"Apa kau sudah siap, tuan?" tanya salah satu pengawal kepada Aksyatra yang sedang mempersiapkan keperluannya untuk pergi perang.
"Sebentar lagi." jawab Aksyatra singkat seraya mengambil sebuah kertas dan pena dari lacinya.
Terlihat, Aksyatra yang kemudian menulis sebuah surat yang entah untuk siapa ia tulis. Dari wajahnya yang nampak serius menggambarkan betapa pentingnya surat itu bagi penerimanya.
Setelah selesai menulis surat itu, tak lupa Aksyatra membubuhkan tanda tangannya dan juga cap stempelnya sendiri. Lalu, Aksytra menyimpan surat itu di sakunya untuk diberikan kepada penerimanya.
"Aku sudah siap." ucap Aksyatra pada pengawal yang bersamanya.
"Baiklah, aku akan membawa barang-barangmu ke kereta," jawab pengawal itu seraya mengangkat beberapa peti berisi pakaian dan senjata-senjata milik Aksyatra.
"Sebentar!" seru Aksyatra menghentikan pengawal itu yang baru akan pergi. "Dimana Panglima Yusya?" tanyanya.
"Panglima Yusya sudah siap di halaman istana bersama para prajurit yang akan dibawa ke medan perang." jawab pengawal itu sebelum akhirnya memohon izin untuk kembali menjalankan tugasnya membawa barang-barang Aksyatra ke kereta.
Aksyatra pun segera keluar menuju ke halaman istana tepat di mana Panglima Yusya sedang memeriksa kondisi para prajuritnya. Dari kejauhan Aksyatra memperhatikan Panglima Yusya yang sedang memberikan arahan. Karena merasa masih ada hal yang harus ia lakukan sebelum pergi, akhirnya ia kembali masuk ke istana.
Aksyatra berjalan menuju ruangan raja. Bukan apa-apa, ia hanya ingin mengecek kondisi Sang Raja dari Kerajaan Samkha itu. Namun, sayangnya kondisi Raja Samkhatra masih nampak belum baik, sama seperti sebelumnya saat dimana Aksyatra menjenguknya terakhir kali. Ditambah lagi, mendengar kabar terbaru dari para tabib yang merawat raja, bahwa kondisi Sang Raja kembali kritis. Mereka mengatakan bahwa itu disebabkan karena obat yang diberikan waktu itu terlambat diberikan.
Seketika Aksyatra teringat dengan kejadian yang ia lihat malam itu. Saat di mana Pangeran Atraz menukar obat Sang Raja dengan sesuatu yang mirip dengan obat itu, tetapi tidak masuk akal jika menukar sesuatu yang sama bukan?
Oleh karena itu, sebagian dari sesuatu yang mirip dengan obat itu telah Aksyatra bawa secara diam-diam kepada seorang tabib istana untuk menanyakan khasiatnya. Tabib itu mengatakan bahwa itu adalah obat yang berfungsi untuk membuat siapapun yang meminumnya dengan dosis rendah menjadi tidak sadarkan diri dan jika diminum dengan dosis tinggi akan menyebabkan kematian secara perlahan.
Berat bagi Aksyatra untuk perrcaya apa yang dikatakan tabib itu dan kini ia malahan harus meninggalkan raja di istana yang di mana bahaya pun masih mengancamnya. Untuk itulah Aksyatra kemudian pergi menemui Komandan Edgar, salah satu rekan dan juga sahabat dekatnya.
Aksyatra mengetuk pintu itu dan kemudian terdengar suara sahutan dari dalam yang mempersilahkannya masuk. Ia pun masuk dan kemudian menghampiri Komandan Edgar yang sedang sibuk dengan sesuatu hal di meja kerjanya.
"Aksyatra, ada perlu apa kemari?" tanya Komandan Edgar penasaran.
"Maaf mengganggu mu, Edgar." ucap Aksyatra tidak enak hati.
"Tidak apa-apa." sahut Komandan Edgar berusaha menenangkan sahabatnya yang terlihat sedang tidak enak hati.
"Kalau boleh tahu apa yang sedang kau kerjakan, Edgar?"
"Oh biasa, aku sedang mempersiapkan strategi untuk menjaga keamanan istana dan khususnya pengamanan untuk upacara penobatan raja yang baru besok."
"Itu kerja bagus, Edgar!" puji Aksyatra seraya tersenyum bangga pada komandan Edgar.
![](https://img.wattpad.com/cover/319189957-288-k175769.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lari Ke Hutan
FantasyPenyebab kematian Raja Atyich yang simpang siur memicu perselisihan antara dua kerajaan besar. Raja Samkhatra dituduh mengirim mata-mata untuk membunuh. Sementara itu, Aksyatra sebagai penasihat kerajaan pergi ke negeri musuh untuk mencari obat pe...