Happy Reading...
"Thanks ya udah nganterin gue pulang dan makasih banyak Lo udah banyak bantu gue," ucap Nefa.
"Iya sama-sama, gue duluan," jawab Athalla lalu melajukan motornya.
"Hati-hati!" ucap Nefa sedikit berteriak sambil melambaikan tangannya.
Setelah punggung Athalla sudah tidak terlihat lagi Nefa melangkahkan kakinya menuju rumah. Memegang handle pintu lalu menggerakkannya. "Assalamualaikum, Nefa pulang."
"Waalaikumsalam, sayang dari mana aja kamu? Bunda khawatir tau," ucap Bunda Tiara sambil memeluk tubuh mungil putrinya.
"Nefa sayang, Ayah juga khawatir sama kamu nak, kamu nggak papa kan?" sambung Ayah Dito sambil mengusap lembut pucuk kepala putrinya.
"Ayah sama Bunda nggak usah khawatir, Nefa nggak papa kok," jawab Nefa.
Sedari tadi Erlan hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena merasa bersalah telah mengabaikan panggilan dari adiknya ketika sedang asik nongkrong dengan teman-temannya. Karena Erlan pikir Nefa sedang di rumah terus pas Nefa nelpon pikiran Erlan pasti ni anak mau minta yang aneh-aneh.
"Emm, Fa Abang minta maaf ya telponnya nggak diangkat soalnya Abang lagi nongkrong sama temen temen. Jam lima kan biasanya Nefa udah di rumah jadi Abang pikir Nefa nelpon pasti mau minta yang aneh-aneh," ucap Erlan panjang kali lebar.
Neva langsung cemberut. "Abang tau nggak Nefa hampir aja di culik sama preman gara gara Abang nggak angkat telpon dari Nefa. Terus mana nggak ada angkot yang lewat di tambah lagi langit mulai gelap. Abang kan tau sendiri Nefa takut kegelapan, pokoknya Abang jahat! Nggak sayang sama adiknya sendiri."
Setelah mendengar penuturan dari Nefa semuanya langsung kaget apalagi Erlan semakin merasa bersalah.
"Serius nak? Kamu hampir diculik?" tanya Ayah Dito.
Nefa menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Erlan," ucap Ayah Dito dengan sedikit penekanan.
"Iya, Ayah," sahut Erlan dengan suara pelan.
"Karena kamu udah bikin adikmu ini hampir diculik gara-gara telponnya kamu abaikan. Mulai sekarang kamu wajib antar jemput Nefa dan jadi bodyguard Nefa ketika di luar sekolah titik nggak pakai koma."
"Tapi Ayah--"
"Nggak ada tapi tapian."
Erlan menghembuskan nafasnya panjang sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia hanya bisa pasrah dengan apa yang diperintahkan oleh ayahnya sedangkan Nefa malah cekikikan ketika melihat Abangnya menderita.
****
"Waktunya nonton Drakor."
Neva langsung merebahkan tubuhnya di kasur lalu membalikkan badannya menjadi tengkurap, mengambil laptop di nakas samping tempat tidur lalu menyalakannya. Mencari judul baru untuk tontonannya kali ini, setelah ketemu langsung saja Nefa memencet play episode pertama.
Saat ini jam baru menunjukkan pukul delapan malam. Nefa terus terfokus pada layarnya sampai suara dering telepon membuatnya terusik.
Nefa mendecak pelan. "Ih ganggu aja."
Ternyata dilayar tertera nama Dila, Nefa pun menggeser tombol hijau untuk mengangkatnya.
"Halo, ada apa la?"
"Fa ke kafe yuk ada Rizky Febian."
"Serius Lo? Nggak bohong kan?"
"Ya enggak lah masa bohong."
"Oke lah gue siap siap sekarang, Lo duluan aja kesana gue sama bang Erlan soalnya."
"Oh gitu, yaudah see you."
"Bye."
Neva dengan segera bersiap-siap untuk pergi ke kafe. Setelah siap Nefa melangkahkan kakinya ke kamar sang kakak. Tanpa mengetuk terlebih dahulu Nefa langsung nyelonong masuk dan menghampiri Abangnya yang kini tengah rebahan di kasur sambil main handphone.
"Abang anterin Nefa ke kafe," ucapnya sambil mengguncangkan lengan abangnya.
Bruk!
"Aww shh."
****
TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nefa dan ArkAthalla
Teen FictionStatus : On Going Beda dari yang lain. Singkat saja ini kisah percintaan seorang gadis bernama Nefa Aireel Havika yang memiliki paras cantik, imut serta penyuka drakor. Menurut sebagian orang kehidupannya penuh warna karena hidup berdampingan denga...