11. Pengakuan Jeongyeon

1K 123 5
                                    

"Bu.." Jeongyeon mencolek bahu Nayeon yang tengah membelakanginya.

"Hmm.." sahut Nayeon dengan cuek.

"Bu Nay.." panggil Jeongyeon lagi dengan nada yang sengaja mendayu-dayu. Ceritanya mau caper sama ayang.

"Apasih?! Saya mau tidur,jangan ganggu!" Nayeon menepis tangan Jeongyeon yang tengah memegang pundaknya. Sorry..dia bukan tipikal cewek yang sekali sentuh langsung luluh. Memang banyak orang di luar sana suka baper jika berdekatan dengan Jeongyeon yang katanya most wanted sekolah.

Tapi bagi Nayeon, maaf-maaf saja ya Jeong. Kamu hanya angin sepintas yang tidak membawa kesejukan.

"Tapi saya nggak bisa tidur bu.."

"Itu masalah kamu,bukan saya!"

Jeongyeon mengusap dada. Memang harus ekstra menghadapi mulut cabe Nayeon ini. Kembali ia membuka suara sembari mendekatkan tubuhnya pada Nayeon.

"Ibu mau tau nggak kenapa saya belum bisa tidur?"

"Nggak tau dan nggak mau tau!"

"Yaelah ngejawabnya gitu banget!"

"Suka-suka saya!"

Jeongyeon bungkam. Begitulah, perempuan selalu benar. Mau dia bernapas pun sepertinya Nayeon akan tetap marah. Terus harus apa dong? Kayang kah? Atau salto belakang? Apapun asalkan Nayeon tidak marah-marah seperti ini.

"Saya itu deg-degan kalo deket sama ibu, makanya nggak bisa tidur.." Jeongyeon memainkan ujung rambut Nayeon dengan pelan. Takut jika sang empu sadar dan kembali menyemburkan kekesalannya.

"Halah buaya!"

"Serius ih! Nggak percaya banget!"

"Emang!"

Jeongyeon mendengus. Karena sudah tidak tahan dengan sikap Nayeon,ia menarik tubuh itu agar menghadap ke arahnya.

Seett!

"Jeongyeon!!" pekik Nayeon.

"Kalo bicara itu madep sama saya bu. Nggak enak dibelakangin kek gitu!" Jeongyeon mengunci tubuh Nayeon hingga wanita itu tak bisa bergerak. Bagaimana tidak, Jeongyeon memeluknya seperti bantal guling.

Tangan dan kakinya mengunci tubuh Nayeon. Memang dasar kang modus!

"Lepasin nggak?!"

"Nggak mau! Siapa suruh marah-marah terus!"

Nayeon mencebik kesal lalu akhirnya mengalah. Percuma beradu mulut dengan Jeongyeon. Mulutnya lemes kek cewek!

"Terserah deh! Saya mau tidur!" Nayeon pun menutup matanya tanpa memperdulikan pelukan Jeongyeon. Biarkan saja dia. Kali ini Nayeon memilih mengalah. Ia tidak kuat meladeni Jeongyeon di tengah malam buta seperti ini.

"Yah..malah tidur. Tapi nggak papa deh yang penting dipeluk ayang!" Jeongyeon terkekeh geli. Ia menatap wajah damai Nayeon yang sebenarnya belum tidur. Iya,pura-pura tidurlah ceritanya.

"Ibu cantik banget. Masih nggak nyangka saya bisa nikahin ibu. Gimana ya ekspresi pak Jinyoung kalo tau kita nikah? Patah hati pastinya!"

Nayeon kembali membuka matanya lalu menatap Jeongyeon tak suka.

"Alah..kita juga nikah karena dijodohin! Kalo papa saya nggak maksa,saya mana mau! Tau nggak Jeong..kamu itu cuman penghalang hubungan saya sama pak Jinyoung! Padahal dikiiittt lagi saya sama dia jadian!"

"Itu berarti ibu sama pak Jinyoung nggak jodoh! Kenapa malah nyalahin saya?!"

Nayeon diam menahan emosi. Sudahlah,memang lebih baik dia tidak meneruskan pertengkaran ini daripada berlanjut membesar.

Matanya kembali tertutup.

"Bu..kapan mau saya unboxing? Saya pengen jadiin ibu milik saya seutuhnya.." ucap Jeongyeon dengan santai sembari menyampirkan anak rambut Nayeon ke telinga.

"Tch! Yang ada dipikiran kamu itu-itu aja! Kamu nikahin saya cuma karena masalah selangkangan?! Berarti kamu nggak tulus!!"

"Nggak! Siapa bilang?! Orang saya cuman nggak mau ibu pergi. Asal ibu tau,saya udah suka sama ibu dari pertama kita ketemu! Lama-lama cuman kagum,tapi makin kesini makin kesana. Saya udah cinta sama ibu!"

Deg!!

Memang luar biasa Jeongyeon ini. Kata-katanya itu membuat Nayeon menjadi berdebar. Selain jago cari masalah,ia juga pandai bersilat lidah.

Apa tidak keseleo tuh lidahnya? Jago banget bikin anak orang baper!

"Saya punya feeling nggak enak bu. Takutnya belum apa-apa kita udah pisah. Saya tau ibu benci sama saya,tapi seenggaknya kasih hak saya sebagai suami ibu!"

Mata mereka saling bertemu. Nayeon dapat melihat ketulusan dari mata Jeongyeon. Namun sayangnya ia tidak dapat membalas perasaan itu. Masih tabu rasanya. Menurutnya, menikah dengan Jeongyeon itu seperti lelucon yang tidak ada lucunya sama sekali.

Gimana gimana? Nggak tau juga sih itu cuma kata-kata kiasan Nayeon.

"Maaf Jeong..saya nggak bisa.." Nayeon mengalihkan pandangannya dari mata Jeongyeon.

"Oke saya ngerti. Nggak papa kok mungkin saya harus berusaha keras lagi bikin ibu jatuh hati sama saya.." Jeongyeon melepas pelukannya dan memilih membelakangi Nayeon.

Hal itu sukses membuat Nayeon merasa kehilangan. Ia menatap punggung Jeongyeon dengan sendu. Menarik kaosnya dengan pelan lalu berucap,

"Kamu nggak mau meluk saya lagi?" tanya Nayeon pelan.

"Enakan meluk Loly bu. Lebih empuk!" jawab Jeongyeon. Loly itu nama bantal guling kesayangannya. Jangan salah sangka ya.

Nayeon mengerucutkan bibirnya lalu melepaskan tangannya dari ujung kaos Jeongyeon.

Sementara Jeongyeon mengeratkan pelukannya pada Loly,menahan sesuatu yang mengganjal di dadanya.

Nggak papa Jeong..harus berjuang keras lagi biar bu Nayeon luluh! Jangan nyerah!

To be continue..

My Teacher My Wife | 2yeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang