"Gue yang tolongin dia." sela Nathan cepat, tidak membiarkan Nadin menjawab.
"Dia nolongin gue dari bapak pedofil." ulang Nadin lagi.
Dengan cepat Novan mengikis jarak antara dirinya dengan sahabatnya itu. Memutar-mutar tubuh Nadin untuk mengecek apakah ada luka pada gadis itu.
"Van, gue pusing lo puter-puterin!" ucap Nadin agar Movan menghentikan aktivitasnya itu. Novan memang berhenti memutar tubuh gadis itu, namun sekarang wajah Novan sudah bisa ditebak oleh Nadin hingga gadis itu melangkah mundur.
"Berani peluk gue, gue geprek pala lo!" ancamnya. Novan menggantungkan tangannya di udara, lalu menyengir. Ia melupakan hal ini, Nadin memang sangat tidak suka jika dipeluk oleh dirinya. Ketika ia membawa kabar saat itu, Nadin hanya tidak sempat menghindar.
"Lo nggak luka 'kan, Nad?" tanya Nayla mengalihkan atensi gadis itu.
"Nggak apa-apa kok, Nay. Untungnya ada Nathan yang nolongin. Kalau enggak, gue nggak tahu lagi apa yang akan terjadi." tatapan Nadin menerawang dan Nayla menarik tangan gadis itu untuk mendekat padanya. Mencoba menenangkan Nadin semampunya, Nadin juga adalah temannya mulai sekarang dan ia tidak akan cemburu melihat kedekatan antara Novan dan Nadin.
"Nathan?" sebelah alis Novan naik sambil melirik ke arah cowok yang kini sudah duduk kembali.
"Nathan Anggasta." sahut Nathan menyebutkan nama lengkapnya. Menurutnya, Novan harus tahu siapa nama lengkapnya karena dirinya pun tahu segala hal mengenai Novan.
"Nggak usah sok ganteng lo, Nadin nggak akan tertarik sama lo!" sarkas Novan lagi.
"Kenapa, lo iri?" sinis Nathan.
"Banyak bacot ya, lo! Kalau aja lo bukan orang yang nolongin Nadin, gue abisin lo!" ancamnya dengan sangat kesal. Bangkunya telah diambil alih dan sekarang ia bingung harus duduk dimana. Ingin melawan pun Novan tidak bisa, Nadin melarang keras dirinya untuk memukuli orang yang tidak bersalah.
"Van, udah. Bentar lagi Pak Dayat masuk kelas, jangan bikin ulah pagi-pagi." cegah Nadin, karena hanya memang gadis itulah yang didengarkan oleh seorang Novan.
Selang beberapa menit kemudian seorang pria paruh baya memasuki ruangan kelas. Setelah mengucapkan salam, ia langsung meminta Nathan untuk memperkenalkan diri.
"Hai semua, gue Nathan Anggasta. Panggil aja Nathan." senyuman di akhir kalimatnya membuat gadis-gadis memekik. Sangat manis. Suaranya yang khas juga sangat mendukung.
"Kalau manggil sayang boleh nggak?" tanya salah satu siswi dengan kedipan mata genitnya. Nathan tidak menanggapi hal itu karena akan membuang waktunya.
"Nathan, silakan duduk." cowok itu mengangguk, namun langkahnya harus terhenti karena protes dari Novan. Cowok itu tidak akan terima begitu saja jika bangkunya diambil alih, terlebih lagi itu di dekat Nadin. Ia tidak akan bisa menyontek lagi.
"Pak, dia ngambil bangku saya. Suruh dia pindah Pak."
Mata Pak Dayat membulat, "Tidak! Nathan bebas memilih bangku mana yang akan menjadi miliknya."
"Lho kok gitu Pak? Nggak adil dong,"
"Kamu belum tahu siapa Nathan? Dia adalah anak dari donatur terbesar sekolah ini." gadis-gadis itu kembali memekik, bahkan ada yang mulutnya terbuka lebar. Nathan hanya menampilkan smirknya ke arah Novan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVAN SANJAYA | FRIENDZONE
Action"Asal lo bahagia, gue juga bahagia, Van." "Maaf karena gue nggak profesional sebagai teman." __________________________________________________ "Aku cinta sama kamu, Nay." "Kenapa takdir jahat?" __________________________________________________ "Ad...