Fyi aja ini tuh pendek.
But enjoy this!Malam penobatan seorang pemimpin besar kerajaan absolut seperti Anatolia menjadi sebuah acara besar kerajaan-kerajaan di seluruh dunia. Sejak sore tadi, persiapan sudah sembilan puluh sembilan koma delapan persen. Acaranya digelar di halaman belakang, lilin beraroma manis mengapung di kolam besar, sementara lampu-lampu hias bergelantungan di tepian daratan Cyprus. Makanan dari sekelompok koki terbaik kerajaan sudah tersaji di dekat kolam, pramusaji hilir mudik memegang nampan yang berisi aneka ragam minuman segar asli dari perkebunan Anatolia. Malam bertabur bintang menaungi kesibukan pesta yang digelar untuk meresmikan berpindahnya kekuasan dari tangan Raja Besar Yaser ke Pangeran Mikail, putera mahkota yang digadang-gadang akan membawa Kerajaan Anatolia ke kancah internasional yang lebih modern.
Sementara itu, Carmen masih duduk di kursi ruang make up. Bersabar dibawah keahlian tangan perias ahli di abad ini. Tangannya yang berwarna pucat memilin bagian depan gaun berwarna hitam pemberian Sang Pangeran kemarin sore. Ia belum melihat Pangeran Mikail sejak kejadian itu, meski demikian Ia juga merasa khawatir, tapi kemudian Ia berbalik bertanya pada dirinya sendiri tentang apa yang Ia khawatirkan. Ia masih bisa mengingat dan merasakan hasrat Sang Pangeran terhadapnya, bagaimana sekujur tubuhnya mengejang dibawah sentuhan dan kecupan membabi buta itu. Tapi setelah itu, Ia kembali dialiri perasaan kesal dan kecewa karena sentuhan Sang Pangeran selalu mempengaruhinya.
"Wah. Anda membuat riasan ini tampak menakjubkan, My Lady." Seru seorang wanita yang mengapit brush di tangannya. Carmen tersenyum mengagumi dirinya yang balik tersenyum padanya di cermin. Rambutnya digerai bergelombang dengan anting-anting mutiara tersemat di telinganya.
"Pangeran Mikail pasti akan sangat senang dan jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya." Perasaan itu hadir lagi, menggelenyar seperti ada sesuatu yang meluncur bebas dari hati ke perutnya. Perias itu berbinar bangga, wajahnya berdecak kagum mengamati hasil karyanya.
***
"Sudah lama tidak bertemu, Your Highness. Terakhir kali aku melihatmu pada saat pertemuan kerajaan di Thailand bersama mendiang Raja Besar sebelum kau berkeliling dunia dua tahun yang lalu. Rasanya sudah sangat lama." Ucap Raja Ishaq dari Kerajaan Funisia. Tangannya menyisir janggut panjangnya setelah menjabat Pangeran Mikail yang tersenyum hangat padanya.
"Kudengar kau sudah menikah. Sayang sekali ya, tadinya kupikir kedekatanku dengan mendiang ayahmu akan berujung pada perjodohan anak-anak kami." Ia terkekeh. Pangeran Mikail hanya tersenyum. Puteri Yasmin tidak ikut hadir karena sedang berada di luar negeri.
"Sampaikan salamku pada Puterimu. Kami pernah bertemu di Inggris, dia sangat ulet dan pekerja keras." Balasnya sopan.
Pangeran Mikail mengenakan setelan serba hitam dengan beberapa emblem emas yang tersusun di bagian depan. Rambutnya disisir ke belakang namun sedikit acak, Ia memilih Jenderal Erdogan untuk tetap berada di belakangnya sepanjang malam ini. Ia memerintahkan Senat Kahil dan beberapa prajurit untuk tetap mencari keberadaan Senat Ahmet.
"Aku akan menganggapmu pria brengsek agar tidak berharap lebih."
Kalimat yang diucapkan Carmen masih menghantuinya sepanjang siang, bahkan sampai sekarang. Ia pasti sudah sangat jauh menyakiti hatinya. Carmen pasti sudah membencinya hingga hal itu membuat Pangeran Mikail ikut sakit juga. Dalam situasi ini apa yang harus dilakukannya? Tangannya mengepal mengingat perbuatannya yang impulsif.
"Aku tidak mengerti." Itu adalah kalimat yang diucapkan Pangeran Harry kemarin malam saat Ia menyeret Pangeran Mikail ke ruangan lain di bungalow. Pangeran Mikail yang diam tak berkutik membuat siapapun kesal. Ia seperti kehabisan kata-kata untuk menjelaskan situasi rumit dalam hidupnya, bahkan memberikan pembelaanpun rasanya percuma saja. Mereka tidak ditakdirkan hidup di dalam ramalan, sedangkan Pangeran Mikail ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARMEN
FanfictionAnatolia, sekitar 1934. "...aku tahu diri, siapa diriku dan siapa dirinya (Lord His Highness Zayn Alexander Mikail Davutoğlu). Akupun sepenuhnya tahu tidak pernah terbersit dalam benaknya bahwa Lord His Majesty Yaser Davutoğlu memintanya menikahi se...