Nadin membawa Novan untuk duduk si sofa. Novan terlihat sangat ketakutan.
"Van, gue ambilin lo minum dulu ya," izinnya namun Novan menahan tangannya.
"Lo di sini aja, Nad, gue takut."
Tidak ingin membiarkan orang yang ia cintai itu ketakutan, lantas Nadin kembali memeluk Novan. Memang benar, cowok itu sangat lemah. Tampangnya saja yang memasang wajah tengil dan suka membuat Nadin kesal, namun disisi lain sebenarnya ia memiliki ketakutan luar biasa.
Novan Sanjaya, cowok pecinta permen kaki itu memiliki phobia terhadap darah. Ia akan sangat ketakutan bahkan sampai menangis jika melihat darah. Nadin tahu, cowok itu sangat-sangat takut pada darah dibandingkan dengan kematian. Jika bisa dikatakan, melihat darah sama saja seperti membunuh seorang Novan.
Beberapa menit kemudian, Novan sudah berhenti menangis. Nadin mengusap jejak air mata diwajah Novan, lalu mengukirkan senyum manisnya.
"Mau minum dulu?" tanya Nadin dan Novan mengangguk.
Lantas gadis itu beranjak menuju dapur dan mengambilkan air putih untuk Novan. Setelah minum, Novan masih sedikit sesenggukan. Bisa dibayangkan ketakutan cowok itu sebesar apa sampai menangis sesenggukan.
Tangan Nadin terulur mengelus pucuk kepala Novan, "Opan manja banget, sih. Udah ya, nangisnya? Nanti Adin kasih permen kaki,"
Itulah mereka, sudah bersahabat sejak lama dan Nadin mengetahui segalanya tentang Novan begitupun sebaliknya. Nadin hanya memaklumi sifat manja Novan. Cowok itu akan terlihat seperti anak kecil jika sedang sakit atau ketakutan seperti sekarang ini.
Namun Nadin gagal menjadi seorang sahabat, karena sudah mulai menyukai sahabatnya sendiri.
Gadis itu memiliki perasaan untuk Novan sejak mereka masih kecil. Semua sikap dari Novan mampu membuatnya tidak bisa memandang laki-laki lain.
Terjebak friendzone itu memang tidak menyenangkan, namun terkadang mengungkapkan bisa merusak segalanya.
Novan menerima sebuah permen kaki yang diberikan oleh Nadin, sebenarnya itu miliknya sendiri namun hal itu tidak ia pedulikan sekarang. Mengatur napasnya akan lebih bagus.
"Ini penyebab lo selalu posesif ke gue?" Novan mengangguk.
"Sering ada yang kirim pesan kayak yang lo lihat, dan hari ini semakin parah, Nad. Dia tahu gue phobia darah, makanya dia ngasih kayak tadi."
Gadis itu menangguk paham, dan tentunya tidak mempercayai apa yang ia baca tadi.
"Lo percaya 'kan, Nad, gue bukan pembunuh." mata Novan kembali menunjukkan kesedihan.
"Opan nya Adin bukan pembunuh," ujar gadis itu lembut dan hal itulah yang Novan suka. Nadin selalu bisa membuat dirinya merasa tenang dan aman.
"Dari mana lo dapet ini permen?" tanya Novan yang mulai sadar. Ketakutannya sudah ia lupakan karena mendengar satu kalimat menenangkan dari Nadin.
Nadin menunjuk ke arah meja di dekatnya, "Ini, yang lo beli tadi." cengirnya mendapat rotasian mata dari Novan.
"Ini sih namanya tetep permen gue."
"Ya gue nggak punya permen kaki, adanya yang lo beli tadi, daripada pergi beli jauh-jauh mending buka yang lo beli tadi." paparnya kembali tersenyum yang membuat pipinya menggembung dan matanya yang nyaris hanya tinggal garis.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVAN SANJAYA | FRIENDZONE
Action"Asal lo bahagia, gue juga bahagia, Van." "Maaf karena gue nggak profesional sebagai teman." __________________________________________________ "Aku cinta sama kamu, Nay." "Kenapa takdir jahat?" __________________________________________________ "Ad...