Namjoon terjaga sepanjang malam memikirkan bagaimana caranya membawa Jungkook bersamanya. Sejujurnya ia tak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya, padahal jika dipikir lagi ini merupakan hal yang paling ditunggunya--dipertemukan dengan sosok yang selama ini ia cari. Namjoon hanya terlalu takut atas reaksi Jungkook saat ia beri tahu bahwa ia masih memiliki kakak.
Setelah mengobrol dengan Jungkook tempo lalu Namjoon menyimpulkan bahwa Jungkook lupa jika ia memiliki seorang kakak, terbukti dengan pertanyaan yang tak spontan Jungkook jawab saat itu. Dan ini wajar terjadi setelah dirinya pikirkan. Jungkook berpisah dengannya saat umurnya 3 tahun, memorinya masih terlalu lemah dan juga sepertinya ayah tak pernah mengungkit apapun dihadapan Jungkook hingga ia berpikir dirinya adalah anak tunggal.
Namjoon bangkit dari tempat tidurnya menyisakan Jimin yang masih terlelap dengan nyaman. Setelah berpikir semalaman, ia memutuskan untuk berani melangkah, sedikit demi sedikit, satu persatu akan ia urai. Dan hal pertama yang akan dilakukannya adalah bertemu dengan ayahnya, berbicara dari hati ke hati hingga ia bisa bertemu dengan Jungkook dan memberitahunya segalanya.
Sebenarnya Namjoon ingin langsung bicara pada Jungkook tentang kebenaran ini. Tapi ia kira Jungkook akan terlalu shock dan mungkin saja tidak percaya padanya. Maka ia butuh ayahnya yang menjelaskan pada Jungkook apa yang selama ini terjadi.
Semangat Namjoon-ah, selangkah demi selangkah harus kau jalani demi bersama dengan adik-adikmu, batin Namjoon.
***
"Hallo, saya Park Namjoon dari Danjong Group. Bisakah saya membuat janji untuk bertemu dengan Presdir Kim Hansung? Saya butuh untuk membicarakan beberapa hal terkait kerjasama yang sebelumnya sudah disepakati," ujar Namjoon pada seseorang disebrang sana.
Namjoon memanfaatkan posisinya sebagai pemimpin proyek karena ia agak kesulitan untuk langsung bertemu dengan sang ayah mengingat betapa jauhnya derajat ia dan sang ayah. Maka dari itu ia meminta jadwal untuk bertemu melalui sekertaris ayahnya itu.
Setelah beberapa hari menunggu akhirnya sekertaris sang ayah memberi kabar bahwa Tuan Kim bisa ditemui hari ini pukul 2 siang, yang artinya 2 jam dari sekarang. Banyak hal yang ingin ia sampaikan sebenaranya, tapi Namjoon akan berusaha semampunya untuk berbicara dengan tenang dan runut agar ayahnya itu dapat sedikit melunakkan hatinya.
Dan disinilah ia saat ini, di ruangan kedap suara milik ayahnya. Namjoon datang dengan hati yang gundah, takut jika ini tidak berjalan sesuai dengan kehendaknya.
"Aku ingin berbicara dari hati ke hati dengan ayah," Namjoon mengawali pembicaraan berat itu.
Tuan Kim terdiam cukup lama sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Baiklah, sebelum itu biarkan ayah bertanya padamu. Apa yang membawamu kembali ke Korea?"
Namjoon tahu pasti hal ini akan menjadi pertanyaan besar bagi sang ayah, pasalnya sang ibu terlihat tak ada niat untuk kembali ke tanah air sekaligus menutup rapat akses hubungan antara anak dan ayah itu.
"Jika yang ayah pikirkan aku kembali karena suruhan ibu, ayah salah besar. Aku kembali karena ingin menemui adikku Jungkook. Aku bahkan tidak peduli terhadap hubungan ibu dan ayah, silahkan kalian lakukan apapun yang kalian mau, asal biarkan Jungkook bersamaku."
Tuan Kim masih tetap diam, membiarkan Namjoon mengeluarkan isi hatinya. Tahu jika sang ayah memberi ruang, Namjoon melanjutkan perkataannya, "Dulu aku hanya anak kecil dan lemah, aku tak bisa melakukan apapun bahkan untuk memberontak pada ibu dan ayah. Kini aku bertekad untuk mengambil adik-adikku hidup bersamaku. Aku.. aku hanya tak ingin mereka terluka lagi."
