CHAPTER 8 : Ramalan Sampah!

1.2K 107 4
                                    

Picture of Autumn Rose



Carmen's POV

Aku setengah merutuki diriku sendiri sepanjang perjalanan. Sikap dingin Pangeran Mikail menjelaskan padaku tentang ketidaksetujuannya mengenai kunjunganku terhadap kerajaan Manzikert. Yah, Manzikert. Kupikir nama kerajaan itu hanya ada di dalam buku sejarah yang pernah kubaca dulu. Tapi sekarang disinilah aku, duduk saling diam bersama Pangeran Mikail di dalam kereta kencana kerajaan dalam perjalanan menuju kerajaan Manzikert. Bahkan sebelum Paman Onur menjelaskan semua duduk masalah kerajaan aku sudah menduga bahwa Pangeran Mikail sangat tidak nyaman aku terlibat di dalamnya. Aku ini istrinya kan?

"kau tampak tegang." Ucapku berusaha memecah kesunyian, dan langsung dikecewakan oleh sikap Pangeran Mikail yang masih sangat dingin. Menolehpun ia sepertinya tidak sudi. Aku menghela napas dan melemparkan kembali tatapanku ke luar jendela kecil yang dimana tirai tipisnya dibuka lebar, mempertontonkan jejeran tanah gersang dekat dengan perbatasan antara Turki dan Yunani. Beberapa kali aku mencoba mencuri pandang pada pria dingin disampingku, tapi ia masih enggan menatapku. Tuhan, yang kubutuhkan sekarang adalah penyemangat, dari manakah aku dapatkan itu semua? Kereta berjalan sangat lambat, permukaannya bergoyang dan sesekali melompat seperti tarikan kuda, membuat perutku mual. Rasa mualku bertambah ketika sebuah bangunan mansion megah menjulang di hadapan kami. Aku memperhatikannya dengan mulut menganga lebar dari jendela kereta. Oh Tuhan. Sangat besar tapi entah kenapa membuatku takut. Nyaliku seketika menciut.

"Your Highness." Salah satu pengawal kami membukakan pintuku, aku menelan ludah dan sebelum aku sempat menyentuhkan kakiku di tanah pelataran kerajaan Manzikert, sebuah tangan mencengkram lenganku dengan keras.

"Carmen," Pangeran Mikail yang melakukannya. Pintu disampingnya terbuka sama sepertiku, seorang pengawal lainpun memegangi pintunya yang setengah terbuka. Nafasku tersangkut di tenggorokan.

"bersikaplah seperti bangsawan. Karena kau adalah istriku, istri Raja Besar kerajaan Anatolia." Dan sekali lagi aku melongo. Ia memerintahkanku untuk tetap bersikap laksana bangsawan sementara aku otomatis menciut apabila bersanding dengannya. Duduk bersama menemui Raja yang entah seperti apa rupanya bersama suami yang kemarin pagi membentakku dengan kata-kata yang jujur saja sangat menghinaku. Seorang suami yang menjelaskan secara gamblang bahwasanya pernikahan kami bukanlah keinginannya. Seorang suami yang tadi pagi sangat jelas membenci keputusanku yang menyetujui permintaan Paman Onur.

"kau mengerti?" yakinnya. Aku mengangguk, hanya mengangguk dan matanya mempertajam maksud perkataannya yang sangat bersungguh-sungguh dan tidak ada yang bisa kulakukan selain memenuhi perintahnya. "aku mengerti." Dan kami keluar dari kereta.

Sesaat, kulihat Pangeran Mikail berdiskusi sangat serius dengan Paman Onur. Aku kesulitan mendengar perbincangan mereka ketika aku berpura-pura merapikan gaunku yang sedikit terlalu kebesaran serta tudung berwarna emas dengan pita dan bunga yang jujur saja sangat menghalangi penglihatanku. Ketika aku berjalan semakin mendekati mereka, suaranya semakin mendesis kecil hingga yang bisa kudengar hanyalah kekhawatirannya yang tampak jelas.

"bagaimana jika Leander mengambil keuntungan dari pernikahanku dengan seorang pelayan?" dan ia berhenti, sepenuhnya menyadari kehadiranku. Aku menunduk, merasakan sudut mataku memanas tapi aku menggigit bibir untuk mencegah gumpalan keras di dadaku yang akan melonjak menjadi sebuah tangis. Seharusnya aku tidak mengikuti perintah Paman Onur. Tapi aku juga ikut bertanggung jawab atas keselamatan rakyatku.

"Sial!" Pangeran Mikail mengumpat kecil dengan gigi berdesis lalu berjalan meninggalkanku. Aku hanya bisa melihat kakinya yang terbalut boots setinggi lutut dan terbuat dari emas menjauh dari pandanganku. Ketika aku mengangkat kepala, wajah lembut Paman Onur tersenyum dan aku sangat yakin ia berusaha membangkitkan semangatku, mau tidak mau aku juga tersenyum padanya. Ya Tuhan, berikan aku kekuatan.

CARMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang