8.) ungkapan

20 18 5
                                    

Esokan hari nya, Sagara yang kini berada di depan gerbang sekolah. Ketika akan masuk, seseorang berteriak kepada nya.

"Abang!." Teriak mora lalu memeluk Sagara dari belakang. Lantas Sagara terkejut dan melihat ke arah belakang nya.

"Mora?." Kata Sagara.

"Aku kangen." Rengek mora kepada Sagara. Walau baru beberapa hari tidak bertemu, tapi rasa rindu sudah menerpanya.

"Abang juga kangen sama princess nya Abang." Jawab Sagara. Di elus nya pipi mora lalu ia tersenyum.

"Sekarang kita masuk yuk, sebentar lagi bel masuk berbunyi." Ajak sagara. Mereka berdua pun pergi bersama dan bergandengan tangan.

Sedangkan jova dan Jayden yang baru saja sampai di sekolah.

"Kaya nya besok - besok kamu harus bangun lebih awal, soal nya kamu kalau berdandan lama." Cetus Jayden.

"Lama dari mana, cuma 20 menit doang." Kata jova. Tidak ingin perdebatan ini berlanjut, Jayden mencoba mengalah. Wanita selalu benar bukan?

Bel masuk kini berbunyi. Jova, Abel dan mora yang sedang berada di kelas kini asik mengobrol bersama. Mereka mencoba meluapkan rasa rindu kepada mora.

"Gua kangen banget sama lo." Bisik jova agar tidak berisik.

"Gua juga." Sahut Abel. Mora tersenyum, tidak menyangka teman nya itu masih setia berteman dengan nya.

"Gua kira kalian lupa in gua." Kata mora.

"Ya kali gua lupain sahabat sendiri." Ucap jova.

"Udah, sekarang fokus perhatiin guru nya." Perintah Abel.

~

"Woi Sagara, gua bosen ni." Bisik agam.

"Gua juga, gimana kalau kita bolos aja?." Satu ide yang terbenak di pikiran Sagara. Dan agam pun mengiyakan walau itu bukan lah suatu ide yang baik.

"Lo izin ke guru buat pergi ke wc, nanti gua nyusul. Lo tunggu in gua di gudang." Kata Sagara. Agam lalu bangkit dari tempat duduk nya dan meminta izin untuk pergi ke wc padahal tidak.

Ketika sudah mendapatkan izin, agam bergegas keluar dari kelas lalu menuju gudang dengan apa yang diperintahkan oleh Sagara. Agam menunggu sekitar 5 menit disana, dan setelah itu Sagara datang dengan wajah tidak bersalah.

"Mending kita disini aja dah, dari pada belajar." Ucap Sagara.

"Bolos seru juga." Kata agam.

"Nah itu, makanya gua sering bolos." Cengir Sagara.

"Ngomong - ngomong adek lo gimana?." Tanya agam kepada Sagara.

"Gua nyesel buat keputusan tentang adopsi itu." Kata Sagara kesal.

"Kenapa? Adek lo di apain?." Tanya agam lagi.

"Adek gua bilang, dia selalu ngerasa sakit disana. Entah apa yang ngebuat adek gua sampai sakit gitu sama orang tua tiri nya." Jelas Sagara.

"Jadi gimana?." Tanya agam.

"Mau gimana pun, gua gak bisa ambil adek gua lagi dari tangan orang tua tiri nya." Kesal Sagara.

Sebelum nya ia sudah merasa yakin kepada orang tua tiri mora agar bisa merawat adik nya itu. Akan tetapi itu semua terbalik dan tidak seperti yang di ingin kan.

"Gua bakal bantuin lo." Kata agam.

"Bantuin gimana?." Tanya Sagara.

"Gua bakal ngebuat adek lo bahagia kembali." Jelas agam.

"Tapi gua gak yakin itu semua bisa." Ucap Sagara.

"Gua bisa." Jelas agam lagi.

"Gam, lo suka sama adek gua?." Tanya Sagara yang kebingungan melihat tingkah agam.

"Iya." Jawab agam singkat.

"Iya apa?."

"Gua suka sama adek lo, mora." Kalimat yang di lontar kan oleh agam membuat Sagara terkejut.

"Tapi lo tau sendiri kan gam?." Tanya Sagara.

"Percaya sama gua, gua bakal jagain dia dan gak pernah ngecewain dia." Kata agam mencoba memastikan Sagara. Sagara tidak mau apabila adik nya memiliki hubungan khusus dengan teman se geng nya. Sebab apabila adik nya dan teman nya itu putus, takut pertemanan nya menjadi canggung.

"Tetap gak bisa, gua gak bakal pernah nyetujuin." Tegas Sagara.

~

Di kelas, raden dan govaz sedang kebingungan sekarang. Melihat soal - soal matematika di buku nya.

"Hadeuh ya tuhan, tulungan abdi punteun." Rengek govaz dan mencoba berdoa agar ia bisa menjawab soal - soal itu. Lalu mulai lah ia mengerjakan soal tersebut.

"Vaz, lo paham kaga?." Tanya Raden dengan berbisik bisik kepada govaz.

"Ya kaga lah." Jawab govaz.

"Ini matematika nyusahin." Cetus Raden.

"Kaya lo." Sahut govaz.

"Dih, maksud lo apa an ngatain gua nyusahin?." Tanya Raden yang kesal dengan jawaban govaz.

"narima kanyataan." Ucap govaz.

"Gini - gini gua udah sering bantuin pak Harto jualan cilok." Kata Raden dengan bangga. Biasa nya ketika sedang punya waktu luang, ia akan membantu untuk berjualan cilok.

"iya deh." Govaz yang mengiyakan perkataan Raden.

~

"Den, gua lagi gawat." Bisik Nola.

"Kenapa? Lo sakit?." Tanya Jayden.

"Perut gua sakit banget sialan, kaya nya gua harus buang air besar." Cengir Nola.

"Jorok lo, habis makan apa an dah." Tanya Jayden.

"Gua semalam makan jengkol di beli in mak gua." Jelas Nola.

"Aelah, mending lo izin dulu. Gua gak mau lo buang air besar disini, malu - malu in." Kata Jayden. Karena sudah tidak tahan, Nola lalu izin kepada guru nya dan berlari ke arah wc.

Jayden yang melihat nya menggeleng kan kepala melihat tingkah laku Nola. Menurut nya tidak ada yang waras di antara geng nya selain ia seorang.

"Kayanya yang waras di sini cuma gua." Kata Jayden.

Mati dan HidupWhere stories live. Discover now