5.) adopsi

37 22 15
                                    

Malam hari, Akhir nya Mora dan Agam pulang setelah selesai berjalan - jalan bersama.

"Makasih ya untuk hari ini ka Agam." Ucap mora dan tersenyum lebar kepada Agam. Hari ini ia merasa sangat bersenang - senang, dan itu semua berkat Agam.

"Iya sama - sama, sekarang kamu masuk. Pasti Abang kamu lagi nunggu." Kata Agam.

Mora mengangguk, ia lalu berlari dan masuk ke dalam rumah nya dengan semangat. Sedangkan Agam pergi pulang menuju rumah nya.

Ketika Mora baru saja memasuki rumah nya, sudah terlihat Sagara yang sedang duduk di sofa menunggu kedatangan Mora.

"Abangggg, aku pulangg." Teriak Mora. Ia langsung menghampiri Sagara dan memeluk nya.

"Gimana tadi? Seru gak?." Tanya Sagara. Mora mengangguk kegirangan.

Melihat Mora yang yang terlihat bahagia, membuat Sagara puas.

"Bagus deh kalau kamu senang." Ucap Sagara.

Sagara lalu menyuruh Mora mengganti pakaian nya tersebut dan menemani Mora untuk tidur.

Sagara duduk di tepi tempat tidur Mora dan mengelus pelan kepala adik nya itu.

"Tidur yang nyenyak, princess Abang." Bisik Sagara di telinga Mora. Sagara pun mematikan lampu dan keluar dari kamar Mora.

Sagara kini duduk di sofa dan memikirkan suatu hal yang mungkin membuat nya bimbang.

Ini tentang adopsi anak. Adik nya yang ingin di adopsi oleh salah satu keluarga kecil.

"Kalau dia di adopsi, dia bakal bisa ngerasain kembali rasa nya punya keluarga." Sagara kini merasa sangat kebingungan. Entah apa yang harus dilakukan nya. Ia harus memilih sebuah keputusan yang tepat, agar semua menjadi baik.

Setelah memikirkan semua nya, kini ia sudah menentukan pilihan nya. Berharap sebuah keputusan yang di ambil nya itu tepat.

~

Ke esokan hari nya

Ketika Mora baru saja terbangun dari tidurnya, ia duduk sebentar lalu keluar dari kamar nya. Sudah terlihat dua orang pasangan yang sudah menikah dengan Sagara di samping nya. Tampak sedang membicarakan hal yang penting.

"Adek, udah bangun? Duduk sini sebentar." Ucap Sagara.

Mora mengikuti perintah Sagara walau ia bingung apa yang sedang terjadi.

"Kenapa?." Tanya Mora. Sagara terdiam sejenak, ia menarik nafas nya pelan - pelan dan mulai menjelaskan apa yang terjadi.

"Dek, kamu di adopsi gapapa kan?." Tanya Sagara.

"Adopsi?." Mora kebingungan dan menatap Sagara dengan wajah penuh kebingungan.

"Abang mutusin buat kamu di adopsi sama mereka, Abang mau kamu ngerasa in punya keluarga yang lengkap." Jelas Sagara.

"Yang di adopsi kita berdua, kan?." Tanya Mora. Sagara tersenyum dan menggeleng kan kepala nya.

"cuma kamu." Dua kata yang di lontarkan oleh Sagara.

"Abang tega ninggalin aku sendiri?." Mora merasa kesal dan sakit. Tidak menyangka Sagara akan bertindak sejauh ini.

"Maaf, tapi ini yang cuma bisa Abang lakuin." Ucap Sagara.

"Sekarang, bagaimana kalau langsung saya bawa ke rumah kami?." Tanya seorang wanita tersebut.

Sagara mengangguk, ia lalu menyuruh Mora mengemasi barang - barang nya dan bersiap - siap. Mora berlari ke arah kamar nya, ia mengemasi semua barang nya dan tidak lupa sebuah foto yang dimana terdapat ayah, bunda, Sagara dan Mora disana.

"Ayah, bunda.. aku gak siap." Rintih Mora. Terasa berat hati nya.

sedangkan Sagara yang berada di balik pintu melihat Mora dengan penuh perasaan bersalah.

"Maaf ini dilakukan secara tiba - tiba." Ucap Sagara dalam hati nya.

Setelah mengemasi barang - barang nya, Mora keluar dari kamar nya dengan wajah murung.

"Baik, kalau begitu kita pergi sekarang." Ucap wanita tersebut yang bisa dikatakan ibu tiri Mora.

Sagara mengantarkan mereka hingga depan pagar rumah. Sebelum memasuki mobil, Mora memeluk Sagara dengan erat.

"Maaf ya, di pagi yang cerah ini kamu sudah di awali dengan tangisan." Bisik Sagara. Pelukan mereka pun lepas, Mora mulai memasuki mobil nya. Ketika mobil itu berjalan dan meninggalkan rumah, hati Sagara terasa hancur. Ia sekarang sudah terpisah dari adik nya yang tersayang.

Ia menahan tangis, dan mencoba agar bersikap baik - baik saja. Sekarang di lambaikan tangan nya itu kepada mobil yang di tumpangi oleh Mora, adik nya.

"Sampai ketemu, jika waktu itu ada." Rintih Sagara.

~

Abel yang saat ini sedang berada di perpustakaan, pagi - pagi sekali ia datang. Ia duduk di tempat paling sudut agar lebih fokus membaca. Tidak sengaja pula ketika ia sedang membaca, azen tiba - tiba datang dan menghampiri Abel.

"Hai." Sapa Azen. Abel terkejut melihat kedatangan Azen yang tiba - tiba.

"Ngapain kamu disini pagi - pagi?." Tanya azen.

"Aku cuma bosan, jadi kesini." Ucap Abel.

"Pagi - pagi udah bosan aja." Kata azen.

"Kalau kamu sendiri, ngapain disini?." Tanya Abel.

"Saya ada urusan disini, ada buku yang mau saya baca." Jelas azen.

"Kamu suka membaca?." Tanya Abel sekali lagi. Azen dengan cepat menjawab 'ya'.

"Oh, kamu suka baca apa?." Tanya Abel.

"Harry Potter" jawab Azen.

Abel lalu terkejut. bukan mengapa, akan tetapi itu adalah cerita favorit nya.

"APA?! HARRY POTTER?!" kata Abel antusias.

"K - kenapa?." Azen yang kaget dengan tingkah Abel.

"Gapapa, cuma itu cerita yang aku suka." Jawab Abel.

"Oh ya? Saya juga suka." Ucap azen.

"Suka apa?." Tanya Abel.

"Suka kamu." Kata azen.

Abel lalu menatap Azen dengan sinis.

"Buaya nih. udah deh, aku mau permisi dulu." Ucap Abel.

"Mau kemana?." Tanya azen.

"Mau pergi beli sarapan." Abel lalu pergi keluar dari perpustakaan. Akan tetapi, Azen mengikuti nya.

"Kenapa ikuti aku?." Abel kebingungan.

"Saya juga belum sarapan, mending kita sarapan bareng." Ajak Azen. Dengan terpaksa Abel mengiyakan.

Mati dan HidupWhere stories live. Discover now