13. Sebuah Tawaran

8 1 0
                                    

Di dalam penjara, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh tawanan seperti Aksyatra selain hanya duduk bersandar pada jeruji penjara yang dingin sambil merenung. Namun, berbeda dengan Jendral Cohenn, dia nampak jauh lebih santai sambil berbaring dan bersiul, mungkin itu karena dia sudah terbiasa dengan suasana penjara.

Sambil bersiul Jendral Cohenn melirik ke arah Aksyatra yang sedang termenung. Nampak sekali kekecewaan di raut wajahnya, dan itu membuat Jendral Cohenn berinisiatif untuk menghibur.

Jendral Cohenn pun bangkit dan duduk mendekati Aksyatra. Aksyatra menoleh sediki lalu kembali termenung. Jendral Cohenn menarik nafasnya dalam lalu ikut menyandarkan punggunya ke teralis besi yang dingin itu.

"Aksyatra," panggilnya membuat Aksyatra menoleh menatapnya. "Ini adalah yang ketujuh kalinya aku tertawan saat perang."

Aksyatra mengagguk tapi dia diam saja. Lalu Jendral Cohenn pun melanjutkan. "Saat aku menjadi tawanan untuk pertama kali, aku berhasil kabur."

"Ohya?" balas Aksyatra menanggapi.

Jendral Cohenn mengagguk lalu melanjutkan ceritanya. "Saat itu pasukanku sedang melawan suku pedalaman di Hutan Obor. Entah bagaimana mereka bisa mengalahkan kami dan aku pun akhirnya ditawan ...,"

"... saat itu aku masih baru dan masih menjadi prajurit biasa, apa yang bisa diharapkan dari prajurit biasa bukan?!" ungkap Jendral Cohenn tertawa.

Lalu dia melanjutkan lagi. "Saat itu aku berpikir sama sepertimu, apa mungkin kerajaan mau menebusku atau setidaknya menjemputku... tapi kurasa itu tidak mungkin ...,"

"Lalu bagaimana kau bisa kabur?" Tanya Aksyatra.

Jendral Cohenn sedikit tersenyum mengingat masa lalunya itu lalu berkata, "Ada masa di mana aku hampir kehilangan harapan, tapi aku sadar bahwa aku tidak boleh begitu... aku punya mimpi yang ingin ku wujudkan, dan akhirnya mimpi itulah yang membebaskanku."

"Bagaimana bisa?" Tanya Aksyatra lagi.

"Aku ingin menemukan tempat terindah di hutan yang tersembunyi." Jawab Jendral Cohenn.

Jujur saja, Aksyatra tidak mengerti tempat apa yang dimaksud oleh Jendral Cohenn. Tempat terindah di hutan? Tersembunyi? Tempat macam apa itu yang ada di hutan? Sejak kecil, Aksyatra sudah menjelajahi hutan, tapi tidak pernah ia temukan tempat terindah yang tersembunyi itu.

Tapi, apapun itu, pasti tempat itu sangat spesial bagi Jendral Cohenn. Aksyatra tidak berniat menggali informasi lebih dalam, dia khawatir nantinya akan mengganggu privasi Jendral Cohenn.

Selanjutnya, Jendral Cohenn pun melanjutkan ceritanya, tentang bagaimana caranya kabur dari kurungan suku pedalaman itu. Namun, di tengah-tengah kisah Sang Jendral, datang dua pengawal yang tiba-tiba menyela dan meminta Aksyatra ikut dengan mereka.

"Ada apa kalian ke sini?" tanya Aksyatra. "Kami hanya sedang mengobrol."

"Kami diminta untuk membawa mu." jawab salah satu pengawal itu.

"Kemana kau akan membawanya?" cecar Jendral Cohenn ikut menyela.

"Jangan banyak tanya, ikuti saja perintahku!" ucap pengawal itu lagi lalu menarik katrol untuk membuka pintu sel.

Mereka membawa Aksyatra. Dengan tangan dan kaki diborgol, Aksyatra dibawa seperti selayaknya seorang tawanan.

Dalam perjalanan itu, sesekali Aksyatra melirik ke sekitarnya memperhatikan situasi di sana. Tak banyak yang berubah sejak pertama kali ia datang. Masih banyak para pengawal yang berjaga di sekitar tenda-tenda dan posko para prajurit. Terutama tenda paling besar yang menjadi tempat tujuan dia di bawa.

Lari Ke HutanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang