Halo ketemu lagi nih,
Masih mau nunggu dan baca kan??? hehe semoga ya.
"Tidak mungkin." Autumn menggulung kertas berbahan papyrus itu di tangannya. Bagaimana mungkin Pangeran Mikail akan menikah dengan Alexandra. Rencana apa lagi ini? Zayn pasti menolaknya.
"Mau kemana?" Pangeran Harry bertanya saat dilihatnya Autumn hendak beranjak meninggalkan dirinya. Gadis itu bahkan tak menyadari kehadiran Pangeran Harry yang sedari tadi berdiri di hadapannya. Pikirannya memprotes isi dari gulungan surat yang dikirimkan pembagi informasi itu.
"aku harus menemui Zayn dan menanyakan soal kebenaran dari informasi ini." Jawabnya. Lengannya masih digenggam oleh Pangeran Harry yang mencegahnya pergi. "kita tidak boleh gegabah. Ini pasti siasat. Banyak sekali berita simpang siur yang baru-baru ini terkuak dan hal itu sangat merugikan pihak istana."
"aku tetap harus berbicara dengan Zayn mengenai hal ini." Autumn bersikeras. Ia berjalan meninggalkan Pangeran Harry, langkahnya sangat mantap dilengkapi dengan setelan prajurit kehormatan yang dibangga-banggakan. Ia tak habis pikir, siasat apapun yang menurut Pangeran Harry sedang dilancarkan oleh baik pihak Anatolia ataupun itu Manzikert, Autumn rasa hal itu tidak bisa dilakukan. Apa Carmen tahu mengenai rencana ini? Lalu apakah gadis itu hanya diam saja dan membiarkan suaminya menikahi Alexandra.
***
"Autumn?" adalah Paman Onur yang berdiri di samping kudanya, terkejut melihat Autumn tiba di istana. Lelaki itu baru saja sampai, Autum Rose sudah siap memberondonginya dengan sejuta pertanyaan. Gadis itu menunduk sekilas memberi hormat.
"aku kemari ingin menemui Pangeran Mikail tapi keamanan mengatakan Ia tidak disini." Benar saja.
"kami bertemu semalam di Ankara dan tak melihatnya lagi sampai sekarang."
"Dimana My Lady?"
"Aku tidak tahu, Autumn. Kau sudah mengetahui informasi itu?" jawab Paman Onur. Gadis itu lantas diam, berpikir. Dari raut wajahnya, Onur tahu bahwa informasi itu sudah sampai padanya. "masuklah, ada yang harus Paman sampaikan padamu." Paman Onur menyerahkan kudanya pada seorang pengawal yang ditugaskan di peternakan kuda kerajaan Anatolia. Autumn kembali mengangguk memberi hormat dan mengikuti kemana Paman Onur pergi.
"Pangeran Onur! Maaf mengganggu!" baik Onur ataupun Autumn, keduanya langsung menoleh pada sumber suara. Seorang lelaki mengenakan setelan hijau khas prajurit keamanan istana mendatangi mereka dengan napas memburu sepertinya lelaki itu berlari cukup jauh hingga akhirnya membawanya kemari. Paman Onur mengerutkan keningnya. Ekspresi prajurit itu menunjukkan sesuatu yang genting.
"Ratu Patricia diculik oleh Pasukan Bizantium." Mendengar kalimat itu, mata Paman Onur melotot terkejut.
"bagaimana bisa?"
"mereka memberi waktu tiga hari untuk bertemu dengan His Majesty Mikail,"
"biar aku yang menemui mereka. Dimana mereka menculik Ratu Patricia?"
"tidak tahu Pangeran Onur, mereka mengancam akan membunuh Ratu Patricia jika dalam waktu tiga hari His Majesty tidak menemuinya."
"Cari keberadaan His Majesty dan My Lady. Dan juga, kumpulkan pangeran muda ke istana. Sampaikan hal ini pada semuanya." Pinta Onur pada beberapa pengawal dan dibalas dengan anggukan mantap.
***
Kereta kuda hanya mengantar mereka sampai di tepi sungai, selebihnya, Pangeran Mikail dan Carmen akan menaiki perahu mesin. Carmen agak kesusahan dengan gaun hitamnya yang menjuntai panjang, Pangeran Mikail membantunya dengan selalu menggenggam tangannya. Air sungainya memantulkan warna hitam karena langit malam yang gelap, meski demikian ada cahaya dari bulan yang sangat membantu. Setelah dirasa Carmen sudah aman dan duduk sempurna di atas perahu, Pangeran Mikail mulai menarik seutas tali di bagian kemudi yang membuat mesin berbahan bakar solar mulai meraung dan Ia duduk elegan menguasai perjalanan singkat menuju dek di tepi sungai seluas lautan yang mengelilingi bungalow di pulau Cyprus. Bagian ujung lengan jas hitamnya basah karena air namun Pangeran Mikail tetap mengemudi dalam konsentrasi penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARMEN
Fiksi PenggemarAnatolia, sekitar 1934. "...aku tahu diri, siapa diriku dan siapa dirinya (Lord His Highness Zayn Alexander Mikail Davutoğlu). Akupun sepenuhnya tahu tidak pernah terbersit dalam benaknya bahwa Lord His Majesty Yaser Davutoğlu memintanya menikahi se...