4.14. Pancing dan Umpan

936 136 17
                                    

"Dengar baik-baik, ya. Aku hanya akan mengatakan ini sekali. Kalau kamu juga suka dengan Jaemin, tangkap kailnya dan kejar. Tapi kalau tidak suka, jangan kasih harapan lebih."

"Maksudnya... Jaemin sedang memancingku?" gumam Jeno sambil menatap langit-langit apartemennya. Ia berbaring di ranjang dengan kedua tangan melipat di belakang kepala.

Bukannya tidak suka.

Jeno suka ketika Jaemin menghubunginya. Ia suka saat perempuan itu menaruh perhatian padanya, meskipun obrolan mereka seringnya diawali dengan topik mengenai Jisung.

Gara-gara ucapan Ryujin tempo hari, ia jadi berpikir apa tujuan Jaemin jadi sering menghubunginya.

Kalau dibilang mau memanfaatkan Jeno, memangnya Jeno punya apa? Dia kan cuma dokter umum yang sedang merintis karir. Masih miskin dan belum punya apa-apa. Kalau dibilang punya koneksi, koneksi Jeno juga hanya segitu-segitu saja. Kalau mau mendekati untuk harta dan koneksi, bukannya lebih baik mendekati Kak Jaehyun sekalian?

Lamunan itu terputus saat ponselnya berdering nyaring. Ia meraba-raba ruang kosong di dekat kepalanya.

"Apa?" tanya Jeno setelah melihat nama penelfonnya adalah Jisung.

"Kak, aku bisa titip sesuatu padamu?" tanya Jisung.

"Titip apa?"

"Hadiah untuk Kak Jaemin, karena sebentar lagi Kak Jaemin ulang tahun."

Jeno berdecak sebal. "Kirim saja ke agensinya."

"Kak Jaemin tidak mau. Sejak dua tahun lalu, dia menolak pemberian hadiah dari fans. Jadi kebanyakan fans membuat event untuk merayakan ulang tahunnya alih-alih mengiriminya hadiah," jelas Jisung. "Ya, kak? Aku titip, ya? Tolong sampaikan ke Kak Jaemin."

"Aku bukan kurirmu," keluh Jeno.

Bukan sekali atau dua kali Jisung meminta tolong pada Jeno untuk mengirimkan barang pada Jaemin. Kalau hanya sesekali, mungkin Jeno tidak akan masalah. Tapi ini sudah terlalu sering sampai pada tahap Jeno tidak enak hati pada Jaemin-meskipun perempuan itu tetap akan menyambutnya dengan senyum lebar dan titipan ucapan terima kasih kembali untuk Jisung.

Menurut Jeno, fan service yang Jaemin berikan pada Jisung sudah terlalu berlebihan.

"Terlambat. Aku sudah di depan apartemenmu," ucap Jisung berbarengan dengan bunyi bel apartemen Jeno yang berdering nyaring.

Mau tidak mau, Jeno bergerak malas dari kasur menuju pintu. Ia langsung dihadapkan dengan boks besar di pelukan Jisung.

"Minggir, minggir! Ini berat!" Jisung menerobos masuk ke apartemen Jeno lalu mendesah lega setelah berhasil meletakkan kotak besar berbungkus kertas putih itu di kursi meja makan.

"Kamu bawa apa?"

"Hadiah."

Jeno menatapnya kesal. "Maksudku hadiah apa isinya?"

"Lego. Di salah satu siaran streammingnya, Kak Jaemin pernah bilang kalau belakangan lagi dia suka merakit Lego. Jadi, aku belikan "

Jeno memutar mata. Ia pergi ke kulkas untuk mengambil jus jeruk kemasan. "Mahal, ya?" Karena setahunya, Lego tidak murah.

"Harganya lima ratus ribu won," jawab Jisung.

"UHUK!" Jeno tersedak jus jeruknya sendiri. "Lima ratus ribu won?!"

"Eoh." Jisung nyengir. "Uang beasiswaku baru cair. Jadi ya..." Jisung mengatupkan kedua tangan di depan dada. "Jangan beri tahu Ayah, ya, Kak?"

Dahi Jeno berkerut tajam.

In SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang