"Pak Ketua? Violet? Bukankah kalian bilang ingin pergi sebentar ke New York untuk berlibur? Jangan-jangan tamu yang dibilang Buk Aiden lusa lalu..."
"Tamu? Aku memang sudah pulang."
King bersitatap dengan Hellen. Bukankah sherlock pemurung itu sendiri yang bilang ingin ke New York satu dua hari untuk mengurus sesuatu? Kenapa dia tampak tidak terima begitu?
"Aku berubah pikiran," katanya seolah bisa membaca mimik wajah mereka berdua. "Sebentar lagi sudah mau musim panas. Masa aku terjebak di New York, melarikan diri dari sekelompok mafia. Tidak etis sama sekali."
"Wah! Kamu memang pintar berdalih ya, Watson. Cobalah menjadi artis."
"Aku yakin aku sudah bilang padamu, Bari, kalau aku akan menjadi jaksa. Profesi artis tidak cocok denganku."
"Iya lah. Hidupmu super serius."
Watson duduk di samping Aiden. "Apa mereka membuat ulah?" Maksudnya adalah murid pertukaran Alteia yang sudah hari ke-4 berada di Madoka.
"Sejauh ini masih aman. Karena kamu memberi cuti, Kapela pergi liburan musim panas bersama keluarganya."
"Anak itu... Bahkan liburannya belum benar-benar dimulai."
"Tidak apa kan, Pak Ketua?" King menyengir, duduk manis di sebelah Watson, bersikap lemah lembut.
"Apa Aiden mengatakan tidak padamu?"
"Ya?" King mengerjap.
"Di antara semua kursi di sini, kamu memilih duduk di sampingku. Kamu juga bersikap lebih ramah daripada yang biasanya. Kamu pasti berselisih dengan Aiden dan mendekatiku untuk memperlihatkan padanya bahwa kita cukup dekat sehingga aku mau-mau saja menyetujui keinginanmu. Ini disebut permainan kekuasaan. Kamu ingin Aiden berpikir aku memihakmu."
Jeremy melongo. Hellen hampir menumpahkan air panas. Aiden dan King saling tatap. Mulut mereka ternganga.
"Wah, daebak. Aku benar-benar takjub, Pak Ketua. Kamu peramal? Kenapa kamu bisa menebak begitu akurat?"
"Katakan saja." Watson bersedekap.
"Jadi begini, Dan. Kami sedang merencanakan hendak ke mana untuk liburan musim panas tahun ini dan memutuskan akan pergi ke Jerman. Tapi King tidak setuju dan memilih Thailand."
"Sudah kubilang Buk Aiden, lautan di Thailand itu sangat jernih dan biru. Nuansa yang sesuai untuk liburan musim panas. Entah apa yang bisa didapat dari Berlin. Aih, tak cocok."
Apaan? Watson menghela napas. Kirain mereka memperdebatkan hal penting, ternyata cuman masalah liburan.
Membiarkan dua sejoli itu adu mulut, Watson menikmati siraman mentari dari sela-sela daun pohon sakura, berbaring santai di halaman rumput. Kelereng biru langit itu menampilkan bayangan pohon.
Seseorang berdiri di depan Watson. Adalah Saho Shepherd. Surai pinknya menyatu dengan warna daun pohon.
"Warna rambutmu keren!"
Deg! Watson langsung beranjak bangkit, menatap Saho yang ingin menyapanya.
"H-halo, Watson. Ini kali pertama kita bertemu... Ah, kurasa tidak? Aku pernah membantumu ke ruang wakepsek."
"Ah, kamu partner si gadis jorok."
Saho tertawa canggung. "A-anggap saja begitu. Karena aku sibuk dengan kegiatan Dewan Siswa, aku belum sempat menegurmu dengan resmi." Cowok cantik itu ragu-ragu mengulurkan tangannya. "Aku yakin kamu sudah tahu namaku."
Watson memandangi jabatan Saho tanpa ekspresi, mengangguk, menyambut uluran tersebut. "Salam kenal..."
"Senang berkenalan denganmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] King Krakal - "Please Find My Brother"
Mystery / Thriller"Kalian tidak penasaran? King suka sekali membaca novel itu. Aku juga sering melihatnya membawa buku itu ke mana-mana." Pertanyaan random dari Aiden memancing sebuah misteri baru. Mereka mungkin memang sering melihat King membaca novel berjudul 'Ple...