7.1. Tanpa Kabar

927 133 15
                                    

NONO 💚

nonooo
lagi apa?

Maaf baru sempat membalasmu
Aku lagi jaga malam di UGD

Sedang sibuk sekali, ya?
Sudah makan?

Sudah
Tadi Haechan membeli ayam goreng untuk semua orang

Oh...
Syukurlah kalau kamu sudah makan

.
.
.

NONO 💚

Nono?
Jeno?
Kenapa panggilanku tidak diangkat?

Maaf Jaemin
Tadi ada pasien kecelakaan beruntun
Aku tidak sempat memeriksa ponsel

Oh... kukira kamu kenapa
Ya sudah
selamat bekerja

Thankyou

Jujur, aku khawatir karena kamu tidak menghubungiku sama sekali
Apa kamu sesibuk itu?

Jeno?

Jeno?
Kamu ke mana sebenarnya?

.
.
.

"Halo?"

Dahi Jaemin mengerut ketika mendengar suara perempuan menjawab panggilannya di ponsel Jeno. "Kamu siapa? Kenapa kamu yang mengangkat telfonnya?"

"Aku Haechan, teman kerja Jeno. Ponsel Jeno tertinggal di apartemenku."

Dahi Jaemin tidak bisa berhenti mengerut ketika mendengar penjelasan perempuan bernama Haechan itu. Untuk apa pacarnya pergi ke apartemen perempuan? Jeno yang Jaemin kenal juga bukan orang yang teledor sampai meninggalkan ponselnya seperti itu.

"Halo?" suara Haechan kembali terdengar di speaker dan bikin hati Jaemin dongkol.

Tanpa basa-basi lebih jauh, Jaemin langsung memutus panggilannya. Moodnya seketika berantakan dengan kesal dan curiga.

Nama Haechan bukan nama yang asing bagi Jaemin. Beberapa kali Jeno cerita tentang rekan kerjanya itu. Kedengarannya, Haechan cukup dekat dengan Jeno. Termasuk saat perempuan itu beberapa kali membelikan makan siang ataupun makan malam untuk Jeno.

Jaemin yang selama ini mendengarnya kan jadi kesal.

Dan Jeno terlalu cuek bebek untuk menyadari kalau pacarnya cemburu.

Jeno terlalu tidak peka, sedangkan Jaemin suka sekali memberi kode.

"Kamu kenapa?" tanya Yuri yang baru kembali dari dari cafe, membeli kopi pesanan Jaemin sekaligus makan siang untuk seluruh kru. Perempuan itu mengeluarkan kemasan doshirak dari plastik sambil bertanya-tanya kenapa Jaemin cemberut.

"Tidak apa-apa," jawab Jaemin. "Terima kasih, Kak," ucapnya setelah menerima makan siangnya lalu melangkah meninggalkan ruang tunggu.

Jaemin butuh udara untuk menghilangkan kesal yang memenuhi hati. Ia masih punya pekerjaan yang mengharuskan ia tampil memakai topeng cantik, ceria, dan baik hati. Perasaan seperti ini tidak boleh mempengaruhi ekspresi wajahnya.

Ia pergi menyendiri ke tempat makan outdoor di rooftop gedung siaran tersebut. Angin musim semi berhembus, menerbangkan rambut Jaemin. Ia memakan pelan-pelan nasi dan karage di dalam kotak makan siangnya sambil berusaha mengatur napas, berharap kesal akan ikut terkikis bersama udara.

"Minumanmu tertinggal."

Jaemin menoleh, mendapati Yuri menyusul dengan membawa sebuah botol air mineral di tangan. Perempuan 37 tahun itu meletakkan botol Jaemin di meja sambil mengamat-amati wajah anak binaannya.

In SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang