Ketika semua sedang asik mengobrol, Abel dan azen pun datang. Semua tertuju pandangan nya ke arah Abel dan azen.
"Kesini berdua doang?." Tanya Sagara.
"Iya, tadi gua sama Abel gak sengaja ketemu di perpustakaan." Jawab azen mencoba menjelaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman.
"Eh bel, duduk sini." Ajak jova. Abel lantas berjalan menuju jova dan duduk disebelah nya.
Tiba - tiba, Raden dan govaz pun datang, dengan beberapa bungkus cilok dan minuman pop ice.
"Ni gua beliin untuk kalian." Ucap Raden.
"Dih, ini doang?." Tanya nola.
"Ya iyalah, uang gua tinggal dikit." Kata Raden dan menunjukkan uang nya itu.
"Kalau gitu mah gua bisa beli sendiri." Sahut Jayden.
"kudu bersyukur, Upami anjeun hoyong anu langkung saé, beuli nyalira." Cetus govaz.
Mau bagaimana lagi, mereka tetap memakan cilok yang dibeli oleh Raden dan govaz. Karena sekarang kondisi mereka sedang kelaparan.
~
Seseorang mengetuk pintu kamar, ternyata itu adalah ibu.
"Mora, makan sekarang." Perintah ibu. Mora mengangguk lalu bangkit dari kasur nya. Ia turun ke bawah dan sudah melihat ayah, ibu dan adik nya. Mora lalu duduk di samping adik nya itu.
Ketika Mora ingin mengambil lauk tersebut, ibu menahan tangan Mora.
"Kamu biasa nya makan nasi nya memang segitu?, Pantes." Kata ibu.
"Pantes apa?." Tanya Mora.
"Pantes kurus." Jawab ayah.
Mora terdiam sejenak, mencoba menahan diri nya agar tidak menangis.
"Kenapa diam doang? Cepetan makan." Perintah ibu. Mora lalu mengambil lauk secukupnya, dan setelah itu mulai memakan makanan nya.
Kring.. kring...
Bunyi telepon dari handphone ayah. Ayah lalu mengangkat telepon tersebut karena itu adalah sebuah urusan yang penting. Lalu di lanjut dengan bunyi telepon dari handphone ibu. Ayah dan ibu lalu pergi sebentar untuk mengangkat telepon tersebut.
"Kakak, omongan ayah dan ibu jangan di masuk an ke dalam hati ya." Kata Naya adik tiri Mora.
"Ayah dan ibu juga selalu begitu ke aku." Ujar Naya.
Sekarang ia tau, bagaimana ibu dan ayah tiri nya sekarang seperti apa.
"Apa aku harus lebih sabar?." Tanya Mora dalam hati nya.
Setelah selesai makan, Mora mengangkat piring kotor itu ke dapur dan mencuci nya.
Ketika sedang mencuci piring tersebut, ibu datang dan melihat nya.
"Bagus, setiap hari lakuin pekerjaan itu." Ujar ibu.
"Kamu awal nya anak pembantu ya?." Sahut ayah dan tertawa kecil. Perkataan ayah nya membuat aktivitas yang di kerjakan nya terhenti.
"Kenapa berhenti? Kerja." Tegas ibu.
Tidak seperti yang di bayangkan, ternyata ibu dan ayah tiri nya tidak sebaik yang dipikirkan. Tapi mau bagaimana, semua sudah terlambat. Ia terpaksa menjalani semua itu dengan sabar dan tabah.
Setelah semua selesai, Mora kembali masuk ke dalam kamar nya lalu mencoba mengabari Sagara.
Bang Sagara
_______________Bang, Mora kangen||
Read, 01.24 pm||Abang juga kangen sama kamu
01.24 pmBisa ga ya kita ketemu sekarang?||
Read, 01.24 pm||Kamu mau ketemu?
01.24 pmMau, tapi bang..||
Read, 01.24 pm||Kenapa?
01.25 pmOrang tua tiri ku, ga sebaik yang di pikirkan||
Read, 01.25 pm||Ada apa sama mereka?
01.25 pmMereka mengejek aku kurus||
Read, 01.25 pm||Ini baru hari pertama kamu sama mereka
01.25 pmYa aku tau, tapi perkataan mereka bikin aku sakit||
Read, 01.25 pm||Jalani aja dulu ya? Ingat Abang selalu ada untuk kamu
01.25 pmMora yang mencoba untuk tetap bertahan walau rasa nya sakit. Ia akan selalu mengingat bahwa Abang nya itu selalu ada untuk nya.
~
"Nge chat siapa lo?." Tanya agam.
"Adek gua." Jawab Sagara.
"Gimana kabar nya?." Tanya agam sekali lagi.
"Kenapa lo? Kepo bener." Ujar Nola.
Agam memalingkan wajah nya, ia tidak menjawab. Seraya melihat jam, agam bangkit dari tempat duduk nya lalu pergi meninggalkan mereka yang ada disana.
"Gua mau pulang." Kata agam dan pergi.
"Kenapa tu si agam?." Tanya Jayden.
"Gua juga kaga tau, tumben." Ucap Nola.
"Udah deh, gua mau pulang." Izin Raden.
"Gua juga" sahut yang lain nya. Mereka pun pergi satu persatu meninggalkan rumah Sagara. Kini, rumah Sagara terasa sangat sepi. Biasa nya ada mora yang menemani, tapi sekarang tidak.
"Kangen ayah bunda.." rintih Sagara. Karena diri nya yang merindukan ayah dan bunda, ia pergi menuju pemakaman orang tua nya.
Tiba disana, ia duduk di sebelah pemakaman orang tua nya. Di tabur nya bunga - bunga dan di baca kan nya doa.
"Yah..Bun... Apa keputusan tentang adopsi itu begitu buruk?." Ucap Sagara.
"Mora bilang, dia merasa sakit berada disana. Bun, ayah, maaf kan aku." Rintih Sagara.
Di pandangnya kuburan orang tua nya, dan di bersihkan. Semua tanggung jawab, kini berada di tangan Sagara.
"Aku harus bisa, aku bakal membahagiakan mora."
YOU ARE READING
Mati dan Hidup
Random"ini hanyalah sebuah prolog yang manis dengan epilog yang pahit" -cerita yang di ambil dari sepucuk kisah nyata start = 13, Agustus, 2022 end = 3, September, 2022