Dari sekian banyak kata yang Namjoon utarakan, hanya satu yang menarik perhatian lebih lelaki paruh baya yang duduk di kursi kebesarannya itu, adik-adikku.
Apa maksudnya? Anaknya hanya dua, seharunya Namjoon hanya mengatakan seorang adik, bukan indikasi lebih dari satu seperti itu.
"Tunggu. Adik-adikku kau bilang? Apa maksudmu Namjoon-ah?" suara Tuan Kim terdengar lirih.
"Ayah.." Namjon mulai merasa sesak, ia tak sanggup mengutarakan kebenaran ini. Tapi ayahnya berhak tahu jika dirinya memiliki anak lain.
Tuam Kim masih menunggu dengan tenang, meskipun jika dilihat lebih jauh tangannya yang kokoh bergetar hebat.
"Ayah, sebenarnya ibu sedang mengandung ketika pergi ke Australia saat itu. Awalnya aku tak mengerti, tapi begitu sampai di apartemen ibu muntah-muntah, dan setelah itu perut ibu semakin membesar."
Namjoon tahu ini pasti akan mengguncang jiwa ayahnya. Ia tahu pada dasarnya ayahnya adalah orang baik, yang membuat ini semua terjadi adalah ego ibunya. Namjoon melihat dengan jelas keterkejutan di mata sang ayah disusul dengan lapisan air di matanya.
"Jadi, kau memiliki dua adik Namjoon? Kenapa tak ada yang memberitahu ayah? Apa ibumu sempat memiliki teman lelaki lain disana?" Tuan Kim masih berusaha menyangkal kebenaran yang Namjoon utarakan demi menutupi rasa bersalahnya. Bagaimana bisa ia tak tahu jika ia memiliki anak lain selama ini? Apakah dia benar anaknya ataukah Hyena memiliki anak dari lelaki lain?
Tapi seburuk apapun Hyena ia yakin jika sang mantan istrinya itu tak mungkin main belakang. Yang ada dipikirannya selama ini adalah karir, dan dia sangat ketat menjaga dirinya. Mana mungkin ia mau memiliki anak lagi sedang karir adalah prioritasnya.
"Aku yakin tidak ayah. Karena saat kami sampai di Australia, ibu sudah mulai mual dan muntah. Mungkin itu sudah memasuki satu bulan kehamilannya," terang Namjoon lugas. Ia tak ingin ayahnya salah paham terhadap Jimin-nya. Jelas Jimin adalah anak kandung sang ayah.
Tuan Kim meraup wajahnya gusar. Ini terlalu mendadak baginya. Ia kesulitan mengidentifikasi perasaannya. Yang pasti ia marah pada mantan istrinya yang tak pernah memberitahunya apapun, seolah ia tak berhak atas anak yang dikandungnya.
"Siapa namanya? Sudah sebesar apa dia?" akhirnya ia meluruhkan segala egonya. Ia memiliki tanggungjawab atas anak-anaknya. Bagitupun dengan Namjoon, sebenarnya dalam lubuk hati terdalam Tuan Kim ia bahagia akhirnya bertemu kembali dengan sulungnya. Hanya saja masih sulit baginya menerima perlakuan mantan istrinya terhadapnya.
"Jimin, Park Jimin. Ia sudah menginjak kelas 3 SMP dan saat ini bersekolah di Yanwa school, sekolah yang sama dengan Jungkook kakaknya."
***
Haaai teman-teman readersku. Makasi banyak yang masih nunggu cerita ini yaaaa, aduh rasanya can't thank enough karena kalian yang kasih aku semangat buat lanjutin cerita ini :')
Tadinya aku bener-bener gak akan lanjutin cerita ini tapi liat lagi antusiasme kalian semua aku jd tergerakkkkk :')
Cerita ini mungkin gak akan punya chapter yang banyak yaaa berhubung aku gak berniat buat bikin ini terlalu angst. Jadi mungkin ini akan selesai di 30 chapters ajaa (rencananyaaaa) atau bahkan bisa lebih cepet.
Oyaa setelah aku baca lagi dari awal banyak banget typos nyaa wkwkkw nanti akan aku revisi sedikit-sedikit.
Okeee, sampe ketemu lagi di chapter depan yaaa 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Find You
FanfictionNamjoon memutuskan untuk menginjakkan lagi kaki nya di Korea demi menemukan adiknya yang sudah terpisah dengannya belasan tahun lalu. Berbekal memori masa kecil, akankah ia berhasil?