12. Lock Screen

556 81 13
                                    

"Jenooo," panggil Jaemin pada pacarnya yang sedang sibuk di ruang tengah apartemennya.

Setelah sedikit merengek pada Jeno, akhirnya lelaki itu mengiyakan panggilan Jaemin untuk menginap di apartemennya. Padahal, niatnya Jeno ingin pulang dan segera mengerjakan presentasinya. Namun, mengingat sudah sangat lama sejak terakhir kali mereka bertemu (Jaemin harus pergi ke Eropa selama hampir sebulan untuk shooting film) dan pacarnya akan jauh lebih berisik kalau tidak diiyakan, maka Jeno beralih menyambangi apartemen mewah di tengah kota itu. Untung saja, ia menyimpan beberapa potong baju. Kalau hanya menginap semalaman, itu tidak akan jadi masalah.

Perempuan itu ikut mendudukkan diri di kaki sofa, bersebelahan dengan Jeno. Ia menyandarkan dagunya pada pundak Jeno, lalu melongok sebentar pada layar laptop, penasaran dengan apa yang sedang lelakinya itu kerjakan.

"Kenapa?" tanya Jeno seraya berhenti mengetik.

Inginnya sih bermanja-manja sambil minta dipeluk, tapi melihat Jeno kelihatan lelah dan begitu sampai langsung mandi dan sibuk kembali dengan pekerjaannya membuat Jaemin sedikit takut. Sudah bagus Jeno mau menginap. Kalau ia ganggu lebih jauh, bisa-bisa mereka malah bertengkar.

Jaemin nyengir lebar. "Pinjam ponsel."

Tanpa banyak bicara, Jeno menyodorkan ponselnya yang menganggur di atas meja.

"Thankyou!" ucap Jaemin dan tak lupa memberikan kecupan di pipi Jeno.

Lelaki itu tak ambil pusing. Lagipula, dia Lee Jeno, manusia setengah es batu. Dan Jaemin sudah bukan di fase iri dengan cinta yang menggebu-gebu. Selama ia tahu kalau Jeno juga mencintainya, Jaemin tidak akan ambil pusing dengan respon datar Jeno (apalagi Jeno sedang pusing-pusingnya dengan laporan untuk presentasi Senin besok).

Tangan Jaemin dengan lincah memasukkan pin ponsel Jeno. 0917, hari jadi mereka.

Tidak ada yang benar-benar menarik dari ponsel Jeno. Kalau ada game, itupun karena Jaemin yang download untuk membunuh bosan. Jeno benar-benar menggunakan ponselnya sebagai alat komunikasi, hanya itu. Galeri ponselnya pun hanya diisi foto-foto random yang berkaitan dengan pekerjaannya, entah itu catatan atau foto hasil gathering rumah sakit. Sisanya, galeri Jeno berisi foto-foto Jaemin yang sengaja perempuan itu ambil dengan ponselnya.

Selintas ide jahil muncul. Dengan cepat, ia mengutak-atik ponsel Jeno lalu mengembalikan ponsel Jeno kepada pemiliknya seperti tidak terjadi apapun.

Jaemin mengikik sendiri menyadari kelakuan nakalnya.

.
.
.

"Hari ini aku ada presentasi di hadapan Prof Jung," ucap Jeno di pagi hari saat mereka sarapan. Ada kentang kukus dan salmon panggang buatan Jaemin. Jeno menyuap makanannya dengan lahap.

"Makanya kamu sibuk sekali tadi malam?" tebak Jaemin diangguki Jeno.

Tangan Jaemin terulur merah tangan Jeno. Ia bisa merasakan tangan Jeno begitu dingin dalam genggamannya. "Pasti bisa!"

Jeno hanya tersenyum kecil. "Semoga saja Prof Jung sedang dalam mood yang baik."

Pada awalnya, Jeno pikir menjadi murid Professor Jung adalah sebuah keberuntungan. Ia bisa belajar langsung pada seorang ahli, dokter beda saraf paling top di Korea Selatan dengan segudang prestasi dan penemuan pada prosedur penyembuhan baru. Semua orang mengakui kalau Professor Jung hebat. Bahkan ayahnya sendiri sangat senang saat tahu kalau Jeno dibimbing Professor Jung.

Nyatanya... Ha. Ha. Rasanya Jeno tidak pernah sebegini sulitnya menghadapi seseorang. Bahkan pacarnya sendiri tidak sesulit ini untuk dipahami apa maunya.

Professor Jung itu super prefeksionis. Semua tugas Jeno ada saja salahnya seberusaha apapun Jeno mengerjakkannya. Apalagi, saat Professor Jung tahu kalau Lee Dong Hae adalah ayahnya, ekspektasi Professor Jung langsung meroket dan memberikan standar yang begitu tinggi pada Jeno.

Kalau tidak ingat ia ingin menikahi Jaemin setelah lulus PPDS, Jeno ingin menyerah saja.

Selalu ada Jaemin yang jadi sumber semangat Jeno saat ia sudah ingin menyerah.

"Apapun hasilnya nanti, kamu sudah melakukan yang terbaik dan aku selalu bangga padamu. Oke?" ucap Jaemin sambil mengelus pipi tirus Jeno.

Jeno mengangguk. Ia memeluk pinggang Jaemin sambil memberikan ciuman di bibir merah muda itu sebelum benar-benar berangkat.

.
.
.

"Jangan lupa revisinya. Aku tunggu besok pagi di ruangan," ucap Professor Jung setelah mengomentari presentasi Jeno.

Yah... pada akhirnya Professor Jung tetaplah professor banyak mau dan perfeksionis yang selalu berhasil menemukan ketidaksempurnaan di matanya dan tidak mudah melempar pujian. Tapi mendapati respon datar tanpa omelan dan hanya sedikit revisi saja sudah berhasil membuat perasaan Jeno lebih baik. Akhirnya, pekerjaannya bisa sedikit diakui oleh Professor Jung (alih-alih diomeli di hadapan semua orang seperti yang sudah-sudah).

"Presentasinya keren, Kak," ucap Sohee, rekan sejawatnya.

"Thankyou," jawab Jeno sambil merapikan laptop yang barusan ia gunakan untum presentasi.

Rasanya ia sudah tidak sabar untuk menceritakan hal ini pada Jaemin. Ia buru-buru membereskan laptopnua ke dalam tas lalu mengeluarkan ponselnya yang semalaman tidak tersentuh.

Dahinya mengerut ketika menyadari ada yang aneh. Lantas ia mendengus geli.

.
.
.

NANA

Siapa yang mengganti lock screenku?

Siapa yang mengganti lock screenku?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku
Heheheee...
Cantik, kan?

Iya, cantik

🥰🥰🥰

Gimana presentasinya?
Lancar?

Lancar.
Tapi masih ada yang perlu direvisi

Aaa... syukurlahhh
Aku tahu kamu pasti bisa!

Nanti malam sibuk tidak?

Tidak
Aku libur tiga hari ke depan
Kenapa?
Mau mengajakku pergi?

Iya. Mau pergi kencan?

MAUUU
Kamu mau mengajakku kemana?

Mau makan sushi?

Ihh kebetulan, tadi aku juga sedang kepikiran ingin makan sushi
Apa ini yang disebut jodoh?
😝😝

Hahahahaa
Kutunggu di Sushi House ya, jodoh

.
.
.


Chapter 12 --- end

A/n : aku tau, chapter 11 belom kelar ㅠㅠ tapi aku beneran lagi stuck banget sama 11.4 :"(( nanti aku lanjutin lagi habis ini.

In SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang