CHAPTER 45 : PERLAHAN

84 10 1
                                    

Author's POV


Pangeran Mikail masih mematung, isi kepalanya penuh sesak dengan potongan-potongan kisah yang saling bertabrakan. Ia ingat apa yang diucapkan Raja Yaser saat membujuknya menikahi seorang pelayan istana; kau akan sangat membutuhkannya untuk menjadi seorang pemimpin rakyat dan kerajaan. Kini nyata adanya bahwasanya kalimat itu bukanlah sebuah omong kosong belaka. Sang Raja melakukan itu agar kekuasaan nomor satu tetap berada di jalurnya. Kenyataannya sekarang, mereka harus menyadari bahwa situasi dapat berubah seratus delapan puluh derajad. Carmen merupakan satu-satunya kandidat penerus kekuasaan Anatolia atas jasa yang diberikan oleh kakek buyutnya dan juga atas kesalahan Raja Yaser yang terlalu besar, juga tak termaafkan.

Sekarang tibalah waktunya Carmen mengetahui segalanya. Gadis itu berhak atas sebuah kebenaran yang sudah tertidur selama puluhan tahun. Namun satu hal yang perlu digaris bawahi, Pangeran Mikail hanya korban. Raja Yaser menjadikannya pion dalam permainan catur yang Ia mainkan semasa hidupnya, Ia membawa anaknya sendiri masuk ke dalam situasi seperti ini.

"baiklah." Kata itu keluar dari bibirnya yang pucat. Setelah sehari semalam diliputi kecemasan karena mengkhawatirkan Carmen yang tiba-tiba menghilang, ia sudah cukup kehilangan banyak tenaga. Hal yang ia khawatirkan setelah Carmen mengetahui segalanya benar-benar terjadi sekarang, persis jelas seperti dugaannya yaitu Carmen pasti akan meninggalkannya, seharusnya saat-saat kebahagiaan terakhir yang mereka lalui sudah cukup untuk kemudian mereka kubur dalam-dalam. Tapi nampaknya Pangeran Mikail jauh lebih hancur daripada dugaannya, rasa sakit ini sangat jauh lebih buruk.

"kenapa kau diam saja! Aku ingin Liam. Bebaskan dia!" teriakan Carmen yang keras sekaligus bergetar mengejutkan Pangeran Mikail. Meski Ia sering menghadapi kemarahan Carmen tapi kali ini berbeda. Setelah ini, ia tidak akan lagi bisa menenangkannya kembali. Gadis itu tertangkap tatapan bola mata karamelnya sedang mengusap wajahnya yang basah dengan kasar.

"Liam sudah dibebaskan sejak tadi malam." Jawab Pangeran Mikail. Semalam, ia meminta pengawal mengeluarkan Jenderal Liam dari penjara bawah tanah untuk ikut mencari Carmen. Gadis itu terdiam, terkejut. Ia menggigit bibirnya yang bergetar, tak sanggup jika harus menangis lagi. Ia juga terlalu lelah.

Baik Pangeran Mikail ataupun Carmen, keduanya langsung menolehkan kepala pada sumber kegaduhan di luar kamar. Suara gedebum perkelahian terdengar cukup jelas hingga pintu tersebut terketuk. Pangeran Mikail bergegas membukanya dan disana ada Liam yang berdiri tegak dengan satu tangan mencengkeram kerah seorang pengawal. Matanya bertemu dengan Carmen.

"Sial, Carmen..." Ia menerobos hendak memeluk gadis itu. Sekarang ia tidak perlu berpura-pura, penyamarannya selama ini sudah diketahui oleh Pangeran Mikail jadi sekarang ia hanya harus menjadi dirinya sendiri. Tangan Pangeran Mikail refleks mencegah Liam yang hendak beringsak masuk. Kilat merah dua pasang mata mereka bertemu, amarah kebencian terpancar di sana. Tiga detik berikutnya, Liam mendenguskan senyum muak menengadah ke wajah Pangeran Mikail yang lebih tinggi tiga senti darinya. "sekarang apa?" Liam menantangnya. "sampai kapanpun, kau tidak akan bisa melindunginya. Yang bisa kau lakukan hanya membawanya ke dalam bencana. Urus saja masalahmu sendiri, biarkan aku melindungi Carmen seperti dulu." Ucap Liam melalui giginya yang terkatup. Carmen hanya berdiri menonton, kemudian yang ia lihat adalah cengkraman tangan Pangeran Mikail pada kerah baju Liam yang mengendur, Carmen bisa merasakan amarah pria itu yang semula ditujukan pada orang dihadapannya kini berubah pada dirinya sendiri. Kaki kanannya lebih dulu mundur, membawa tubuhnya yang tinggi menjulang menyerah tak berdaya. Ia sepenuhnya telah melepaskan Liam dan membiarkannya memeluk Carmen. Wibawanya seolah lenyap ditelan rasa bersalah kepada orang-orang yang dicintainya, terutama Carmen. Rasa bersalah itu menjadi beban paling berat untuk membawa kepalanya menunduk menatap kedua kakinya yang masih menginjak lantai meskipun rasanya seperti melayang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CARMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang