Hari ini hari yang sibuk bagi Namjoon berserta tim nya. Pasalnya, ia dipercaya oleh Park Sajangnim untuk secara langsung terlibat dengan project baru perusahaan mereka. Project besar ini melibatkan perusahaan lain yang memang sudah menjadi partner sejak dulu dan Namjoon akan mempresentasikan terlebih dahulu kepada partner nya untuk usungan tema project tersebut. Tapi, sejak tadi Namjoon tak bisa fokus pada pekerjaannya, bahkan ia sudah Hosoek tegur lebih dari tiga kali. Namjoon terlihat sangat resah.
Entah karena apa, perasaan nya tak enak. Ia terus memikirkan Jimin sembari terus memantau ponsel nya, menunggu kabar dari jimin. Katanya, ia akan melihat-lihat ekskul di sekolah barunya bersama temannya, Namjoon bahkan melakukan video call untuk memastikan siapa teman Jimin itu. Namjoon hanya waspada, ia takut adiknya kesulitan.
"Coba telepon saja Namjoon-ah, daripada kau terus resah seperti itu. Aku risih melihatmu terlalu serius memandang ponsel sunyi mu itu." Hoseok sudah memberikan ultimatum dengan raut wajah kesalnya, tandanya Namjoon harus melakukan saran nya. Oh ayolah, semua orang akan takut jika si ceria Hoseok berbah menjadi sekucam itu.
Di panggilan ketiga, akhirnya telepon nya tersambung pada jimin, langsung saja Namjoon memberondongi Jimin dengan berbagai pertayaan yang sarat akan kekhawatiran. Namjoon langsung terdiam kala ia tak mengenali suara Jimin di ponselnya, ia lalu menajauhkan benda pipih itu guna melihat nama kontak yang ia telepon, tapi ia yakin ini nomor jimin. "Halo?" sekali lagi suara asing terdengar di seberang. Tak mendapat balasan, si penelepon buru-buru menambahkan, "Ah, aku teman jimin, Mingyu."
"Mengapa ponsel jimin ada padamu? Apa Jimin tak sengaja meninggalkannya?"
Tak ada suara di seberang, tapi ada suara beberapa orang yang sepertinya sedang berunding, "Halo? Dimana jimin? Apa terjadi sesuatu?" Namjoon mulai merasa aneh, ada apa dengan anak-anak ini.
"A-ah, itu.."
"Ada apa mingyu-ya?" namjoon terdengar tak sabar dengan jawaban di seberang. Ia tak tahu bahwa orang yang sedang ia ajak bicara ketar-ketir untuk menjawab pertanyaan nya. Sekilas saja Mingyu tahu bahwa Kakak Jimin cukup overprotective terbukti dengan video call yang di lakukannya ketika Jimin meminta izin untuk pulang terlambat. Mingyu hanya takut dengan reaksi Namjoon jika tahu keadaan Jimin yang sedang berbaring di brankar saat ini.
"Itu.. J-jiminpingsantapidiabaikbaiksaja." Mingyu menjawab dengan satu kalimat tanpa jeda dengan satu tarikan napas. Aduh, aku gugup setengah mati.
"Apa? Bisa kau ulang? Aku tak mendengarmu dengan jelas. Katakan dengan pelan," titah Namjoon tanpa memberikan kesan dingin malah ia sedikit melembutkan suaranya. Ia tahu, mungkin teman Jimin sedikit takut padanya.
"Jimin pingsan. T-tapi ia sudah ditangani kok, hyung tidak perlu khawatir."
Ada jeda cukup lama di seberang sana, namjoon masih mencerna apa yang di katakana teman adiknya itu. apa katanya? Pingsan? Adiknya pingsan? Pingsan.. pingsan.. Namjoon mengulang-ulang kata itu dan akhirnya ia terkejut.
"Jimin pingsan?! Apa yang terjadi?!" Akhirnya Namjoon lepas kendali. Lagi-lagi lepas kendali, selalu seperti itu jika menyangkut jimin-nya.
***
"S-Sunbae.. aku takut pada Kakak Jimin. Ia terdengar menyeramkan saat di telepon tadi," Mingyu memelas tak tahu malu di hadapan kedua kakak tingkatnya, Jungkook dan Taehyung yang tadi membawa jimin ke rumah sakit.
Jimin sebelumnya kukuh tak ingin dibawa ke rumah sakit bahkan saat ia sudah ada di punggung Jungkook. ia takut jika Namjoon tahu, dan bersikap berlebihan. Tapi apa daya, sakit di perutnya tak bisa ia tahan, dan jimin akhirya menyerah untuk merengek saat pusing menyerang kepalanya dan gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find You
FanfictionNamjoon memutuskan untuk menginjakkan lagi kaki nya di Korea demi menemukan adiknya yang sudah terpisah dengannya belasan tahun lalu. Berbekal memori masa kecil, akankah ia berhasil?