7. Nge-Date ?

1 4 0
                                    

"Nadiiiiiiin!"

Gadis itu tersentak kaget karena suara teriakan yang ada tepat ditelinganya. Ia sedang asyik belajar, mengerjakan tugas, namun suara berat itu mengejutkan dirinya. Nadin tahu siapa pemilik suara itu.

"Lo udah ngerjain tugas aja, ini masih pagi, Nad. Hari minggu itu libur, sayang."

Sekarang Nadin tahu. "Lo mau apa?" tanya nya pada intinya tidak ingin berbasa-basi.

"Gua mau jalan sama Nayla, tapi lo harus ikut."

Nadin membeo, apa ini? Apakah dirinya harus ikut? "Yang mau jalan itu lo, kenapa gue harus ikut? Gue nggak mau jadi nyamuk!" tolaknya mendelikkan mata.

"Nad, ikut ya? Kalau lo tinggal sendirian gini nanti ada yang culik, lho," ucap Novan menakut-nakuti gadis itu.

"Di sini ada Bi Ida sama kucing-kucing gue, lagian mana ada sih, yang mau culik orang gila modelan gu-"

Nadin tidak melanjutkan kalimatnya karena telapak tangan Novan sudah menutup mulutnya, mata keduanya bertemu. Tatapan tajam Novan berikan untuk gadis di depannya itu. "Sekali lagi lo ngomong gitu, gue cium lo!" ancamnya membuat Nadin dengan cepat memukuli dadanya hingga dirinya menjauh.

"Gue geprek pala lo!" seperti biasa, kata-kata mutiara gadis itu selalu ia keluarkan dalam keadaan seperti ini.

"Yaudah ayo ikut,"

"Enggak." tolak Nadin mutlak.

Novan menghela napas panjang, begitu sulit untuk membujuk gadis itu untuk meninggalkan buku. Nadin adalah gadis yang pintar, gadis itu selalu mendapat juara, berbeda dengan Novan. Cowok itu tidak terlalu pandai dalam hal akademik namun jago beladiri.

"Kalau ada yang culik gue, jangan nangis lo!" cebik Novan.

"Ada Nayla yang bakal jagain lo," celetuk Nadin yang membuat senyum cowok itu mengembang sempurna. Tatapan Novan tertuju pada langit-langit kamar Nadin.

"Kenapa lo senyum-senyum?"

"Karena mau ketemu sama ayang." jawabnya mendapat rotasian mata dari Nadin.

Novan mulai mengikis jarak antara dirinya dengan Nadin, tangannya terulur cepat untuk menarik kedua pipi gadis itu sebelum berbalik badan dan berlari. "AYANG NAY, I'M COMING!" teriak Novan sebelum hilang dari balik pintu.

Nadin menggelengkan kepalanya, cowok itu sangat bucin kepada Nayla, kekasih barunya. Mungkin jika dirinya yang menjadi Nayla, ia akan merasa sangat bahagia. Novan sangat mencintai Nayla, itu yang bisa Nadin simpulkan.

Novan memakai helmnya dengan senyum yang tidak pernah luntur. Ia tidak sabar untuk berkencan dengan kekasihnya. Novan mulai melesatkan motornya membelah jalanan dengan kecepatan tinggi. Ia tidak ingin membuat Nayla menunggunya terlalu lama.

Ketika sampai di depan rumah mewah bernuansa putih itu, Novan melepas helmnya dan memperlihatkan senyum manis yang ia miliki untuk seorang gadis yang kini baru saja muncul dari balik pintu. Sepertinya Novan tepat waktu.

"Mau jalan kemana aja, Nay?" tanya nya antusias.

"Kemana pun, asal sama lo."

Novan tersenyum menanggapinya, namun sepertinya ada hal yang sedikit aneh. Ia merasa asing karena mendengar kosa kata gadisnya.

"Nay, kita udah jadian, pakai aku-kamu."

Entah kenapa melihat ekspresi Novan yang serius seperti itu membuat Nayla hanya bisa menganggukkan kepalanya menurut.

"Yaudah, ayo." Novan menarik tangan gadisnya lalu memakaikan helm kepada Nayla. Terlihat sangat jelas jika Novan sangat bahagia dengan hubungannya itu.

NOVAN SANJAYA | FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang