6. Cemburu

3K 370 12
                                    

Tom bangun lebih awal pagi ini, dia lalu melirik Harry yang masih terlelap dengan tenang diatas kasur, sepertinya sangat nyenyak.

Berdiri kemudian langsung bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum memulai aktivitas.

Tangan kokohnya menyalakan air shower, fasilitas Slytherin memang luar biasa mewah, tak seperti asrama lain yang hanya memiliki kamar mandi umum dan mengantri untuk membersihkan diri.

Di Asrama Slytherin, mereka bisa menggunakan bathub dan Shower tanpa harus saling berebut, karena 1 kamar hanya berisi 2 orang.

Tom merasakan air hangat yang mengalir keatas tubuhnya, membuat terasa lebih rilex dan segar.

Ingatannya berpacu pada tadi malam, saat Harry meneriakkan namanya dan menangis kencang, kenapa anak itu sebenarnya ? Apakah Harry mempunyai hubungan dengan dirinya dimasa depan ?

Telinganya bahkan tidak tuli saat 2 nama lain disebutkan dalam tangisan Harry. Siapa Lunar dan Altair ? Apakah mereka bangsawan juga seperti Harry dan saling berteman ?

Sialan ! Tom menjadi semakin penasaran....
.
.
.
.

Harry terbangun dan tidak menemukan Tom diamanapun, meski sedikit senang karena malam tadi Tom memeluknya dengan erat.

"Tempus" mantera itu memunculkan waktu pada pagi ini

"Masih jam 6 pagi rupanya!" Sedikit santai karena Harry masih memiliki banyak waktu untuk bersiap, lagipula jam pelajaran pertama dimulai pada pukul 8.

Bersenandung kecil dan bersiap untuk pergi membersihkan diri.

Hari ini adalah hari pertamanya belajar lagi dimasa ini, teritung sejak rabu minggu kemarin dia datang secara tiba-tiba.

Minggu kemarin dia masih belum bisa mengikuti jam pelajaran, karena tidak ada baju seragam ataupun buku dan perkamen.
.
.
.
.

Matanya memandang penampilannya di cermin, sangat sempurna san Harry suka ! Seragam Slytherin ternyata sangat cocok untuknya.

Kualitas baju seragamnya bahkan terlihat mahal dan mewah karena terbuat dari kain yang terbaik dari toko Madam Malkin's.

Rambutnya ditata rapi dan tidak acak-acakan, membuatnya tampak lebih cantik. Jika dulu rambutnya sangat susah diatur dan seperti sarang burung, maka setelah menjadi artis dia sering melakukan perawatan dan membuat rambutnya lebih lembut dan mudah ditata.

Setelah memastikan penampilannya sempurna, Harry segera keluar menuju aula untuk sarapan, perutnya sangat lapar minta diisi.

Tak sengaja melihat Abraxas yang masih berada didalam asrama, lalu Harry memberikan salam pada pemuda tampan berambut pirang itu, sekilas sedikit mirip Draco dan selebihnya wajah Lucius yang terpampang, kurang lebih seperti itu pendeskripsian Harry terhadap pemuda itu.

"Selamat pagi Malfoy" sapanya halus dengan suara yang lembut, sangat mencerminkan bangsawan submissive yang terdidik dengan tatakrama.

"Selamat pagi Harry, panggil Abraxas saja. Kita bahkan sudah saling mengenal".

"Tentu Abraxas, dengan senang hati" pria di hadapannya sangat elegant dan anggun khas bangsawan pria yang gagah, tidak seperti si Draco yang manja dan menyebalkan.

"Kau mau pergi menuju aula ? Kalau begitu, mari kita berjalan bersama" Abraxas mengajak Harry untuk berjalan bersama menuju aula.

Setidaknya paras Harry yang rupawan membuatnya tertarik dan terpesona, belum pernah ada satupun orang yang menarik perhatian Abraxas seperti ini.

"Baiklah" keduanya berjalan menuju aula dengan santai, sesekali berbicara topik yang dianggap menyenangkan dan keduanya juga merasa nyaman.
.
.
.
.

Un-Expected IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang