4

492 159 29
                                    

"Hei, apa maksudmu—"

Grep! Watson memegang lengan Violet yang tersinggung melihat gaya dan intonasi suara Horstar yang terlihat meremehkan, menggelengkan kepala.

"Krakal, apa kamu mau ikut?"

"Eh? Mau ke mana?"

"Menyusul gadis tadi. Vi, ayo. Sebelum ambulansnya berangkat."

King masih bingung, tapi dia mengikuti langkah Watson seperti anak itik. Sedangkan Violet, bergulat dalam hati. Apa yang dipikirkan sherlock pemurung itu? Kenapa dia ikut mengantar gadis pencandu yang ditolong Horstar?

"Ayo kita pergi, Roe. Aku pikir sekolah ini spesial, tapi sama saja. Sama-sama diisi kumpulan orang bodoh."

Jeremy menahan tangan Aiden yang gemas hendak melayangkan bogeman. Baru menyelamatkan satu orang, belagunya bukan main. Menyebalkan!

Kembali ke sudut pandang ambulans.

"Apakah kalian teman gadis ini?" tanya paramedis satu, memegang infus.

Watson menggeleng polos. "Tidak, kami tidak kenal dia. Bahkan satu dari kami bukan murid Madoka."

Mereka bersitatap bingung. "Lalu kenapa kalian ikut jika tak punya hubungan?"

"Kami juga ingin menanyakan hal yang sama!" kata Violet dan King serempak. Seharusnya mereka menanyakan itu sebelum naik ke mobil ambulans.

Watson melirik jam tangan. "Datang."

Mata gadis itu melek, beranjak bangkit. Dia spesifik menyerang paramedis dua yang paling dekat dengannya.

"ASTAGA! DIA BANGUN!"

"Apa yang sebenarnya terjadi?! Bukankah kondisinya sudah stabil oleh remaja tadi?!" Seisi ambulans panik.

"Krakal, bantu mereka. Vi, carikan aku obat nalokson 2 ml." Watson menyuruh cepat, menggulung lengan seragam. "Mundurlah, Pak. Cukup tahan pergerakannya. Sisanya biar saya urus."

[Note. Naloxone, merupakan obat untuk pasien yang ketergantungan dan overdosis obat golongan opioid.]

Setelah mendapatkan obat yang diminta Watson di rak, Violet segera menyerahkannya. "Apa yang terjadi?"

Watson menerima suntikan kosong, mulai memasukkan cairan di botol vial ke dalam benda tersebut. "Kalian lihat bercak darah di arena mulut dan di bajunya?" Mereka mengangguk setelah memeriksanya. "Aku yakin dia sudah menyerang satu dua teman sekelasnya."

King, Violet, dan dua paramedis di dalam mobil saling tatap tak mengerti. Si sherlock pemurung itu bicara apa?

Watson menyuntikkan obat itu ke selang infusnya. Lambat laun pemberontakan si gadis mereda. Akhirnya jatuh tertidur.

"Dia sudah bukan sekadar berhalusinasi biasa. Selain mengonsumsi LSD, aku rasa gadis ini juga menggunakan Salt Bath. Karena narkotika satu itu mengandung bahan MDPV, tingkat halusinasi semakin tinggi membuatnya paranoia dan merubahnya menjadi kanibal. Aku rasa dia harus cuci darah."

[Note. (1) Salt Bath, garam yang dibubuhkan ke bak mandi. (2) MPDV (Methylenedioxypyrovalerone), digolongkan ke dalam obat psychoactive, sebuah stimulan sejenis dopamin. Pengguna narkoba memakainya sebagai pengganti metamfetamin.]

Mereka berempat melongo. Hanya dari bercak darah di pakaian korban, dia tahu sampai sejauh itu...?

"Lalu kenapa Pak Ketua diam saja tadi?! Harusnya kamu balas perkataannya!"

[END] King Krakal - "Please Find My Brother"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang