17

427 157 47
                                    

Setelah melewati masa kritisnya, Watson siuman pukul 7 pagi. Violet senantiasa terjaga sepanjang malam, siap siaga memanggil perawat jika Watson menunjukkan gelaja aneh.

"Air... Aku sangat haus..."

Violet sigap menuangkan air ke gelas lalu menyerahkannya pada Watson.

"Kalau kamu ada di sini, berarti Angra tidak meminta penjelasan tambahan. Syukurlah," kata Watson setelah minum.

Plak! Sebuah tamparan melayang.

"Kamu menampar pasien yang baru sadar?" lirih Watson tak percaya.

"Kamu patut ditampar." Violet berkacak. "Apa yang kamu pikirkan, huh? Membuatmu dirimu tertabrak demi memperoleh bukti. Kamu bersyukur mengalami tamponade jantung! Bagaimana kalau edema otak? Atau pendarahan dalam kepala? Kamu bisa mati, dasar genius yang idiot!"

[Note: Pembengkakan otak atau edema serebral adalah ketika cairan menumpuk di sekitar otak, yang menyebabkan peningkatan tekanan yang dikenal sebagai tekanan intrakranial.]

"Aku rasa tidak separah itu deh. Aku sempat memutar tubuhku, jadi luka kritikalnya berpusat di punggung."

"Malah diperjelas! Aku rasa julukan Genius Nan Idiot lebih cocok untukmu daripada Detektif Pemuram."

Watson manyun. Entah itu pujian atau ledekan. Lagi pula dia kan cuman fans Holmes, bukan detektif. Dan hei, idiot?! Dia masih bisa menjelaskan teori kuantum dengan lengkap detik itu juga jika Violet berkenan.

Ketika dia ingin meletakkan gelas di meja, mata Watson melirik sebuah dokumen berwarna cokelat. Mengernyit.

"Omo, ige mwoya (apa ini)?"

"Ish! Jangan meniru King ya anda!"

"Salahkah seseorang mempelajari bahasa baru?" Watson menukas datar, mengambil dokumen tersebut. "Tapi serius, kamu yang membawanya?"

"Tidak. Itu sudah ada dari tadi malam ketika aku memanggil dokter untuk melepas ventilator-mu. Aku sudah memeriksa CCTV, tapi itu mati. Kupikir Inspektur Angra yang meletakkannya. Kurasa dia dendam padamu, Wat."

Watson mengernyit. "Lah, apa salahku?"

"Kamu datang dengan tubuh remuk dan kepala berdarah ke kantornya. Divisinya jadi dinilai negatif." Violet terkekeh.

"Bodo amat." Angra yang salah mencari gara-gara dengannya.

Lupakan Angra. Penasaran, Watson pun mengeluarkan kertas yang ada di dalam dokumen. Ternyata itu sebuah foto.

"Lho? Ini foto Krakal dan Paul--"

Push! Violet menyiku Watson, mengambil alih foto tersebut, sontak berbinar.

"ASTAGA! INI KING-KU SAAT KECIL? MANIS BANGET! INGIN KUKARUNGI LALU KUSEGEL DI RUMAH, UWU! DAN YA AMPUN, MEREKA MIRIP BANGET! KAYAK PINANG DIBELAH DUA!"

Gadis ini... Sepertinya Violet lupa, yang di sebelahnya itu seorang pasien. Watson mengusap-usap lengannya.

"Tapi... yang mana yang King? Mereka terlalu mirip. Aku tidak tahu yang mana bebebku. Mana baju mereka sama lagi," keluh Violet dua detik kemudian.

Rasanya Watson ingin melempar kursi ke gadis sarap itu. Bisa-bisanya dia dengan dungunya bilang 'mana King'?

"Di chapter 4, Krakal bilang bahwa dirinya dulu tidak seperti sekarang. Aku rasa dia tipe pendiam. Jadi," Watson menunjuk anak di sisi kanan. "Ini dia, yang pakai topi. Seorang introvert cenderung tidak suka ditatap."

[END] King Krakal - "Please Find My Brother"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang