9.4.1 Extra Chapter : Patah Hati

1.2K 153 29
                                    

"Heh, Lee Jisung. Bangun! Mau sampai kapan kau tidur begitu?" tanya Sungchan berusaha membangunkan Jisung yang masih tengkurap di sofa apartemennya. Ujung kakinya menekan-nekan pipi bokong Jisung seperti squishy lantaran sejak beberapa saat lalu temannya itu tak juga bangun.

Semalam, tahu-tahu Jisung datang dengan membawa ransel seperti orang kehabisan nyawa. Lunglai, lesu, dan tidak bertenaga. Tentu saja hal itu membuat Sungchan panik. Ada apa gerangan sampai temannya jadi seperti ini?

Jisung sebenarnya sudah bangun (atau lebih tepatnya tidak bisa tidur sama sekali). Ia menoleh, menatap Seungchan dengan tatapan kosong yang bikin ngeri.

"Heh, kau ini kenapa? Apa perlu aku menelfon ibumu?" tanya Sungchan.

"Aku patah hati."

"Apa?" Sungchan mengorek lubang telinganya karena suara Jisung seperti orang kumur-kumur.

Jisung menarik napas panjang sebelum mengulang, "Aku patah hati."

"HEEEE... dengan siapa?!"

Sejauh yang Sungchan tahu, Jisung tidak pernah menyukai siapa-siapa. Dia memang beberapa kali pergi kencan, tapi tidak pernah ada yang sampai jadi pacar. Paling-paling, perempuan yang selalu Jisung klaim sepihak sebagai pacar ya Na Jaemin, idolanya itu. Tapi siapapun tahu, Jisung tidak mungkin berpacaran dengan Na Jae Min, kan?

Jisung menghembuskan napas kuat-kuat, lalu berbalik memunggungi Sungchan.

"Heh, katanya sesuatu! Kau patah hati dengan siapa?"

"Kak Jaemin."

Sungchan mengerjap. Ia berusaha mengingat-ingat gosip artis terkini. "Memangnya kenapa?"

Seingatnya, tidak ada berita buruk soal Jaemin belakangan ini. Namanya malah melambung karena drama terakhirnya yang sukses besar dan belakangan jadi sering dijodoh-jodohkan dengan Hwang Hyunjin, lawan mainnya, oleh masyarakat saking bagusnya chemistry keduanya. Masa Jisung patah hati gara-gara itu, sih?

"Aku mau berhenti jadi fans," gumam Jisung.

"Heh, kau ini mabuk, ya? Dari tadi omonganmu tidak jelas sekali!" gerutu Sungchan karena Jisung tidak juga menjawab rasa penasarannya.

Lelaki jangkung itu berbalik ke dapur, mengambil satu botol tonik pereda mabuk dari lemari es dan meletakkannya di meja nakas samping kasur. "Nih, minum."

Jisung membawa dirinya untuk duduk di ranjang. Tangannya meraih botol beling berwarna kecoklatan itu tanpa minat. Biarlah Sungchan menganggapnya mabuk karen Jisung sungguh-sungguh tidak sampai hati untuk memberitahu Sungchan soal Jaemin dan Kakaknya yang sekarang berkencan.

Kalau ia buka mulut, pasti akan langsung ada rumor tentang Jaemin di publik. Bukannya karena Sungchan bermulut ember. Tapi siapa yang bisa menjamin kalau Sungchan tidak akan keceplosan bicara? Tidak ada.

"Hah..." Jisung lagi-lagi menghembuskan napas lelah.

Bahkan setelah seperti ini pun ia masih memikirkan tentang Jaemin.

"Aku mau membuang semua koleksiku," gumam Jisung. "Sepertinya aku sudah terlalu dewasa untuk terus-terusan mengejar idola seperti itu."

Sungchan menarik kursi, duduk berhadap-hadapan dengan Jisung. Kedua tangannya bersidekap di depan dada. Dahinya berkerut, tidak begitu saja menerima alasan Jisung.

"Heh, kau tidak bisa membohongiku begitu."

Jisung memutar mata. Paling tidak suka kalau Sungchan dengan sangat mudah membacanya lantaran usia pertemanan mereka yang sama tuanya seperti mereka.

Mata bulat Sungchan benar-benar mengintimidasi. "Cepat katakan ada apa. Apa kamu punya teh panas buat dibagikan?"

"Teh panas apa... kalau punya pasti sekarang kuminum."

In SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang