"DIAM!" teriak Nadin sangat keras bersamaan dengan setitik air matanya yang jatuh. Dengan cepat Nadin menghapusnya.
"Nat, kenapa lo lakuin itu? Lo tahu betapa ketakutannya Novan saat ngelihat darah? DIA HAMPIR FRUSTASI, NAT!"
"Novan phobia darah itu karena kejadian kecelakaan adek lo juga! Novan udah tanggung jawab, bahkan dia nawarin diri untuk masuk penjara waktu itu!" jelas Nadin panjang lebar. Nadin memang sangat tidak suka dengan Nathan sebagai peneror Novan, orang yang ia cintai.
Nathan tertunduk, ia tidak sanggup melihat mata yang penuh kebencian dari gadis pujaannya. Ia memang salah, telah dibutakan oleh dendam.
"Novan nggak pernah ada niatan untuk bunuh adek lo, Nat! Semuanya karena takdir, tapi kenapa lo harus neror Novan?! Gue nggak akan marah saat lo nyulik gue, TAPI LO UDAH NEROR NOVAN DAN LO NGGAK TAHU SEBERAPA TAKUTNYA DIA KARENA ULAH LO!"
"Lo sesayang itu sama gue, Nad.."
Nathan menggapai tangan Nadin namun segera ditepis kasar. "Nad, sorry untuk niat awal gue yang buruk, tapi gue beneran sayang sama lo, Nad."
"Bangsat!" decih Novan geram lalu melayangkan pukulan keras ke wajah Nathan. Ia tidak suka mendengar sahabatnya disukai oleh orang yang tidak pantas. Sejak awal ia memang tidak suka jika Nadin dekat dengan Nathan. Cowok itu terlalu misterius.
"Van, udah." cegah Nadin ketika Novan kembali ingin melayangkan pukulannya.
"Sekarang kita ke UKS, luka lo harus diobatin." Nadin menarik tangan Novan untuk menjauh dari sana. Ia membawanya ke kelas dan meminta Nayla untuk mengobati luka Novan.
Pandangan Novan tidak lepas dari Nadin, entah kenapa sejak mendengar semua perkataan Nadin di rooftop membuatnya memikirkan satu hal.
Apakah Nadin menyimpan rasa untuk dirinya?
"Kok kamu bisa berantem sama Nathan?" tanya Nayla sembari mengobati luka Novan dengan hati-hati. Wajah cowok itu penuh lebam dan sudut bibirnya berdarah.
Tidak mendapat jawaban dari Novan, Nayla sengaja menekan luka nya hingga cowok itu meringis. "Aw-awshh, sakit, Sayang."
"Aku tadi nanya, kamu malah bengong!" cercah Nayla mengerucutkan bibirnya dan hal itu menggemaskan dimata Novan. Tangannya terulur untuk mengelus kedua pipi gadisnya.
"Biasa, urusan cowok, Sayang." Nayla mencebikkan bibirnya.
"Tapi kamu jadi luka-luka gini, aku nggak tega lihatnya,"
Novan tersenyum lebar lalu menoel hidung Nayla, "Perhatian banget sih, ayang aku."
"Ish! Kalau kamu luka kayak gini 'kan yang repot aku, kamu juga kesakitan!"
Novan hanya bisa tersenyum lebar melihat ekspresi gadisnya. Nayla jika sudah seperti ini terlihat sangat menggemaskan. Tapi meski ada Nayla di depannya, pikiran Novan tetap tertuju pada Nadin. Kata-kata dari sahabatnya itu sangat membuatnya bingung.
Nadin se-perhatian itu kepadanya? Nadin se-sayang itu padanya? Apa Nadin memiliki perasaan untuknya? Dan untuk apa ia memikirkan hal yang tidak mungkin ini?
Novan sedikit menggelengkan kepalanya untuk mengusir semua pikiran yang mengganggunya. Nadin sekarang memenuhi isi kepalanya. Lantas matanya beralih pada gadis yang sedang meniup-niup lukanya.
"Nay, ayah aku nanti balik. Kamu mau 'kan, ketemu sama ayah aku? Dia juga pengen banget ngelihat calon menantunya," goda Novan menaik turunkan alisnya dengan senyum jahil yang ia miliki.
Pipi Nayla sedikit bersemu merah mendengarnya. Cowok di depannya itu sangat pandai membuatnya melayang. Ia sudah jatuh cinta dengan Novan sekarang. Sejak awal ia ragu, tapi perlakuan Novan membuatnya yakin akan perasaannya. Lagipula siapa yang akan menolak Novan Sanjaya, putra tunggal dari pengusaha ternama?
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVAN SANJAYA | FRIENDZONE
Ação"Asal lo bahagia, gue juga bahagia, Van." "Maaf karena gue nggak profesional sebagai teman." __________________________________________________ "Aku cinta sama kamu, Nay." "Kenapa takdir jahat?" __________________________________________________ "Ad...