Fyi, Pangeran yang baru dateng. Masih anget-anget wkwk
(edit foto)
Kerajaan Anatolia, Turki 1934.
Suasana di dalam Kerajaan Anatolia tampak tegang, semua orang yang hadir tidak ada satupun wajah yang menunjukkan ekspresi gembira. Semua orang sangat sedih, terpuruk atau bahkan beberapa diantaranya putus asa dalam diam. Tepat di depan pintu ganda berukuran raksasa, di sanalah mereka, pemilik ekspresi-ekspresi duka dan tegang berjejer menunggu sebuah keajaiban dari balik pintu tersebut. Seluruh kerabat kerajaan beserta orang-orang penting sampai duta-duta perwakilan Negara lain ikut hadir dan larut dalam kegelisahan, meski bahu dan dagu setia terangkat sepanjang waktu namun raut dan perasaan tidak bisa berbohong. Seluruh manusia di bumi ini mencintai Lord Yaser Davutoğlu, seorang raja besar kerajaan tertua di Turki yang sedang berjuang melawan penyakit yang diidapnya. Meski usianya sudah tidak muda lagi, namun semangatnya yang berapi-api memimpin Anatolia patut diacungi jempol. Akhir-akhir ini, berita populer mengenai kemurahan hati sang Raja Besar semakin santer terdengar setelah perjuangannya mempertahankan hak anak-anak Yatim di Ibu Kota Ankara berbuah manis, karena pada prinsipnya beliau senantiasa menjunjung tinggi moto kerajaan yakni; Egemenlik, kayıtsız şartsız Milletindir yang berarti kedaulatan tanpa syarat adalah milik rakyat. Lahan di Ibu Kota Ankara sangatlah subur dan merupakan kota tertua, oleh karenanya sangat banyak investor-investor licik luar negeri tergiur mengembangkan usaha di kota tersebut tanpa memperdulikan hak-hak warga di kota tersebut, hal ini jelas mengundang kemarahan Sang Raja. Meskipun demikian, tetap saja para investor nakal itu bersikeras mengeruk kekayaan alamnya. Disana, ada sebuah panti yang sangat besar. Investor yang licik menggunakan kesempatan ini untuk membujuk para perwakilan panti asuhan untuk andil dalam membangun beberapa fasilitas juga—dengan bayaran sangat banyak—namun hal itu ditolak dan membuat para investor licik itu sakit hati karena usaha terakhirnya tak berbuah manis, akhirnya terjadilah perang strategi yang berakhir di meja hijau kerajaan. Sang Raja Besar yang meskipun sangat murka, tetap berbesar hati mau menyelesaikan masalah ini dengan damai. Meski demikian, tetap saja terlihat berwibawa.
Raja Besar Davutoğlu merupakan pemimpin ke-delapan sepanjang berdirinya kerajaan dan kini di masa tuanya yang bahagia dikelilingi cinta dan kasih dari keluarga, kerabat dan rakyatnya, ia harus berjuang melawan takdir. Tubuhnya yang sudah lemah terhitung sudah seminggu berbaring lemah di atas tempat tidur, dokter kepercayaan kerajaan seperti penghuni permanen istana karena secara khusus menempati salah satu kamar di dalam istana demi merawat sang Raja besar secara intensif.
"biar saya ambilkan lagi Your Highness, teh anda sudah mulai dingin." Suara seorang senat kepercayaan Kerajaan Anatolia bernama Ahmet Tayyip menginterupsi lamunan sang Pangeran yang duduk diam di sebuah kursi besar dekat dengan kamar Lord Yaser. Secangkir teh di sampingnya sudah mulai dingin tanpa tersentuh sedikitpun. Dengan cepat namun teratur, senat Ahmet mengangkat cangkir teh di samping Pangeran dan berjalan menuju dapur. Sang Pangeran masih tak bisa berkata. Jantungnya terasa berdenyut dan tubuhnya mati rasa.
His Highness Zayn Mikail Davutoğlu atau yang akrab disapa Pangeran Mikail itu hanya duduk pasif dan menunggu tanpa sebuah kejelasan. Empat jam yang lalu informan dari kerajaan menghubunginya memberi kabar mengenai kondisi Raja besar yang semakin memburuk, sang Pangeran yang saat itu sedang berada di kota tua Ankara dalam misi memantau pengiriman sagu dan kelapa dari hasil perkebunan rakyat Turki langsung bertolak kembali ke istana menggunakan helikopter kerajaan. Pintu ganda besar itu terkuak perlahan, dokter Abdullah melangkah keluar dan mencari-cari seseorang. Semua orang yang sedang menunggu di depan pintu dengan cemas langsung menahan napas antipatif.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARMEN
FanfictionAnatolia, sekitar 1934. "...aku tahu diri, siapa diriku dan siapa dirinya (Lord His Highness Zayn Alexander Mikail Davutoğlu). Akupun sepenuhnya tahu tidak pernah terbersit dalam benaknya bahwa Lord His Majesty Yaser Davutoğlu memintanya menikahi se...