Sudah menjadi kebiasaannya, Aksyatra menghabiskan waktunya di dalam sel dengan menghitung hari. Terhitung dari sejak hari ulang tahun Puteri Zatyach, hari itu adalah hari ke-10, dan jika perhitungannya benar, saat itu adalah waktunya makan siang, Karsu pasti segera datang.
Benar saja, tak lama terdengar suara seseorang yang baru masuk. "Apa yang kau bawa hari ini Karsu?" tanya Aksyatra tanpa perlu melihat ke arah Karsu yang baru datang.
Karsu menghela nafasnya berat seolah punya sesuatu yang menjadi beban pikiran. "Nasi dan daging." jawabnya tak semangat.
"Buatan penjaga penjara ya?" tanya Aksyatra lagi.
Karsu terkekeh. "Ya." jawabnya lalu memasukan piring baja itu melalui celah jeruji besi.
Aksyatra langsung mencicipi daging di piringnya itu. "Huh, aku tidak suka rasa dagingnya."
Karsu mengernyitkan keningnya. "Apa kau mau memakannya?"
Aksyatra menggeleng. "Aku makan nasinya saja."
"Baiklah, jadi aku bisa berikan daging itu untung anjing penjaga di luar." sahut Karsu seraya duduk bersila di hadapan Aksyatra.
"Bagaimana keadaan para tahanan lainnya?" tanya Aksyatra sambil menyuap nasi ke mulutnya. "Apa mereka dapat tambahan obor di dekat sel nya?
Karsu menggeleng. "Kau kan tahu, satu sel hanya dapat satu obor, itu sudah peraturannya." jawab Karsu.
"Setidaknya bisakah kau bawakan aku obor tambahan?" pintanya lagi.
Karsu menggeleng tanpa menjawab permintaan Aksyatra. "Kenapa kau terlihat lesu?" tanya Aksyatra.
Karsu kembali menghela nafasnya berat lalu menatap Aksyatra dengan tatapan sedih.
Aksyatra sadar ada sesuatu yang sedang disembunyikan Karsu, oleh karena itu dia langsung menanyakan penyebabnya. "Apa masalahnya?"
"Tidak, bukan apa-apa." ungkapnya menolak menceritakan.
"Apa mereka menghukummu karena berbicara denganku?" terka Aksyatra.
"Tidak, tidak..." jawabnya mencoba menghindar dari pertanyaan Aksyatra. "Bukan itu."
"Lalu apa?" tanya Aksyatra serius. "Katakanlah!"
Karsu menatap Aksyatra dengan tatapan iba seolah menunjukkan persoalan ini bukan tentang dirinya, tetapi tentang Aksyatra.
"Ada apa kawan?" tanya Aksyatra lagi. "Kau bisa katakan padaku, mungkin saja aku bisa memberi nasihat."
"Baiklah," ucap Karsu. "Tapi ini bukan tentangku, ...ini tentang dirimu."
Aksyatra yang tadinya akan menyuapkan nasi ke mulutnya seketika menundanya dan menaruhnya kembali ke piring bajanya. "Aku tidak mengerti?" tanya nya bingung.
"Ada masalah apa memangnya?" tanya nya lagi dengan raut wajah serius.
Karsu menghela nafasnya dalam lalu lama menatap Aksyatra. "... kau akan segera dieksekusi."
"Apa?" Aksyatra terkejut. "Kau tahu dari mana?"
"Aksyatra, ini bukan masalah aku tahu dari mana?! Tapi ini masalah kau harus bagaimana agar tetap hidup?!"
Karsu menundukkan kepalanya seolah ada beban di kepalanya yang begitu berat. "Aksyatra, kau bilang kau tidak bersalah bukan?"
Aksyatra mengangguk.
"Lantas kenapa tidak kau buktikan?" tanya Karsu.
"Aku tidak bisa." jawab Aksyatra seraya mengalihkan pandangannya dari Karsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lari Ke Hutan
FantastikPenyebab kematian Raja Atyich yang simpang siur memicu perselisihan antara dua kerajaan besar. Raja Samkhatra dituduh mengirim mata-mata untuk membunuh. Sementara itu, Aksyatra sebagai penasihat kerajaan pergi ke negeri musuh untuk mencari obat pe...