2. Pendekatan

1 3 0
                                    

"Nad, murid barunya cantik ya," bisik Novan pada gadis di sebelahnya itu. Nadin hanya merespon dengan rotasian mata. Sudah kerap kali ia mendengar cowok itu memuji kecantikan gadis si murid baru itu.

Dan lihatlah, dari sejak tadi hingga bel istirahat berbunyi saja mata cowok itu tidak lepas dari Nayla. Sepertinya gadis itu sudah membuat seorang Novan jatuh cinta pada pandangan pertama.

Novan menghampiri Nayla yang sedang membereskan bukunya, "Nay, ke kantin bareng yuk?" ajaknya dan dibalas senyuman oleh Nayla.

Novan sangat senang karena mendapat persetujuan dari gadis itu, ia lantas menarik tangan Nadin dan menuju kantin. Sontak hal itu menjadi pusat perhatian. Bukan Nadin dan Novan, melainkan Nayla yang sebagai murid baru langsung akrab dengan dua remaja itu.

"Duduk, Nay." ucap Novan selembut mungkin dengan senyum manisnya. Sementara Nadin yang melihat itu hanya bergidik.

"Nay, mau pesen apa?" tanya Novan lagi.

"Menunya apa aja, ya?"

"Banyak kok, Nay. Kita pesen aja yuk," ajak Nadin meninggalkan Novan sendirian di meja.

Novan yang tidak terima ditinggalkan sendirian, kemudian mengikuti langkah dua gadis itu. Ia juga ingin makan karena lapar. Setelah ketiganya memesan makanan, barulah kembali ke meja yang tadi.

"Nay, lo pindahan dari mana?" tanya Nadin.

"Gue pindahan dari Aussie," jawab Nayla tersenyum.

Novan mendekatkan wajahnya ke telinga Nadin, "Ada jiwa bule-bulenya, Nad." bisiknya dengan cengiran.

Selang beberapa detik kemudian makanan mereka sudah datang. Selama makan pun mata Novan selalu melirik ke arah Nayla, dan akan membuang pandangannya ketika ditatap balik.

"Oh iya, kita belum kenalan. Nama gue Novan." ucap Novan mengusir kecanggungannya karena tertangkap basah oleh Nayla.

"Gue Nadin." Nayla mengulas senyumnya.

"Setelah ini jamkos, mau jalan-jalan nggak, Nay?" tanya Novan.

Nadin hanya fokus makan, ia sudah tahu kemana arah pembicaraan cowok itu. Sudah bisa dipastikan Novan akan melakukan pendekatan pada Nayla. Gadis cantik dengan kulit putih bersih, badan yang lebih tinggi dibanding dengan Nadin, memiliki bulu mata yang lentik dan sedikit bulat. Memang sangat cantik, pikir Nadin.

Setelah menyelesaikan makannya, ketiga remaja itu menuju lapangan basket. Dan Novan sangat kagum pada Nayla. Gadis itu sangat pandai bermain basket.

Nadin hanya melihat dari jauh, dan sesekali tertawa meledek jika Nayla berhasil memasukkan bola ke ring Novan. Beberapa menit berlalu, dan cowok itu kalah.

Nadin memberikan minum pada Novan, "Cupu lo! Masa kalah lawan cewek," ejeknya.

"Gue sengaja aja,"

Nayla terkekeh pelan dan membuat Novan terpaku. "Ah cantik banget, asli." batin Novan.

"Nayla emang jago kali, main basketnya. Sengaja-sengaja, gengsi mengakui kekalahan lo!" sarkas Nadin dengan tawa renyahnya yang puas mengejek Novan.

Novan mendatarkan ekspresinya lalu menahan kepala Nadin agar tidak bisa bergerak. Setelah diam, barulah ia menarik kedua pipi gadis itu dengan keras.

"Sakit, Van!" pekik Nadin.

"Kalian berdua pacaran?" tanya Nayla yang sangat heran melihat kedekatan dua remaja itu.

"Enggak kok," jawab Novan cepat lalu tersenyum. "Kita berdua sahabatan," sambungnya lagi kini dengan merangkul leher Nadin karena lengannya memang hanya sampai disitu.

NOVAN SANJAYA | FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang