ini pendek, pengen double update nih... rencananya yaaa
Pangeran Mikail memilih masuk kembali ke dalam kamar mandi sembari bahunya tergerak untuk menahan tawa. Barusan itu apa? Pertunjukan kecil setelah lebih dari seharian penuh dilanda perasaan gundah karena memikirkan sebagian rakyatnya yang diboyong paksa dibawah perintah kerajaan Manzikert, Yunani. Dilepaskannya handuk yang melilit pinggang dan mulai mengenakan kaos v-neck putih dan celana kain yang menggantung di betisnya. Ia punya waktu tiga hari untuk bekerja hanya di dalam kerajaan, tidak apa-apa, toh ia masih bisa memantau perkembangannya. Beberapa menit berselang, Pangeran Mikail keluar dan sedikit terkejut tapi juga tersenyum melihat Carmen sedang duduk di tepi tempat tidur, memilin ujung dressnya sambil bergumam tidak jelas, berbicara pelan seperti menggerutu pada dirinya sendiri. Kepalanya mendongak menyadari kehadiran Pangeran Mikail dan ia mulai menggumamkan serentet kalimat permintaan maaf.
"Your Highness, maaf." Kemudian menunduk lagi, oh sopan sekali kan? Pangeran Mikail menggaruk janggutnya yang sedikit tumbuh, seraya mengerutkan kening memberikan kesan berlebih seolah ia berpikir keras untuk memaafkan atau tidak. Sedikit dari selera humornya pasti mewarisi sikap mendiang Raja Besar Yaser.
"hanya jangan mengulanginya lagi, ok? Membuka lemari pribadiku." Sahut Pangeran setelah menimbang-nimbang. Sedikit keterkejutan tergambar di wajah Carmen, bukan karena ia memaafkannya melainkan dengan perintah agar ia tak mengulangi membuka lemari pribadinya, bukan untuk itu Carmen meminta maaf. Kalau tidak salah, mereka sudah menikah, bukan begitu? Seperti sedikit yang ia tahu mengenai sebuah pernikahan, sepasang suami istri berhak saling berbagi satu sama lain. Tapi pernikahan kalian tidak sama dengan pernikahan sepasang kekasih bahagia lainnya, ya memang benar. Mana ada pernikahan yang tidak didasari oleh keinginan dari masing-masing? Oh mungkin tidak seperti itu, maksudku... Pangeran Mikail hanya belum terbiasa membagi privasinya dengan siapapun, cepat atau lambat mereka pasti bisa melaluinya, yakin Carmen. Gadis itu mengangguk.
"terimakasih Your Highness." Ada sebaris senyum yang bermain di bibir Sang Pangeran. Lihat kan? Pria dingin yang mengabaikannya selama berjalannya pesta pernikahan memiliki senyum yang menawan. Carmen yakin ada secercah kesempatan untuknya menjadi istri terbaik untuk Pangeran Mikail.
"aku ada di ruang kerja jika kau mencariku." Well karena seharusnya Carmen sudah paham bahwa ia bisa memanggil pelayan atau salah satu pekerja istana jika membutuhkan sesuatu, Pangeran Mikail hanya berbasa-basi. Lelaki itu pergi meninggalkan Carmen sendirian lagi di kamar sebesar ini. Carmen biasanya tidak pernah kesepian karena ia selalu menghabiskan waktunya untuk memasak bersama para pelayan di dapur, tapi kali ini, masuk kesanapun ia dilarang. Saat keluar dari kamar, dilihatnya seorang wanita dua puluh lima tahun lebih tua darinya yang sangat tidak asing berjalan membawa baki berwarna emas, berjalan bersebrangan dengannya.
"Bibi Almas!" panggilnya cukup keras dan bisa didengar oleh wanita itu dan tersenyum, Carmen menghampirinya dengan langkah antusias.
"apa yang Bibi bawa itu?"
"teh hijau dan madu, jika kau mau akan Bibi buatkan lagi untukmu."
"biarkan aku saja yang mengantarkannya." Pinta Carmen, Bibi Almas akan menolak permintaan gadis itu jika saja teh ini dibawakan untuk siapa saja kecuali Pangeran Mikail. Dengan senyum manis yang tak dibuat-buat, Bibi Almas mengangguk.
"hati-hati sayang. Tehnya masih panas, ini untuk Pangeran Mikail dan tamunya." Oh tentu saja. Carmen mengangguk dan mengambil alih baki tersebut dan membawanya menuju lorong panjang yang sudah ia kenal cukup akrab, sambil mengingat saat dimana ia sering membawakannya untuk mendiang Raja Besar sebelum sakitnya semakin parah dan harus tidur di dalam kamarnya selama berbulan-bulan, sejak saat itu Carmen sudah tidak pernah lagi membawakan teh untuknya di ruang kerja. Dan sekarang ia kembali membawa baki ini lagi, kali ini bukan untuk Raja Besar melainkan untuk puteranya Pangeran Mikail, suaminya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARMEN
FanfictionAnatolia, sekitar 1934. "...aku tahu diri, siapa diriku dan siapa dirinya (Lord His Highness Zayn Alexander Mikail Davutoğlu). Akupun sepenuhnya tahu tidak pernah terbersit dalam benaknya bahwa Lord His Majesty Yaser Davutoğlu memintanya menikahi se...