3. Tempat Bersembunyi

12 1 0
                                    

Puteri Zatyach menatap Aksyatra terkejut dan begitupun juga sebaliknya. Perlahan tangannya bergerak ke arah dinding di dekatnya, tempat di mana ada pedang tergantung.

Melihat itu, Aksyatra pun mencoba menghentikannya dengan memberikan penjelasan. "Tunggu, tunggu! A-aku bukan orang jahat!" Ucap Aksyatra berusaha menenangkan.

Tangan Sang Puteri sudah menyentuh pedang itu namun masih belum ditariknya keluar dari tempatnya. Ia terus menatap Aksyatra dengan tatapan meneliti, sementara yang ditatap hanya membalas dengan tersenyum.

"Siapa dan dari mana kau?! Apa yang sedang kau lakukan di sini?!" Cecar Puteri Zatyach dengan pertanyaan menginterogasi.

"Tenang, aku ke sini bukan untuk menyakiti siapapun." Jelas Aksyatra lagi sambil mencoba melangkah mendekat ke arah Puteri Zatyach.

Sontak saja Puteri Zatyach yang masih terlihat tak percaya, menarik dan mengacungkan pedangnya ke arah Aksyatra yang sedang mencoba mendekat. Seketika Aksyatra yang tadinya terlihat tenang, wajahnya berubah panik.

"Katakan siapa nama mu, atau kau akan merasakan pedangku ini di leher mu!" Perintah Puteri Zatyach seraya menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam dari tajamnya pedang yang diacungkan.

Awalnya Aksyatra mengira seorang puteri seperti Puteri Zatyach tidak akan pernah berani mengacungkan pedang kepada orang lain, apalagi mengancam akan membunuh seseorang. Namun, nyatanya dugaan itu salah.

Puteri Zatyach tidak seperti puteri-puteri dari kerajaan lain yang pernah dijumpai oleh Aksyatra. Sang Puteri memiliki keberanian yang mampu melemahkan siapapun yang menjadi lawannya. Terlihat dari bagaimana Sang Puteri menggunakan pedangnya, menunjukkan dirinya seorang yang profesional.

Melihat pedang yang super tajam itu kini berada tepat di depan wajahnya membuat adrenalin Aksyatra terpancing. Sebenarnya saat itu dirinya ingin melawan, tetapi situasinya sedang tidak memungkinkan. Dia membutuhkan tempat untuk bersembunyi dan Puteri Zatyach adalah satu-satunya orang yang dapat membantunya saat itu.

Dengan berlagak ketakutan dan pasrah Aksyatra pun memohon perlindungan kepada Puteri Zatyach. Diturunkannya karung gandumnya yang sedari tadi dipikulnya lalu berlututlah dia seraya memohon pada Sang Puteri.

"Tolong bantulah aku," ujar Aksyatra, "Aku dikejar-kejar para prajurit, aku butuh tempat untuk bersembunyi."

"Kau belum menjawab pertanyaanku!" Tegas Puteri Zatyach.

"Siapa dan dari mana kau berasal?!"

Aksyatra yang tadinya berlutut seraya menundukkan kepala, kini balik menatap mata Puteri Zatyach penuh harap.

"Aku Mujad dari Negeri Suba." Jawabnya.

Puteri Zatyach balas menatap tajam Aksyatra dan wajahnya masih terlihat meragukan orang di depannya itu. Sementara ujung pedangnya masih belum bergeser satu senti pun dari tempatnya sebelumnya.

"Apa yang kau lakukan sampai kau dikejar para prajurit?" tanya Puteri Zatyach lagi.

Lalu, Aksyatra kembali menunduk seolah takut dan memelas rasa iba dari Puteri Zatyach. Padahal itu hanya triknya untuk menipu Sang Puteri.

"Aku sedang membeli obat untuk kawanku yang sakit." Jawab Aksyatra sedih.

Puteri Zatyach hanya diam dan menunggu kelanjutan cerita dari Aksyatra, sementara matanya tak berpaling dari sosok yang tengah terhunus oleh pedang itu.

"Lalu prajurit mengikutiku dan aku ketahuan telah berbohong." lanjut Aksyatra lagi bercerita.

"Kenapa kau berbohong?" Balas Puteri Zatyach lagi.

Lari Ke HutanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang