pun segera berdiri dan memberikan salam hormatnya kepada Sang Pangeran. Sementara pangeran itu duduk di tempat biasa raja duduk ketika akan memimpin rapat. Sekilas terlihat oleh orang-orang yang hadir kemiripan wajah Sang Pangeran dan Raja. Namun, sayangnya kemiripan wajah itu tidak menjamin kesamaan sifat mereka.
Raja Samkhatra selalu memulai rapatnya dengan senyum hangat dan wajah yang ceria - katanya itu akan menunjukkan kepada orang-orangnya sebuah 'harapan' dan 'kepercayaan'. Sementara Sang Pangeran menunjukkan kebalikan dari itu, wajahnya tidak ramah dan misterius seolah tengah menyimpan amarah dan dendam kesumat.
"Aku mengumpulkan kalian disini karena sesuatu hal yang penting." ujarnya lantang dan jelas sehingga membuat semua orang yang hadir di sana menyimak kata demi kata yang diucapkannya.
"Aku khawatir dengan keamanan kerajaan kita. Aku mendapat kabar bahwa musuh telah mengetahui kondisi raja kita yang sedang sakit dan terbaring lemah. Maka dari itu aku putuskan untuk mengadakan rapat dan mengumpulkan kalian semua disini. Aku ingin mendiskusikan permasalahan ini pada kalian semua!"
"Apa kalian punya pendapat perihal masalah ini?" tanyanya seraya melirik kepada seluruh petinggi yang hadir.
Lalu, salah seorang dari para petinggi kerajaan yang hadir berdiri dan berniat memberikan pendapatnya.
"Izinkan aku menyampaikan pendapatku, Pangeran." pinta si petinggi kerajaan itu.
"Ya, katakanlah Jaihar!" ucap Pangeran Atraz.
"Bagaimana kalau kita adakan penobatan raja baru?" ungkap Jaihar menyampaikan pendapatnya.
Mendengar usulan itu seketika membuat para petinggi lainnya menjadi riuh, sebagian mereka bahkan berbisik satu dengan yang lain. Semuanya menjadi sibuk kecuali Aksyatra yang masih nampak tenang dan menyimak diskusi itu baik-baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lari Ke Hutan
FantasyPenyebab kematian Raja Atyich yang simpang siur memicu perselisihan antara dua kerajaan besar. Raja Samkhatra dituduh mengirim mata-mata untuk membunuh. Sementara itu, Aksyatra sebagai penasihat kerajaan pergi ke negeri musuh untuk mencari obat pe...