Sudah waktunya istirahat. Semua murid berlomba-lomba pergi ke kantin untuk mengisi perut kosong mereka setelah berjam-jam terkurung dengan pelajaran yang membosankan. Selain gerbang raksasa yang bisa menyatukan kedua jenjang berbeda itu, Yanwa School memiliki kantin raksasa yang tersedeia bagi murid SMP juga SMA. Pemilik Yanwa menginginkan adanya hubungan yang baik antara adik dan kakak tingkat, hingga kantin raksasa itu di buat. Hanya saja, sebaik apapun rencana itu, tetap saja seperti ada garis tak kasat mata antara adik dan kakak tingkat. Meskipun kantin itu di peruntukkan untuk mereka berbaur, tetap saja murid SMA menguasai salah satu sisi dari kantin tersebut, lalu sisanya murid SMP.
"Jimin-ah!" Jimin berbalik saat ia mendengar nama nya di serukan. Ia tersenyum kaku setelah melihat siapa yang menyapanya, Kakak tingkat yang tadi pagi membantunya.
"Taehyung hyung," ujarnya pelan menanggapi seruan Taehyung itu.
"Kau mau makan? Disini saja!" Jungkook yang sedari tadi diam, sedikit mengerutkan alisnya, dari mana ia kenal dengan bocah SMP ini? Jungkook bahkan tak tahu Taehyung bisa se-ramah itu pada orang selain dirinya, terlebih ini adik kelas.
Jimin yang melihat tatapan tak bersahabat teman sunbae-nya itu buru-buru menolak halus permintaan taehyung, "Aku akan makan di tempatku saja, hyung."
"Dan kau akan makan sendirian? Oh ayolah! Tidak enak makan sendirian, iyakan Kook?" Taehyung beralih mentap Jungkook yang sudah memutar bola matanya. Ayolah, Jungkook pun sudah ingin menyantap makanan nya, mengapa taehyung repot-repot mengajak bocah ini. Karena ia tak ingin ini semakin panjang, ia terpaksa mengangguk.
Tak lama kemudian, jimin sudah bersama kedua kakak tingkatnya di meja panjang yang berada di tengah-tengah kantin. Hal ini membuat banyak pasang mata menaruh perhatian pada jimin. Tentu saja karena Jimin satu-satu nya orang yang memakai seragam yang berbeda, itu adalah sisi kantin SMA. Sebenarnya Jimin sudah tak enak hati, ia tak nyaman dengan tatapan-tatapan mengintimidasi itu, sedangkan kedua kakak tingkatnya malah seperti tak terganggu sama sekali.
"Oh, kenapa kau tidak makan?" Taehyung melihat daritadi jimin tak menyentuh makanan nya dan malah beberapa kali mengedarkan pandangannya pada sekitarnya.
"Ah, iya, aku baru saja akan memakannya," jimin lalu menyuapkan makanannya.
Taehyung yang pertama kali selesai dengan makanan nya disusul Jungkook lalu Jimin. Selama Jimin sibuk memakan makanan nya, Jungkook tanpa sadar memerhatikan bocah di hadapannya. Mengapa ia merasa ada sesuatu yang berbeda, ia merasa familiar dengan mata pemuda itu. mengingatkannya pada seseorang.
"Ah ya, aku belum mengenalkannya padamu," Taehyung berujar pada Jungkook.
"Dia anak baru di SMP, aku baru bertemu dengan nya pagi tadi. Nama nya Jimin."
"Halo, Sunbae. Namaku Jimin, Park Jimin." Jimin mengulurkan tangan nya ragu, ia masih takut dengan tatapan dingin teman taehyung hyung nya itu. Jungkook lalu menyambut uluran tangan Jimin, "Jungkook, Kim Jungkook." Jungkook melepaskan tautan tangan nya sesaat setelah ia merasakan getaran aneh pada hatinya. Ada apa denganku sih! Batin nya kesal.
Jimin terseyum kaku saat ia merasakan hawa dingin yang semakin menguar di sekitarnya. Ia sungguh takut pada Jungkook. Taehyung yang menyadari kecanggungan itu dengan segera menepuk pelan lengan Jimin, "Jungkook orang yang baik, kau tak usah takut padanya. Ia hanya sedikit dingin pada awalnya." Taehyung tersenyum menenangkan tak peduli dengan orang yang sedang dibicarakannya sudah memutar bola matanya kesal. Ia sedang kesal dengan dirinya sendiri sebenarnya, ia merasa ada yang aneh.
"Oh iya, Jimin. Bagaimana hari pertamamu disini?" Taehyung masih ingin mengobrol dengan jimin, ia hanya ingin lebih dekat dengan pemuda itu. Jungkook yang merasa tak perlu mendengar percakapan itu beranjak dari kursi tetapi langsung dicegah taehyung dengan menarik tangan jungkook kuat agar dia duduk kembalii.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find You
FanfictionNamjoon memutuskan untuk menginjakkan lagi kaki nya di Korea demi menemukan adiknya yang sudah terpisah dengannya belasan tahun lalu. Berbekal memori masa kecil, akankah ia berhasil?