The Enveloping Darkness

127 44 14
                                    

Keramaian pesta mulai terurai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keramaian pesta mulai terurai. Sedikit demi sedikit tamu menghilang dari aula—sesederhana pulang, atau berpindah ke pesta yang lebih privasi dan bergairah, atau menikmati kota kecil Elentaire di tengah malam yang sunyi senyap. Julian berbincang pada sejumlah bangsawan elit untuk membicarakan rencana-rencana kerja sama. Tara, yang sungguh-sungguh tak keberatan tidur di sarang musuh, mulai memejamkan mata lebih lama daripada biasanya.

Aveline akhirnya turun menjelang tengah malam. Kecantikannya sama sekali tak berkurang, kecuali pesona janggal yang memudar. Aveline mendekat dengan senyum capek dan helai-helai rambut menempel pada leher. Kemunculannya pun otomatis menarik Julian dari lingkar obrolan, dan menghampiri Tara yang mengerjap-kerjap kantuk.

Tanpa berlama-lama lagi, mereka meninggalkan pesta. Toh Aveline juga setengah mendesak agar mereka bergegas, sebelum "Maxim sadar apa yang terjadi dan menyisir kota untuk mencari Aveline" dan itu terdengar cukup meneror.

Buruan itu, serta jilatan angin musim dingin saat mereka bergerak menuju asrama Julian, efektif untuk membangunkan Tara. Kantuknya terlibas sempurna dengan rembesan tipis di matanya.

Kedatangan mereka disambut Emmett. Bangsawan pongah itu baru saja kembali dari Nordale. Ia menanti di ruang duduk bersama segelas bir jahe, dan refleks melotot saat melihat Aveline dengan gaun hitam kemerah-merahan. Sejujurnya, daripada warna Fortier yang identik dengan merah menyala dan kuning telur, gaun Aveline lebih cocok untuk menggoda sang pewaris Erfallen yang identik dengan warna hitam dan merah.

"Apa-apaan yang kau pakai?" sentaknya, dan sempat membuat Tara bingung. Bukankah harusnya Emmett tersipu-sipu?

Aveline balas mendelik, tetapi sebelum perdebatan pecah di antara mereka, Julian menengahi. Ia memperingatkan Emmett dengan satu acungan tangan. Paham bahwa itu juga tak boleh terjadi, Tara cepat-cepat memantik obrolan.

"Apa kau baik-baik saja? Apa yang kau dapatkan, Ave?"

"Yah, malam yang tidak akan pernah kulupakan." Aveline menyeringai, sengaja membuat para pendengarnya salah tingkah, terutama Emmett. Ia lantas menambatkan pandangan pada Tara seterusnya. "Coba tebak, Sayang? Aku mendengar sesuatu yang tak kuduga. Kukira aku bisa mengetahui di mana posisi Karlo, tetapi sayangnya tidak, meski aku yakin ini ada kaitannya."

Aveline merogoh saku gaun dan mengeluarkan sebuah sarung tangan. Tara seketika mengenali sepasang yang mulai menguning itu. "Itu dulu punyaku." Jantungnya berdegup tidak nyaman. "Bagaimana bisa Maxim memilikinya?"

"Apa ada sesuatu yang tidak kuketahui?" Emmett mengernyit. "Apa hubungannya dengan sarung tangan itu?"

Tara menceritakan tentang persiapan Pesta Pewaris tempo hari—saat Karlo menjemputnya dan memberikan sepasang sarung tangan baru, dan menyimpan sepasang yang lama. Cerita singkat itu cukup membuat semua menyepakati satu hal.

"Kalau begitu biar kutambahkan," kata Aveline muram. "Mula-mula Maxim mengoceh soalmu, Tara. Lalu, dan maafkan aku karena mengatakan ini, Maxim menghina keluargamu. Ia bilang suami Deana—Lord Mayfard—lebih memedulikan bisnisnya daripada kemalangan keluargamu."

Embers in the Night ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang